Menemukan Diri
Sinopsis
[sunting]Lisa adalah anak yang penurut dan tidak banyak permintaan. Namun sebenarnya dalam hati Lisa memiliki banyak keinginan dan kecemburuan. Suatu hari Lisa menemukan satu hal yang membuatnya menemukan impian dan harapan baru.
Cerita Pendek
[sunting]Hal yang mebuatmu bersemangat
[sunting]Pagi itu Lisa menghabiskan sarapan dengan terburu-buru. Dia melahap semua sarapannya sementara ayah dan ibu masih belum memulainya.
“Kamu pelan-pelan dong makannya Lisa” tegur ibu sembari menyendok nasi ke piring.
Lisa minum air putih kemudian langsung menyalami ayah dan ibu.
“Lisa pigi ya yah, bu..”
“Ya hati-hati ya.., jangan lari dijalanan” ucap ayah seolah menghawatirkan keburu-buruan Lisa.
Dijalan, Lisa berjalan dengan penuh semangat. Sesekali dia berlari kecil seperti orang yang tak sabaran untuk sampai kesekolah. Lisa bersekolah di SD swasta dekat rumah Lisa tinggal. Kini dia duduk dibangku kelas lima. Setelah kurang lebih 10 menit Lisa berjalan, akhirnya dia sampai disekolah. Meletakkan tasnya dikelas, kemudian bergegas ke ruangan guru dan mengambil kunci ruangan komputer. Ternyata yang membuatnya sangat bersemangat pagi ini adalah karena pelajaran komputer setiap hari rabu di jam pertama. Lisa memiliki seorang sahabat jauh diluar kota. Dia akan menerima email dari sahabatnya setiap minggu dan akan membaca serta membalasnya di hari rabu setiap pelajaran komputer.
“Hai Lisa bagaimana kabarmu hari ini?
Akhir-akhir ini aku sangat merindukanmu. Apa kau ingat dulu kita pernah dimarahi? Seharian ga pulang kerumah karena tersesat saat pergi keladang tempat ayahmu bekerja? Hahaha disitu mukamu lucu banget, seperti orang yang sedang menahan pipis karna takut akan dimarahi. Kalau diingat-ingat sepertinya itu hari-hari dimana kamu melakukan hal yang bertentangan dengan orang tuamu, mengingat kamu itu orangnya penurut banget. Apa kamu masih sering menggambar? Nanti kalau sudah lebih mahir kau harus menggambar aku ya.
Oh iya minggu depan sepertinya aku akan sangat sibuk. Aku akan mengikuti olimpiade matematika tingkat provinsi. Jadi, kalau aku tidak membalas pesanmu, itu bukan berarti aku sudah melupakanmu hehehe… Itu karena aku lagi sibuk mempersiapkan diri untuk olimpiade. Aku juga mau minta doanya, doamu yang terakhir sangat manjur deh. Kamu semangat ya disana. Sesekali kamu harus mencoba hal yang baru seperti aku. Jalan-jalan keluar itu sangat seru tau".
Dah Lisa, jangan lupa balas suratku ya.
Sahabatmu
Andre
Lisa sesekali tersenyum saat membaca pesan dari Andre. Namun disaat yang sama surat itu seperti mengubah suasana hati Lisa hari itu.
“Olimpiade ya? Irinya. Apakah aku juga bisa seperti itu?” Pikir Lisa.
Lisa memang mengagumi Andre karena kepintarannya. Dulu Andre sering kerumah Lisa, terutama karena mereka adalah tetangga dan bersekolah di SD yang sama. Di saat yang bersamaan, ayah Andre adalah seorang polisi yang baru ditugaskan dikampung itu. Sebagai orang tua tunggal, ayah Andre sangat senang dan terbantu karena ada keluarga Lisa tempat Andre bermain saat dia sedang bekerja. Setiap malam, Andre akan mengajari Lisa setelah dia menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Saat itu orang tua Lisa mengeluh karena Lisa sangat sulit diajari membaca dan menulis. Kemudian Andre dengan metode yang berbeda bisa membuat Lisa mengerti dengan cepat. Andre membawa mainan abzad kerumah Lisa, yang mana sebenarnya itu adalah abjad dari permainan anagram yang merupakan milik ayah Andre.
Dia menyuruh Lisa untuk menyusun huruf demi huruf dari kata yang Andre ucapkan. Perlahan-lahan Lisa mulai bisa membaca dan menulis. Mulai dari kata per kata hingga membuat kalimat sendiri. Hal itu tentu saja memakan waktu yang cukup lama. Namun karena kesabaran Andre, akhirnya Lisa bisa megerti dengan cepat. Hingga memasuki semester dua di kelas satu Lisa sudah lancar membaca dan menulis. Semenjak dari situ, Andre dan Lisa sudah menjadi sahabat dekat. Mereka sering mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama. Terutama karena Andre anak yang pintar dan Juara pertama dikelas, tidak heran jika dia sangat pandai mengajari Lisa yang adalah adik kelasnya. Sesekali Andre juga mengajak Lisa kerumahnya, disana dia mengenalkan Lisa dengan kompurter milik ayahnya. Andre mengajari Lisa tentang dunia komputer, hingga mengirim dan membalas email seperti yang mereka lakukan sekarang. Dan akhirnya saat memasuki kelas lima ayah Andre pindah tugas kekota yang jauh, yang membuat Andre juga yang saat itu masih sd harus ikut pindah dengan ayahnya.
Hal yang membuatmu cemburu
[sunting]Siang itu cuaca sangat mendung disaat yang bersamaan di jam terakhir kelas hari ini. Lisa menatap keluar jendela seolah memperkirakan langkahnya setelah pelajaran berakhir. Tepat setelah lima menit ibu guru mengakhiri pelajaran itu, hujan mulai turun. Lisa berlari, namun hujan turun lebih deras mengawali langkahnya. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu di depan ruang perpustakaan. Sambil mengibaskan rambutnya yang sedikit basah pandangannya tertuju pada mading. Menunggu hujan sedikit reda, Lisa iseng membaca apa saja yang ada disana. Hingga dia berhenti pada sebuah selebaran yang membuat hatinya tergerak. Selebaran itu berisikan pengumuman sebuah lomba. Itu membuat Lisa teringat kepada Andre yang akan mengikuti olimpiade matematika. Saat itu pikiran Lisa dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Kenapa aku tidak sepintar mereka? Apa suatu saat nanti aku akan bisa bepergian seperti mereka yang mengikuti olimpiade? Kalau saja ayah dan ibu punya uang yang banyak mungkin aku sudah mengikuti bimbingan belajar. Begitulah pikirnya.
“Lisa!” suara itu tiba-tiba menghentikan keributan dikepala Lisa.
“Anna?” Lisa menyambut panggilan itu.
“Ayo pulang bareng, hujannya sepertinya akan lama berhenti. Lagian aku lewat dari rumahmu juga”
“Eh serius aku boleh ikut?”
“Iya ayo cepat sini” ajak Anna sembari menyodorkan payungnya kepada Lisa.
“Trimakasih”
“Iya ga apa apa kok”
“Kamu lagi baca apa tadi disana? Kamu keliahatan serius banget.” Tanya Anna mengawali pembicaraan sesaat setelah mereka berjalan.
“Oh.. enggak kok. Hanya iseng membaca aja, sambil nunggu hujan reda. Kamu sendiri kenapa baru pulang?”
“Hari ini aku piket kelas makanya lama pulang”
“oh iya. Pantasan”
“Hujan-hujan gini enak banget ya kalau tidur?” ujar Anna membuka topik baru.
“Hahaha iya sih. Tapi kan nanti kamu bisa tidur dirumahmu”
“Mana bisa aku tidur. Habis ini aku ada kursus bahasa inggris jam dua nanti”.
“Wah, kamu ikut kursus itu ya?”
“Iya. Kelasnya seru kok. Kamu juga kalau mau, ikut aja. Dari kelas kita ada beberapa juga kok yang ikut” jawab Anna bersemangat mengajak Lisa.
“Biayanya mahal ya?”
“Hmm.. aku kurang tau soal biayanya, soalnya ibuku yang membayarnya” Anna melambatkan langkahnya, memikirkan kemungkinan nominalnya.
“Apa kamu mau? biar aku tanyakan kepada ibu.” Anna mencoba meyakinkan Lisa.
“Oh.. ga usah kok, gapapa. Lagian sepertinya aku ga ada waktu buat ikut kursus”
“Kenapa?”
“Eh aku sudah sampai. Aku duluan ya. Trimkasih udah mengantar aku” Lisa seperti sengaja menghindari pembicaraan mereka.
“Oh iya, cepat banget. Dah Lisa sampai ketemu besok!”
“Dah Anna” Lisa melambaikan tangan kepada Anna.
Dirumah, Lisa langsung mengganti pakaian dan segera makan. Karna hari ini hujan, Lisa tidak pergi keladang untuk membantu ibunya. Ayahnya juga petani, namun dia lebih sering bekerja di ladang milik pejabat setempat. Akhirnya Lisa memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci kain, memasak dan membersihkan rumah sebelum ibu dan ayah pulang. Seperti yang dikatakan Andre, Lisa memang anak yang penurut dan bukan anak yang banyak permintaan. Namun sebenarnya, di dalam hati Lisa banyak keinginan dan kecemburuan. Saat sedang asik mencuci pakaian, Lisa kembali teringat perkataan Anna tadi. Lisa meneguhkan pilihannya untuk menanyakan kepada orang tua nya apakah dia bisa mengikuti kursus sepulang dari ladang nanti.
Keadaan yang pahit
[sunting]“Lisa…” suara ibu memangil dari depan pintu.
“Ibu dan ayah sudah pulang?” sahut Lisa dari dapur
“Kamu lagi masak ya nak?” tanya ibu sambil berjalan menuju dapur
“Udah siap bu, ini tinggal cuci piring kotor habis memasak tadi”
“Wah Lisa pintar ya. Karena hujan tadi, ibu dan ayah jadi lama pulang, jadinya ibu ga bisa bantuin Lisa masak” Ibu berusaha memuji Lisa karena merasa sedikit bersalah.
“Ga apa apa kok bu? oh iya ayah mana?” Lisa melihat kearah ibu tadi datang.
“hmm? tadi dipanggil tetangga sebentar”.
“oh gitu?..”
“Ya udah Ibu mandi dulu ya” ibu mengusap kepala Lisa, dan masuk ke kamar mandi.
Malamnya saat sedang menghidangkan makan malam ke meja makan. Lisa sudah menyiapkan hati untuk membicarakan tentang kursus kepada ayah dan ibu saat makan nanti. Tapi dari ruang makan, Lisa tak sengaja mendengar pembicaraan ayah dan ibu yang sedang ada di kamar.
“Tadi pak Joko ada apa panggil ayah kerumahnya?”
“Ah tidak ada apa-apa kok, dia hanya memberikan surat tagihan listrik”
“Oh sudah mau bayar lisrik lagi?, rasanya cepat banget”
“Iya satu bulan itu ga terasa. Sebentar lagi juga pembayaran uang sekolahnya Lisa”
Pembicaraan itu sepertinya membuat hati Lisa menjadi sedih dan tidak berniat lagi untuk membicarakan tentang kursus kepada orang tuanya. Saat makan malam, mereka menyantap makanan dalam keadaan sangat hening. Lisa yang tadinya memiliki tekat dalam hati saat itu juga mengurungkan niatnya. Malam itu Lisa menyadari kenyataan yang membuatnya tidak ingin berharap lagi. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan Lisa mengikuti kursus seperti teman-temannya.
Menemukan Harapan Baru
[sunting]Hari ini adalah hari Jumat. Setiap hari Jumat kegiatan pagi disekolah Lisa adalah kerja bakti. Kelas Lisa mendapat tugas untuk membersihkan perpustakaan dan sekitarnya. Sebagian perempuan akan bertugas membersihkan ruangan dan selebihnya dipekarangan perpusatakaan termasuk untuk membersihkan taman.
“Ibu kenapa kertasnya dicabut?” tanya Boris kepada kepala perpustakaan saat hendak mencabut selebaran dimading depan perpustakaan.
“Ah ini kemarin ada seorang mahasiswa yang minta tolong buat menempelkannya di mading, katanya siapa tau anak-anak disini ada yang mau ikut pertandingannya. Sepertinya tidak ada yang tertarik. Lagian ini sebentar lagi akan berakhir waktu pendaftarannya”.
“Emang itu perlombaan apa bu?” Boris bertanya lagi, sembari mendekati ibu Irma.
“Oh ini perlombaan menggambar tingkat Sekolah Dasar”
“Jangan di buang dulu bu, dikelas kami ada anak yang pandai menggambar, mungkin saja dia bisa ikutan. Bisa saja masih ada dari kelas lain. Mungkin karena tidak ada guru yang mengumumkannya secara resmi, anak-anak lain jadi tidak tau tentang perlombaannya”.
“iya sih” jawab ibu ragu dan membuka kembali selebaran itu.
“Itu dia Lisa. Lisa, sini sebentar” Panggil Boris sambil melambaikan tangannya kepada Lisa yang sedang menyapu teras depan perpusatakaan.
“Ya bu?” Lisa datang menemui ibu Irma dan Boris.
“Lihat, kamu kan jago menggambar, bisa saja kamu ikut mencoba perlombaan yang ini?”
“Ah iya apa kamu tertarik untuk ikut Lisa?” Ibu Irma menambahkan pertanyaan Boris
“Eh, apa saya boleh ikut? Gambar saya tidak terlalu bagus bu”
“Kata siapa? Gambar kamu bagus kok. Bahkan setiap pelajaran menggambar kamu yang selalu punya nilai yang lebih tinggi”
“Oh ya? kalau begitu kamu coba saja, masalah menang atau tidaknya itu urusan belakang. Setidaknya kamu akan punya pengalaman baru” sahut ibu Irma mencoba meyakinkan Lisa.
Lisa terdiam sejenak, dia tidak punya jawaban yang pasti akan ajakan itu.
“Kamu tidak perlu takut, nanti kamu akan diajari ibu kesenian sebelum berangkat kesana”
“Apa biayanya mahal?”Lisa menatap ibu Irma.
“Biaya?” Ibu Irma terdiam sejenak
“Tidak ada biaya kok. Lisa tidak perlu mengeluarkan biaya, nanti sekolah yang akan membiayai semua keperluanmu” Ibu Irma langsung mengerti kekhawatiran Lisa.
“Benaran bu?”
“Iya. Kalau kamu tertarik ibu akan bilang kepada kepala sekolah dan segera mendaftarkanmu. Apa kamu mau?”
Lisa mengangguk mengiayakan ajakan ibu Irma.
Hari itu seperti menemukan harapan baru, hati Lisa seperti musim semi. Untuk pertama kalinya dia mendapat perhatian khusus dari sekolah.
“Ternyata aku masih punya satu bakat diantara banyaknya ketidakpintaranku” begitulah pikir Lisa.
Malamnya saat sedang makan malam, Lisa menceritakan itu kepada ayah dan ibu. Diluar dugaan Lisa, ternyata respon ayah dan ibu sangat senang dan antusias. Melihat itu, Lisa semakin yakin dan tenang. Setiap malam Lisa latihan menggambar sebelum tidur. Dia sangat antusias dan bersemangat mengingat ini adalah perlombaan pertamanya.
…
Pagi ini seperti biasa Lisa berangkat kesekolah dengan buru-buru. Meletakkan tasnya dikelas dan pergi keruang guru mengambil kunci ruangan komputer. Iya, hari ini adalah hari Rabu. Dia membuka email dan betul saja seperti yang Andre bilang, Lisa tidak mendapatkan balasan.
Lisa menulis pesan baru untuk Andre.
“Sepertinya kamu memang benar-benar sibuk ya, aku tidak menemukan balasan dari pesanku yang terakhir.
Aku juga ingin cerita. Baru-baru ini aku seperti mempunyai tujuan baru yang membuatku bersemangat. Aku akan mengikuti perlombaan menggambar akhir pekan ini. Perlombaanya memang tidak sebesar mengikuti olimpiade matematika ditingkat provinsi sepertimu. Tapi aku juga akan mencoba hal baru seperti yang kamu bilang. Terimakasih telah membuatku cemburu untuk sesaat, namun itu juga yang membuat hatiku tergerak. Oh iya aku juga mohon doanya! Hehehe
Kau harus segera membalas suratku ya".
Dari sahabatmu
Lisa
Begitulah Lisa menemukan tujuan baru dalam hidupnya. Mungkin bukan suatu yang besar. Namun satu langkah yang membuat dia akan menemukan pengalaman yang baru.
TAMAT