Kumpulan Cerita Rakyat/Malin Kundang

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Dahulu di suatu perkampungan dekat Pantai Air Manis terdapat sebuah keluarga kecil yang miskin dengan seorang anak mereka bernama Malin Kundang, sedangkan ibunya bernama Mande Rubayah. Sekian lama mereka hidup dalam kemiskinan. Untuk mendapat penghidupan yang lebih baik, sang ayah memutuskan untuk merantau ke negeri seberang berharap memperoleh penghasilan yang lebih baik. Sepeninggalan suaminya merantau, Ibu Malin Kundang sehari-hari bekerja keras dengan menangkap ikan di pantai atau berkeliling kampung berjualan kue. Sekian lama Mande Rubayah beserta anaknya menunggu kepulangan sang ayah tercinta, waktu terus berlalu tanpa ada kabar berita. Hal ini membuat Mande Rubayah dan anaknya merasa sedih. Malin kundang juga menanyakan keberadaan ayahnya yang tak kunjung pulang kepada ibunya. Mande Rubayah hanya bisa menasehatinya untuk tetap bersabar.

Seiring berjalan waktu, Malin tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan tangguh dan ia akhirnya memutuskan untuk merantau agar dapat menjadi orang berada sehingga ia bisa membantu dan membahagiakan ibunya kelak. Malin Kundang kemudian meminta izin ibunya untuk merantau. Sang ibu pada awalnya mengkhawatirkan Malin ia akan seperti ayahnya yang tak kunjung pulang. Namun karena kecintaan pada anaknya akhirnya ibunya mengabulkan permintaan Malin.

Suatu hari, sebuah kapal dagang berlabuh di pantai Air Manis. Betapa gembira hatinya begitu melihat kapal dagang tengah berlabuh di Pantai Air Manis dan berharap mau membawanya ikut berkelana. Ia kemudian meminta izin nahkoda kapal untuk ikut dengan kapal tersebut dan sang nahkoda pun mengizinkannya. Malin segera berlari ke rumahnya guna berpamitan kepada ibunya bahwa ia akan segera pergi berlayar. Dengan sedikit membawa bekal Malin memulai perjalanannya. Selama berlayar, Malin banyak membantu nahkoda kapal melakukan berbagai perkerjaan harian kapal tak jarang pula mereka berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada Malin.

Suatu ketika, kejadian buruk menimpa kapal dagang tersebut. Di tengah laut mereka diserang oleh sekawanan perompak kapal. Malin berusaha menghindari bentrokan dengan bersembunyi di sebuah ruangan kecil. Para perompak membunuh seluruh awak kapal beserta nahkodanya dan berhasil merampas seluruh harta di kapal tersebut dan segera meinggalkan kapal menyisakan Malin seorang diri. Kapal terombang-ambing di lautan tanpa arah. Malin hanya dapat memasrahkan nasibnya pada Tuhan. Hingga sampailah ia terdampar di sebuah pantai. Ia kemudian berjalan menuju desa terdekat dan meminta pertolongan. Ia sangat bersyukur karena ada orang-orang desa yang segera menolongnya. Penduduk desa kemudian mempersilahkan Malin untuk tinggal di desa mereka.

Malin kemudian mengawali nasibnya di desa tersebut. Ia bekerja dengan keras dan mencoba untuk berdagang. Singkat cerita ia berhasil menjadi seorang saudara kaya raya. Kemudian ia mulai mengembangkan perdagangan ke desa-desa lainnya bahkan ia menyewa kapal-kapal dagang antar pulau untuk keperluan perdagangan antar pulau. Setelah perdagangannya makin membesar, ia akhirnya mampu membeli kapal-kapal dagang sendiri. Ia lantas menikahi gadis paling cantik di desa tersebut, putri dari keluarga kaya raya.

Sementara itu, di perkampungan Pantai Air Manis, sang ibu terus menunggu kabar anaknya. Setiap ada kapal berlabuh di pantai, sang ibu segera menanyakan apakah anaknya berada di kapal itu juga. Namun telah  berkali-kali dan sekian lama anaknya tak juga tampak. Pada suatu hari, Mande Rubayah mendengar kabar bahwa ada sebuah kapal dagang yang sedang berlabuh. Ia segera berlari menghampiri pelabuhan jika saja anaknya berada di kapal tersebut. Detak jantung Mande Rubayah kian cepat saat dari kejauhan ia melihat anaknya berdiri bersama seorang perempuan cantik di kapal dagang mewah tersebut. Ia benar-benar yakin bahwa orang itu adalah anaknya. Mande Rubayah sangat gembira saat orang-orang berseru bahwa Malin Kundang adalah pemilik kapal dagang mewah tersebut. Malin Kundang yang berpakaian mewah kemudian menuruni kapal. Dari bawah, Mande Rubayah segera berlari mendekati Malin. Tanpa basa-basi Ia langsung memeluk anaknya erat-erat dengan perasaan yang sangat haru dan bahagia. Namun Malin segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya dengan kasar hingga terjatuh.

Malin Kundang sebenarnya mengetahui bahwa wanita tua yang memeluknya itu adalah ibu kandungnya. Namun ia merasa malu didepan istri dan anak buahnya karena tampilan ibunya yang sangat miskin dan lusuh. Mande Rubayah sangat terkejut dengan sikap anaknya tetapi ia tetap berusaha mengingatkan anaknya bahwa ia adalah ibu kandungnya. Istri Malin Kundang juga ikut memperingatkan suaminya untuk tidak  bertindak kasar terlebih kepada wanita yang sudah tua. Namun dengan tegas Malin Kundang mengatakan bahwa wanita tersebut bukan ibu kandungnya. Ia mengaku-ngaku ibunya telag lama meninggal sewaktu ia masih kecil.

Hati Mande Rubayah sangat sakit hati dengan perlakuan Malin, anak kandungnya tercinta. Ia segera pergi menjauh dari Malin Kundang. Kemudian Mande Rubayah mengangkat tangannya ke atas dan berdoa kepada Tuhan jika lelaki yang tidak mau mengakui ia sebagai ibu kandungnya adalah benar-benar anaknya, maka ia bersumpah agar anaknya berubah menjadi batu.

Tidak begitu lama, Malin kembali ke kapalnya. Ia memerintahkan anak buahnya agar segera pergi menjauh dari Pantai Air Manis. Namun beberapa saat kemudian langit yang awalnya terlihat cerah tiba-tiba berubah mendatangkan badai dan menghantam kapal dagang milik Malin hingga hancur seketika. Tubuh Malin Kundang terseret ombak dan terdampar kembali ke pesisir pantai. Pada waktu itu tubuh Malin berubah menjadi batu seketika dalam kondisi bersujud meminta ampun pada ibunya. Malin Kundang, anak durhaka yang malu mengakui ibu kandungnya, kini telah menerima azab berubah menjadi batu.