MENJAGA DUA MALAM karya Tung Widut
Sinopsis
Wida berkenalan dengan seorang pemuda yang bernama Sam. Sam pemuda sederhana bekerja di sebuah perusahaan transportasi. Wida dan Sam akhirnya menjadi teman dekat. Pekerjaan Sam tidak disukai bu Hasna, ibu Wida karena sudah dijodohkan dengan seorang bawahan ayahnya. Sam tidak tahu. Wida menyembunyikan dari Sam. Setiap kali akan menceritakan, selalu tak tega bila Sam kecewa. Sampai suatu waktu Wida menyusul Sam yang sedang tugas kerja di sebuah hotel di kota Batu selama dua malam. Waktu dua malam itu justru Wida makin tak tega. Makin jatuh cinta kepada Sam. Sam sangat mendewakan kesucian seorang gadis. Ketika Wida terpaksa menceritakan pertunangannya dengan derai air mata suatu waktu dengan harapan Sam mau membawanya lari. Diluar dugaan, Sam justru membuat hatinya hancur berkeping-keping meninggalkan bergitu saja dengan berjuta kebencian.
== TERIMA KASIH
[sunting]Banyak kisah hidup yang bisa diceritakan dengan air mata dan tawa. Semangat diri yang utama, Allah yang pertama. Terima kasih kepada Allah SWT, yang selalu memberikan kekuatan lahir batin buat ku dari segala cobaan.
Kepada suami, Muhammad Achlan Fauzi, dan Shakila Ainuha yang selalu memberi semangat. Kepada bapak yang mengajariku tentang kehidupan nyata, mendorong aku untuk selalu bisa dan bisa. Ibu yang menimangku dengan tulus sampai dewasa. Terimakasih. Terima kasihku juga kepada orang-orang dekat yang memberi banyak pengalaman. Pengalaman yang bisa membuatku menangis, tertawa, menyesal dan semangat. Kalianlah yang memberi kekuatan untuk bisa menyelesaikan studiku.
Terima kasih banyak untuk Pak Jandris Soegiarto atas doronganya dan bersedia berbagi menulis novel.
Tak ada orang tua yang rela anaknya sengsara, tak ada orang yang menginginkan perbedaan pendapat apalagi rela kehilangan orang-orang dekatnya. Ketika semua ada, kita harus bisa mengatur diri untuk bisa meraih yang terbaik.
Tung Widut widwiastuti@gmail.com
Prolog
[sunting]Menjulang menghijau gunung berbalut kabut Rintik awan lembah beralunan sendu Menyapa permukaan yang hampir beku Berbingkai cendela kamar terhalang tipis jurai kelambu
Bantal beralas seprai putih bersaksi Tentang gemericik gemuruh rasa hati Kemesraan bergulat raga hanya sebuah elegi Kulit ari tanpa tersentuh jemari walau sekali Aku ditempatkan melebihi putri bahkan bidadari
Mampu membuatku disurga hanya dengan sapa Dengan pesona kau luruhkan jiwa kan merana
Tersungkur dalam pelukmu Ke dasar relung ku makin terjatuh Hati lekat erat terpaut Hanya kau kau dan semakin kau
Aku hanya bisa membalas dengan air mata Yang membasahi setiap kemeja yang kau pakai Rasa dalam tergenggam tanpa mampu mengurai Dari bibir ini hanya kusanggup mengucap Maafkan..........
DAFTAR ISI
[sunting]TERIMA KASIH
PROLOG
DAFTAR ISI
BERKENALAN
BUKA PUASA
BERJAMAAH
GRUP BARU
HARI RAYA
KELAKAR DI GRUP
DATANG UNTUKKU
COWOKU LAGI SAKIT
PERHATIAN BUNDA
SEPULANG NGAMPUS
KAMAR 118
BIS ANTAR KOTA
KEMESRAAN TERAKHIR
BASAH DI BAWAH TERIK
PERTUNANGAN ITU
KESEMPATAN LAGI
HUJAN PENGIHIBURKU
TAK HENDAK PERGI
KUSANDARKAN KEPALAKU DI PANGKUAN
SIMBAH
MENGHADAPI UJIAN
SEMUA BERLALU
EPILOG
BIODATA PENULIS
BERKENALAN
[sunting]Semburat jingga langit di layar barat. Memanggil burung malam berias menyambut sirnannya sang mentari. Segerombol kuntul berarak pulang keperaduan. Bertemu sang awan keemasan bercekerama menikmati semilir angin senja. Lampu jalan satu persatu sudah mulai menyala. Alunan nada Tuhan sayub bersautan. Suarau-surau yang mulai di banjiri para santri.
Suasana di dalam mall satu-satunya di kota itu terlalu ramai berdesakan. Baju yang lepas di penggang sudah dipegang pengunjung lain. Tatanan sudah tidak rapi lagi. Ruang ganti mengantri sampai tiga empat orang. Pengunjung kegerahan. Beberapa AC tak lagi mampu mendinginkan. Ditambah lagi riuh beberapa rombongan keluarga besar lengkap dengan anak-anak mereka. Merengek berebut baju yang terlucu. Tak sabar menanti sang adik pilih-pilih baju, sang kakakpun menangis. Menambah rasa sesak suasana. Dua orang gadis terlihat keluar dari toko dengan menteng tas kecil. Tas berisi sepotong kemeja. Gadis berkulit putih berkaos pink bercelana jeans biru. Rambut ikal sebahu diikat sebuah pita sederhana. Bibirnya dihiasi liptiks tipis dengan alis model sincan tebal. Satu lagi berkaos biru berjilbab bunga-bunga. Bawahan jeans biru sama persis gadis berambut ikal. Menandakan mereka berdua sahabat kental. Kulit sawo matangnya hanya dibalut bedak tipis. Hidung mancung dan lesung pipit di pipi kiri menjadi kelebihannya. Suasana luar toko ramai juga. Sama seperti di dalam. Lampu gemerlap mulai menyala. Di parkiranpun sama saja, ramai. Parkiran yang yang sejam lalu masih separo terisi, kini penuh sudah. Maklum ini H-7 lebaran. Kedua gadis itu menuju tempat mereka tadi memarkir motor. Celingak-celinguk mencari posisi yang tadi. Semua sudah berubah. Dari sekian deret ternyata nggak ada. Mereka berdua sudah mulai khawatir. Jantung berdetak lebih kecang, keringat dingin mulai keluar. Sudah empat kali mereka mondar-mandir.
“Ceweeeeeeeeek cari kita yach.....kita disini nich,” terdengar suara cowok berkaos hitam.
Cowok itu berdiri di depan jajaran sepeda motor yang diparkir. Tanpa menghiraukan suara cowok tadi, kembali dua gadis itu bejalan ke arah selatan. Diperiksanya satu persatu sepeda motor yang terpakir.
”Wid coba di deret itu tuh.......” gadis berkaos merah muda mencolek sahabatnya sambil menunjuk ke deret paling timur.
“Mbak e syantiiiiiik, betulkan pingin kenalan dengan daku?” Kembali cowok itu menggoda. Kedua gadis itu berjalan perlahan menyusuri jajaran sepeda motor bagian timur. Makin mendekati posisi cowokyang menggodanya itu. Sontak cowok itu salah tingkah. Wajahnya memerah. Sambil berdiri berkata kepada temannya yang sedang duduk di atas motor sambil main Hp.
”Eh...eh.... kesini tuh.” Tak ada tanggapan sama sekali.
Sang teman tak bergeming. Mungkin memang tak mendengar. Kedua cewek itu makin dekat dengan cowok tadi.
“Nah ini nich.....................” Kata gadis berjilbab sambil mengeluarkan kunci dari dalam saku celanannya.
”Maaf mas motornya” seru gadis berjilbab setelah dekat dengan motornya. Cowok yang sedang duduk tegopoh turun. Gadis berjilbab berusaha mengeluarkan motor dari jajaran parkir. Ternyata sulit juga. Jaraknya terlalu mepet. Sementara sang juru parkir masih sibuk melayani di ujung selatan.
“Coba mbak aku keluarkan, siapa tahu bisa,” kata salah satu cowok.
Setelah sepeda motor bisa keluar kedua gadis ngeloyor gitu aja. “Eh.....eh.....kok nggak matur nuwun,” ujar kedua cowok sambil cengar cengir.
GRUP BARU
[sunting]Sebelum tidur Ayu membuka pesan WA. Wah......ternyata ada grup baru. Grup. Dirgahayu Kemerdikaan. Senyumnya langsung mengembang. Ingat para cowok gemblung yang tadi sore kenalan. “Selamat datang di Grup Dirgahayu Kemerdikaan.” Berada paling atas. Yang mengirim Dika. Di bawahnya: “Mana suaranyaaaaaaaa,” pengirim Sam. Dilihatnya pula anggota grup. Masih Dika, Sam, dan Anda. Dasar cowok gemblung. Gitu aja pakai buat grup.
Keesokan. Seharian Dika dan Sam merayu-rayu Ayu untuk memasukkan Wida ke dalam grup. Mulai mau diajak makan gratis, ditemani berjalan-jalan kemana saja, dibantu tugas kuliah, disanjung cantik, bohai, baih hati, kalem, sampai mau dilamar.
“Gemblung,” jawab Ayu ketika kehilangan alasan untuk berkelit. “Awas kalau nggak kasih, aku ke rumahmu,” ancamnya. “Ya. Aku dan Dika akan ke rumahmu.” Dibiarkannya pesan masuk. Ayu tak menulis jawaban. Memangnya apa sih pakai ngancam segala. Saudara bukan. Satu sekolah bukan. Teman, baru kenal. Pakai ngancam segala.
Semakin tak digubris semakin gencar dua cowok gemblung itu kirim pesan. Bahkan berani nelpon . Mereka menelepon bergantian. Hp Ayu terus bergetar. Ternyata tak nyaman pula diteror.
“Gemblung,” akhirnya tangan Ayu pun menulis. “Gitu dong Yu.” “Jangan sombong atau memang kamu pingin aku dan Dika ke rumah kamu ya?.” “Udah deh iyaaaaaaaa. Tapi janji jangan gemblung kelewatan. Kalau Hpku bunyi terus kena marah ibuku.”
Mereka berdua hanya membalas emoticon tangan jempol.Selang beberapa menit Wida sudah di masukkan di grup. “Selamat datang calon menantu ayahku yang paling cantiiiiiiik.”tertulis Dika. “Selamat datang digrup calon istriku sayang.” Sam juga menulis. “Asalamuallaikum, teman.” “ Waalaikumsalam. Bener-bener calon menantu Samawa.” “Waalaikumsalam.(bersalaman, cium tangan). Cium pipinya besok kalau dah jadi istri beneran.” “Pingin bulan madu kemana?” “Bali, Singapur, Raja Ampat, ke bulan.” “Matahari” “Ouuu ternyata kamu suka yang anget-anget ya.”tulis Dika mulai ngelantur. “Gemblunng.”terkhir dari Ayu
Wida hanya tersenyum membaca di grup. Tanpa menulis kata apapun.
“Ayo Wid.....bersuara.” “Di ucapi salam kok nggak balas.” “Waallaikum salaaam.”telah terkirim pesan suara dari Wida. “Ouh merdunya suara mu.” Sampai malam grup menjadi ramai. Ada saja yang meeka sampaikan.
>