Kumpulan Cerita Rakyat/Dongeng Cindelaras

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Cindelaras merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Jawa Timur.

Deskripsi[sunting]

Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu muslihat kepada permaisuri. Lalu selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia kemudian berpura-pura sakit parah, sehingga harus segera memanggil tabib istana. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri dan menyangkal bahwa permaisurilah yang melakukannya. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. la segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan. Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tetapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Ia sudah mengetahui niat jahat selir baginda. Untuk menolong sang permaisuri, ia kemudian membuat berita palsu kepada baginda seolah-olah telah membunuh sang permaisuri. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja kemudian merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.

Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang-binatang hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur, kemudian setelah tiga minggu, telur itu menetas. Rupanya telur tersebut menetaskan seekor anak ayam. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin hingga tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang elok dan kuat. Tetapi terdapat satu keanehan pada bunyi kokok ayam jantan tersebut; "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..." Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan.

Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di izinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ia bertemu dengan beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Ia kemudian ditantang untuk menguji kebolehan ayam jantannya tersebut. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga sampai ke telinga Raden Putra. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. Setelah itu, ayam jantan Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.

Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. Setelah Baginda mengaku kalah, ia segera menanyakan siapaka pemuda pemilik ayam tersebut. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama kemudian ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...." ayam jantan tersebut berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. Bersamaan dengan hal tersebut, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. Begitu mendengar cerita dari sang patih, Raja menjadi murka dan hendak memberi hukuman yang setimpal pada selirnya. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.