Kumpulan Cerita Rakyat/Pulau Halimun
Dikisahkan, Raja Pakurindang memerintahkan Sambu Batung agar dia dan Putri Perak tinggal di utara pulau Halimun agar Sambu Batung meneruskan keinginannya untuk membuka diri dan membaur di alam nyata. Dia juga memerintahkan agar Sambu Ranjana tinggal di selatan agar melanjutkan niat untuk menutup diri. Raja Pakurindang merestui jalan hidup yang Sambu Batung dan Sambu Ranjana inginkan masing-masing, namun juga mengingatkan bahwa meskipun hidup di alam berbeda, mereka harus tetap rukun, harus tetap saling membantu dan saling mengingatkan.
Bersamaan dengan itu, gelegar guntur, kilat, dan petir membelah angkasa. Hujan turun sangat deras, menciptakan banjir besar. Dari puncak gunung, air turun bagai ditumpahkan. Melongsorkan tanah, bebatuan, hewan-hewan, dan pepohonan. Pohon-pohon besar tumbang disambar petir, hingga tercabut hingga akarnya. Dihanyutkan oleh air, dan dengan cepat meluncur ke pemukiman penduduk. Melanda istana, menerjang segala sesuatu yang menghalangi jalannya.
Pun Putri Sewangi dihanyutkan pula oleh banjir besar tersebut. Dia menangis sedih berkepanjangan karena cinta kasihnya yang tak pernah sampai kepada Sambu Batung. Ia berserah diri kepada banjir yang membawanya. Arus air menghanyutkannya ke laut, dan dalam gemuruh guntur, petir, angin, hujan, dan badai, Putri Sewangi terus menangis tanpa henti.
Dengan hati penuh sesal, dilemparkannya serudungnya yang basah oleh air mata. Serudung itu diterbangkan oleh angin ke tempat yang sangat jauh sekali. Dan kelak tempat jatuhnya serudung itu menjadi Pulau Serudung. Dalam duka dan nestapa, Putri Sewangi bersumpah takkan pernah bersuami dan akan mengasingkan diri.
Karena sumpahnya itu, Putri Sewangi menjelma menjadi sebuah pulau tersendiri, Pulau Sewangi. Dipisahkan oleh laut dan berada di sebelah barat Kerajaan Pulau Halimun. Ia masih dapat memandang ayahandanya, Jamba Angan, yang berubah menjadi gunung Jambangan. Gunung Jambangan masih berdekatan dengan Gunung Saranjana yang merupakan perubahan wujud Sambu Ranjana. Gunung Saranjana dipenuhi dengan misteri dan teka-teki. Sedangkan Sambu Batung menjadi Gunung Sebatung, berdampingan dengan Gunung Perak.
Banjir besar itu juga menghanyutkan Sambu Lantar. Setelah sekian lama hanyut oleh air, ia terdampar di tempat yang kemudian menjadi Desa Lontar. Punggawa Sembilan, yaitu Marsiri, Mardapan, Margalap, Marbatuan, Marmalikan, Mardanawan, dan Markalambahu turut hanyut dan terbawa ke tempat paling jauh dan menjadi Pulau Sembilan. Seluruh kesaktian yang mereka miliki melebur menjadi satu menjadi Pulau Sebuku.