Mama dan Mori

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sinopsis[sunting]

Mori, seorang anak yang rajin bersekolah, tetapi sejak kelas V SD, Mori sering bolos sekolah, karena dia tidak suka dan menurut Mori membosankan belajar matematika, dan Mori sering diajak bolos oleh temannya yang malas bernama Rego, beruntung Mori memiliki Mama yang sangat baik, sehingga Mori menjadi semakin pintar menggunakan numerasi dalam kehidupannya sehari-hari..

Lakon[sunting]

  1. Mama
  2. Mori
  3. Rego

Lokasi[sunting]

Jakarta

Cerita Pendek[sunting]

Malas[sunting]

Pagi itu wajah Mori terlihat murung, padahal dia harus segera berangkat ke sekolah, tetapi Mori enggan masuk ke sekolah, karena belum membuat PR. Mori yang duduk di kelas V Sekolah Dasar, sangat tidak suka dengan pelajaran matematika, menurut Mori matematika sangat membosankan dan tidak menarik, apalagi di kelas V, pelajaran matematika semakin sulit, ada perpangkatan dan akar, lalu menghitung satuan, sudut, jarak, dan kecepatan, dan juga menghitung volume sebuah bangun ruang, yang membuat Mori tak betah bila berada di sekolah,

“Kenapa kamu belum berangkat nak?”, melihat Mori yang masih saja duduk di teras rumah, Mama menyapanya, Mori hanya diam saja,

“Apa kamu sakit?”, karena Mori tak menjawab, Mama mengira Mori sedang kurang sehat, Mori hanya menggelengkan kepalanya saja,

“Ayo nak, kamu jangan malas sekolah, Mama sebenarnya curiga dengan gerak-gerik Mori yang tidak biasanya, tetapi Mama tak mau memaksa Mori untuk bercerita,

“Sudah siang, nanti kamu terlambat”, Mama terus berusaha membujuk Mori agar segera berangkat ke sekolah,  

“Pasti papa marah kalau tahu kamu belum berangkat ke sekolah”, Mama mengusap kepala Mori, karena Mama sangat sayang kepada Mori,  

“Mori berangkat dulu ya, Ma”, Mori mencium tangan Mama,

“Hati-hati ya nak”, Mama membalas dengan mencium kening Mori, lalu Mori berangkat ke sekolah.

Bolos[sunting]

Mori yang malas ke sekolah, karena hari ini ada pelajaran matematika, berjalan dengan lambat, saat Mori sedang berjalan, tiba-tiba Rego, temannya memanggil Mori,

“Mori kamu mau sekolah?”, Mori melihat Rego naik sepeda menghampirinya,

“Emang kamu tidak sekolah Go?”, Mori balik bertanya kepada Rego, karena dia heran melihat Rego yang tidak menggunakan seragam sekolah,

“Aku malas ke sekolah Ri, aku mau main sepeda saja”, Mori tertarik melihar Rego bermain sepeda, dan tidak bersekolah,

“Ngapain ke sekolah Ri, sekarang kan ada pelajaran matematika, lebih baik kita main saja”, Mori sebenarnya sangat tertarik mendengar ajakan Rego, tetapi Mori juga ingat pesan Mama,

“Emang Mama kamu tidak marah Go, kamu tidak masuk sekolah”. Mori curiga Rego bisa bolos sekolah,

“Mama ku tidak pernah menanyakan aku, Ri, jadi terserah aku mau masuk sekolah atau tidak”, Mori merasa heran mendengar jawaban dari Rego,

“Lagi sekali saja bolos, tidak apa-apa, Ri, Mama kamu juga tidak akan tahu”, Rego berusaha membujuk Mori yang bingung,

“Ayo Ri, di rumahku masih ada satu sepeda lagi punya kakakku, kamu bisa memakainya, kita main sepeda”, Mori menghentikan langkahnya, padahal jarak ke sekolah sudah dekat,

“Lagian emang kamu sudah mengerjakan PR matematika yang diberikan kemarin?”, Mori hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Rego,

“PR yang sebelumnya saja kamu sama aku belum buat, nanti kita disuruh berdiri di depan kelas lagi, karena tidak membuat PR”, akhirnya Mori menerima ajakan Rego, dia mengikuti Rego bolos ke sekolah di hari itu, dan mereka bermain sepeda.

Bohong[sunting]

Melihat Mori pulang dari sekolah, Mama langsung menghampirinya,

“Kamu sudah pulang nak?”, Mama sebenarnya tidak curiga kepada Mori, tetapi Mori yang ketakutan, karena takut ketahuan kalau tidak masuk ke sekolah, tak berani melihat kepada Mamanya,  

“Iya Ma, Mori baru pulang”, Mori terburu-buru langsung berjalan masuk ke dalam rumah,

“Sini dulu sayang, biasanya kamu pulang sekolah mencium Mama dulu”, Mama tahu Mori sedang menyembunyikan sesuatu darinya,

“Mori lapar banget Ma”, Mori tahu Mama pasti akan kecewa kalau Mori memberitahukan dia bolos sekolah hari ini, Mori sebenarnya anak yang patuh kepada kedua orangtuanya, apalagi kedua orangtuanya sangat sayang kepada Mori, terutama Mamanya, yang tidak pernah marah kepada Mori, walaupun Mori kadang mengabaikan pesan orangtuanya, tetapi pelajaran matematika, membuat Mori berubah,

“Ya sudah kalau kamu memang sudah lapar, Mama sudah siapkan ayam goreng dan sup daging kesukaanmu”, Mama sepertinya tahu Mori sudah melakukan kesalahan, karena Mama sangat mengenal Mori, anaknya, tetapi Mama memang selalu membiarkan Mori untuk mengakui kesalahannya, baru Mama akan menegur Mori,

“Mama siapkan makanmu, kamu cuci kaki dan tangan dulu, dan ganti pakaian”, Mama tersenyum kepada Mori, sedangkan Mori yang sudah tidak jujur kepada Mama, hanya diam saja, tak lama Mori sudah duduk di meja makan ditemani Mama,

“Bagaimana di sekolah hari ini nak?”, Mori tak mampu menjawab pertanyaan Mama, karena Mori tidak datang ke sekolah hari ini, melihat Mori yang diam saja, Mama tahu kalau Mori pasti tidak masuk ke sekolah,

“Mori tidak boleh bolos sekolah, kalau ada yang membuat Mori malas ke sekolah, Mori cerita ke Mama”, Mama membelai rambut Mori, sambil menemani Mori yang sedang makan,

“Mama sayang sama Mori, jadi Mori juga harus sayang sama Mama, Mori sayang tidak sama Mama?”, Mori hanya mengganggukan kepalanya saja,

“Kalau Mori sayang sama Mama, Mori tidak boleh berbohong dan tidak boleh malas ke sekolah, apalagi sampai bolos”, Mori sebenarnya ingin bercerita kepada Mamanya, tetapi Mori masih takut,

“Apalagi kalau Papa sampai tahu Mori bolos sekolah, pasti Papa akan marah sama Mori”, Mama melanjutkan lagi bicaranya kepada Mori,

“Ya sudah makannya dihabiskan, biar Mori semakin rajin belajaranya”, melihat Mori yang hanya terdiam, Mama tahu Mori belum siap untuk bercerita kepadanya.

Bolos Lagi dan Berbohong Lagi[sunting]

Setiap Mori mau berangkat ke sekolah, Mama selalu menyiapkan bekal makanan untuk Mori bawa ke sekolah,

“Mori ini jangan lupa di bawa”, Mama memberikan bekal makanan kepada Mori,

“PR mu sudah dikerjakan semuanya?”, Mori teringat dia belum mengerjakan PR matematikanya,

“Sudah Ma”, Mori terpaksa berbohong, karena Mori tak ingin Mama marah kepadanya,

“Kalau sudah semua, kamu berangkat sekarang, nanti kamu terlambat!”, kata Mama kepada Mori,  

“Aku berangkat dulu ya, Ma!”, Mori berpamitan, sambil mencium tangan Mam, dari kejauhan Mama memperhatikan Mori, Mama melihat Mori tak bersemangat berangkat ke sekolah, sebenarnya Mama tahu pasti Mori ada masalah di sekolah, bukan Mama tak mau bertanya masalah Mori di sekolah, tetapi Mama tak ingin membuat Mori merasa tidak nyaman,

“Ri, main yuk”, Rego berteriak memanggil Mori yang sedang berjalan ke sekolah, Mori sebenarnya tak ingin bolos hari itu, karena Mori sudah berjanji kepada Mamanya, Mori terus berjalan, tetapi Rego mengejarnya,

“Ri, kemarin kan kamu bolos sama aku, ngapain kamu hari ini sekolah, kta main saja seperti kemarin”, Rego menahan Mori yang ingin melanjutkan perjalanannya ke sekolah,

“Hari ini aku mau sekolah Go, aku sudah membohongi Mama kemarin, dan aku tidak mau membohonginya lagi, aku takut Go”, Mori melepaskan tangan Rego yang menahannya,

“Terserah kamu Ri, Mama kamu pasti malu kalau tahu kamu tidak pernah membuat PR matematika dan kamu disuruh guru berdiri di depan kelas”, Mori berhenti, dan terdiam, tak lama Mori menghampiri Rego,

“Ayo Go, hari ini kita main saja”, Rego berhasil membuat Mori bolos lagi, dan pasti Mori akan membohongi Mamanya lagi.

Belajar[sunting]

“Mori sayang, boleh Mama bertanya sama kamu nak?”, setelah makan siang, Mama mengajak Mori bicara,

“Iya Ma”, Mori hanya menunduk, Mama memeluk bahu Mori dengan erat,

“Mori harus jujur, karena Mama tidak suka Mori berbohong, tetapi Mama melihat Mori sepertinya tidak jujur sama Mama, Mori bilang sayang Mama, kalau Mori biasakan berbohong, nanti seterusnya Mori akan berbohong lagi, Mori mau nanti dibilang tukang bohong”, Mama bertanya kepada Mori dengan lembut,

“Mori minta maaf Ma, Mori sudah berbohong, dua hari Mori bolos tidak masuk sekolah”, Mori tetap menunduk, dia takut melihat Mamanya,

“Kenapa Mori bolos dan berbohong sama Mama?”, Mama memegang dagu Mori, dan mengangkat wajah Mori,

“Mama tidak marah sama Mori, tetapi Mori harus cerita ada apa?”, Mama melanjutkan bicaranya,

“Mori disuruh berdiri di depan kelas Ma, karena Mori tidak mengerjakan PR Matematika”, Mama senang mendengar cerita Mori, karena Mama mau Mori cerita kepadanya,

“Mori,,,Mori”, Mama memeluk Mori dengan hangat,

“Mori tidak usah kuatir, kalau Mori kesulitan belajar matematika, Mori tinggal bilang sama Mama, pasti Mama akan bantu Mori”, Mori mulai berani melihat kepada Mama,

“Betul Mama mau ajari Mori matematika?”, tanya Mori seakan tak percaya,

“Kalau Mori mau sekarang Mori bawa PR matematikanya, nanti Mori kerjakan PR sama Mama ya nak”, Mama tersenyum melihat Mori, dia bangga melihat kejujuran Mori,

“Ini Ma, ayo kita kerjakan PR nya Ma sekarang”, Mori terlihat bersemangat,

“Ayo..”, Mama sangat senang, karena Mori sudah tak murung lagi, saat mengerjakan PR matematika berkali-kali Mori bertanya kepada Mama, dan minta Mama mengulangi lagi,

“Kalau cara menghitung lebar persegi panjang dengan ukuran panjang sisi 25 cm, bagaimana Ma?”, tanya Mori kepada Mama,

“Caranya mencari lebar persegi panjang = sisi x sisi, coba sekarang menggunakan rumus itu Mori hitung jadi lebarnya berapa?”, Mama meminta Mori menghitung hasilnya dengan cara yang Mama ajarkan kepada Mori,

“Berarti 25 x 25 ya Ma, hasilnya 500”, Mori menjawab dengan suara yang keras sekali,

“Mori jangan lupa, karena cm x cm, jadi hasilnya 500 cm2, harus ditambahkan angka 2 dibelakang sentimeternya”, Mama bersyukur, karena Mori sudah mulai tertarik dengan pelajaran matematika,

“Untuk jawaban soal PR ini, bagaimana cara mencari sudut terkecil yang terbentuk oleh jarum jam pukul 02.30 wib?, Mori sudah tahu cara menghitungnya?”, Mori seakan tak mau berhenti untuk belajar matematika,

“Bagaimana Ma, cara menghitungnya, Mori belum tahu”, melihat Mori yang semakin bersemangat, Mama juga semakin senang mengajari Mori matematika,

“Jadi kalau satu putaran penuh jam itu sama dengan 360°, sedangkan jam angkanya kan ada 12, sehingga tiap beda satu angka akan bernilai 30°, diperoleh dari 360° dibagi dengan 12, sampai sini Mori mengerti kan?”, Mori menggangukan kepalanya menjawab pertanyaan Mama,

“Karena jam 02.30 wib, Jarum panjang di  angka 6, sementara jarum pendeknya berada di antara 2 dan 3, maka cara menghitungnya, 6 x 30⁰ – (2 30/60 x 30⁰), jadi 180⁰ - (2,5 X 30⁰) = 105⁰,  bagaimana Mori mengerti kan?”, Mori tersenyum, dia mulai menyukai pelajaran matemtika yang tidak sesulit yang dibayangkannya,

“Ternyata matematika tidak sulit ya Ma”, tiba-tiba Mori mencium pipi Mama, dan memeluk Mama,

“Iya nak, kalau Mori rajin belajar dan terus giat berlatih di rumah sama Mama, atau sendiri pasti akan mudah, apabila Mori malas yang mudah pun akan menjadi sulit”, Mama mendekap tubuh Mori, dan membalas mengecup kedua pipi Mori.

Tak Mau Berhenti[sunting]

Sepulang sekolah, Mori berlari sambil berteriak dengan kerasnya, dia mencari Mamanya,

“Mama, Mori dapat nilai ulangan matematika 100”, Mori menunjukkan hasil ulangannya kepada Mama, yang sudah menanti Mori pulang dari sekolah,

“Itu namanya Mori sayang Mama, Mama juga jadi tambah saya sama Mori”, Mama merasa senang dan bangga dengan Mori, Mama memeluk Mori dengan penuh kasih sayang,

“Iya Ma, sekarang Mori senang belajar menghitung, dan semua pelajaran matematika”, Mori membalas pelukan Mama,

“Tapi Ma, Mori diberi PR lagi sama guru di sekolah, nanti Mama ajari Mori lagi ya”, Mori berbicara dengan manja kepada Mama,

“Pasti nak, sekarang Mori ganti baju, jangan lupa cuci kaki dan tangan, terus Mori makan siang dulu”, Mori terlihat sangat bersemangat, Mori langsung berlari mengganti baju dan mencuci kaki serta tangannya, dia ingin segera belajar matematika lagi bersama Mama,

“Makannya jangan buru-buru, tidak baik nak, pelan-pelan saja”, Mama melihat Mori ingin segera menyelesaikan makan siangnya, karena sudah tak tahan ingin belajar matematiak dengan Mama.


Setelah selesai makan siang, Mori langsung menghampiri Mama,

“Ayo Ma, kita belajar lagi sekarang”, Mama tersenyum melihat Mori,

“Soal PR ini bagaimana Ma menghitungnya?”, tanya Mori kepada Mama,

“Oh ini, jarak dari kota X ke kota Z  726 km, jarak pada peta kedua kota tersebut yaitu 12 cm berapakah skala yang digunakan dalam peta tersebut?”, Mama sempat berpikir sejenak,

“Begini sayang cara menghitungnya, jarak sebenarnya = skala x jarak pada peta, jadi kalau Mori mau mencari skala = jarak sebenarnya/jarak pada peta”, Mama melihat ke arah Mori yang terlihat serius sekali,

“Jadi jawabnya skala = 726/12, coba Mori hitung berapa hasilnya?”, tak lama Mama bertanya Mori langsung menjawab,

“65 Ma”, jawab Mori,

“Iya betul jadi skalanya 1:65 km, bagaimana Mori sudah mengerti?”, Mama kembali tersenyum, setelah Mori menganggukan kepalanya,

“Kalau ini Mori bingung Ma, bagaimana ya cara menghitungnya?”, Mori menunjuk ke salah satu soal PR matematika yang diberikan gurunya,

“Ayo Mori baca dulu soalnya, Mama dengarkan, nanti kita cari bagaimana cara menghitung dan jawabannya”, Mama ingin Mori bisa memahami soal PR Matematika yang ingin dijawabnya,

“Sebuah kolam ikan yang berbentuk kubus, terisi 3/4 bagian, jika untuk memenuhi kolam ikan tersebut memerlukan air sebanyak 2.662 liter lagi, berapakah panjang rusuk kubus tersebut?”, Mori membaca dengan semangat, Mama mendengarkan sambil berpikir cara menghitungnya, Mama terdiam sejenak,

“Jadi cara menghitungnya begini nak, kolam ikan sudah terisi 3/4 bagian, berarti supaya penuh berapa bagian lagi yang harus diisi, coba Mori hitung?”, Mama bertanya kepada Mori,

“Kurang 1/4 bagian, Ma”, jawab Mori,

“Iya betul, pintar anak Mama”, Mori senang sekali mendengar ucapan Mama,

“Betul ya Ma?, terus bagaimana lagi Ma?”, Mori semakin

“Karena kurang 1/4 bagian lagi, dan air yang diperlukan sebanyak 2.662 liter, berarti yang sudah terisi 3 x 2.662 liter = 7.986 liter untuk 3/4 bagiannya, jadi kalau kolam ikannya diisi penuh jadi banyak airnya 2.662 liter + 7.986 liter = 10.648 liter, bagaimana Mori sudah mengerti sampai disini?”, Mama melihat wajah Mori begitu ceria dan gembira, sekarang Mori senang sekali dengan berhitung,

“Mengerti dong, Ma”, jawab Mori,

“Kalau rumus menghitung volume kubus, Mori pasti tahu dong?”, Mama kembali bertanya kepada Mori,

“Rusuk pangkat 3 ya, Ma?”, Mori dengan cepat menjawab pertanyaan Mama,

“Iya betul, atau rusuk x rusuk x rusuk, dari rumus itu baru kita hitung panjang rusuk kolam ikan yang berbentuk kubus itu”, Mama mengajak Mori untuk mencoba menghitung soal PR matematikanya,

“Akar pangkat 3 dari 10.648 liter ya Ma?”, kali ini Mori yang menjawab, Mama menganggukan kepalanya sambil tersenyum kepada Mori,

“Jawabnya 22 ya Ma?”, selesai menghitung Mori memberikan jawaban kepada Mama,

“Iya pintar ya anak Mama, tapi jangan lupa satuannya digunakan jadi 22 dm”, Mama menambahkan jawaban Mori,

“Ma, matematika ternyata seru ya, Mori suka sekali sama matematika”, mendengar ucapan Mori, Mama mengusap kepala Mori,

“Mori mau terus belajar matematika, asyik Ma”, kata Mori lagi, Mama sangat bahagia mendengarnya, Mori sekarang sudah tidak takut lagi ke sekolah, Mori tak mau berhenti belajar supaya pintar numerasi terutama dalam kehidupan sehari-hari.


TAMAT