Lompat ke isi

Memulai baru

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

PUING-PUING ISTANA

Namaku Aleandra, umur 10 tahun. Seperti halnya kebanyakan anak kelas 4 SD aku suka punya banyak teman. Bermain bersama adalah sesuatu yang sangat 'dibutuhkan' setiap hari. Namun kadang ada hari yang tidak bisa dilalui dengan teman-teman. Ada kalanya menyendiri tanpa kuingini. Hei... tenang aku ini Aleandra! Aku bisa menjadi apapun setiap hari. Jika teman-temanku tidak datang hari ini maka aku berencana menjadi seorang petani hari ini. Petani yang memiliki tanah sawah dan perkebunan yang luas, lalu aku akan mengangkut panen dengan mobil pick up favoritku. Lalu hasil panen itu aku jual ke pasar. Aih...senangnya aku bisa mendapatkan sayur dan buah-buahan tanpa harus mengeluarkan uang, aku bisa memakan dan memetiknya kapan pun aku mau. Sebagai pemilik tanah aku sangat berkuasa dan pintar. Semakin hari tanahku semakin luas, sampai akhirnya aku bisa mendirikan kerajaan sendiri. yap....istanaku! "Aleandra..... Tolong jemuran bajunya diangkat. Mau hujan!!" Pekik ibu dari dapur "Ya..bu!" Jawabku sambil berdiri masih dengan menggunakan topi petani aku bergegas keluar menuju jemuran baju. Sudah hampir seminggu ibu sakit, ayah bilang ibu terlalu sedih kehilangan rumah kesayangannya. Aku tak ingat kapan persisnya tapi yang pasti saat pulang sekolah kudapati banyak ibu-ibu dan bapak-bapak berkerumun di gang depan rumahku. Katanya ada rapat dengan Pak RW. Besok-besoknya setiap pulang sekolah kudapati orang-orang semakin sering berkerumun, ada yang berwajah sedih, ada yang marah-marah, sebagian mengomel, dan yang lainnya tampak bingung. Ketika kutanya ibu cuma bilang "Kita dipaksa pindah nak,...." Ibu membelai rambutku pelan "Terus kita mau kemana bu?" Ibu cuma menghela napas panjang. panjaaaang sekali. Besok-besoknya ada orang-orang berseragam datang, pakaian loreng, seperti tentara, kadang aku sering berkhayal apakah para tentara Belanda juga seperti itu? Mereka awalnya hanya meliha-lihat rumah, besok-besoknya mulai mengeluarkan barang-barang, besok-besoknya lagi membongkar tiang-tiang rumah. Ada yang menangis, ada yang menjerit ada yang cuma duduk pasrah di tanah. Dan aku melihat ibu, ayah dan kakak-kakakku terpaksa membongkar rumah kami, rumah yang baru saja direnovasi. Aku tak ingat kenapa aku tidak sedang sekolah saja pada saat pembongkaran terjadi. Sekarang aku tinggal sementara di rumah saudara ibu, sekolahku masih yang dulu tapi tentu semuanya jadi berbeda. Sebagian teman-temanku tak tahu ada dimana. Aku kehilangan Sandra, Tika dan Hamami. Hei... Tapi jangan terlalu kuatir! Aku Aleandra aku bisa menjadi apapun setiap hari, aku bisa memiliki apapun yang kuingini, walaupun itu hanya mimpi.