Mengulang Cerita Ayah
MENGULANG CERITA AYAH
Surya ! Surya!
Teriakan Ayah terdengar dari kejauhan, seperti biasa, di akhir pekan seperti ini, ayahku paling keras melarang jika aku berada di dalam kamar ,
apalagi jika ketahuan bermain game, ceramah ayah akan semakin Panjang ….
Surya ! Panggil Ayah di iringi ketukan dipintu Kamarku.
Iya Ayah! Jawabku sambil membuka Pintu
Kamu ngapain di kamar terus?
Waktu ayah seusiamu, Hari minggu seperti ini ayah sudah bermain dengan teman-teman ayah,
Kamu kenapa dikamar terus?
inikan hari minggu Ayah , jadi aku bermain Game. Jawabku dengan Nada Lemas
Ayah heran dengan anak2 sekarang, dulu seusia kamu,
Ayah paling senang bermain diluar rumah,
ada banyak permainan, ayah biasanya main kelereng, main gasing, dan banyak permainan lain,
tapi anak anak sekarang lebih suka bermain didalam kamar. sibuk dengan game dan handphonenya…
Ayah itukan Dulu, sekarang ini permainan sudah berubah, permainan Ayah yang dulu sudah Punah dan sekarang ngk ada lagi yang mau memainkan permainan itu Ayah, Ucapku..
Ada saja cara kamu menjawab Ayah!
Ya Sudah ! sekarang kamu berhenti main Game! bantu ayah membersihkan halaman rumah ! Pinta ayah sambil berlalu keluar dari kamarku…
Ayahku mungkin berbeda dengan Ayah teman-temanku,
boleh dikata hampir mirip seorang Ibu,
berbanding terbalik dengan Ibuku yang lebih pendiam dan penyabar.
dengan malas Aku terpaksa beranjak dari tempat tidur dan bersiap membantu Ayah untuk membersihkan halaman rumah.
Saat melintas di ruang tengah tak sengaja aku mendengar percakapan Ibu dan Ayahku.
Bu!.. Aku semakin khawatir dengan Surya
ketergantungannya sama Handphone dan Game Online sudah berlebihan,
paling sering di dalam kamar dari pada main sama teman-temannya..
Ayah, Anak-anak sekarang ini berbeda dengan masa kita dulu,
permainannya ya, semua pakai Hanphone,Game Online,
kalaupun Surya bermain sama teman-temannya di luar Rumah,
pasti permainannya Game Online Juga ,pakai Handphone,
jadi mending dia dirumah saja kan
tapi Bu! Ayah Rasa kebiasaan ini harus di rubah bu,
kalau di biarkan terus Surya tidak bisa bersosialisasi
Lantas apa yang harus kita lakukan Ayah?
Ayah berencana memindahkan Surya sekolah tempat Ayah sekolah Dulu…
Aku sangat terkejut mendengar rencana Ayah,
memutuskan untuk mengirimku ke desa tempat Ayah dibesarkan, dan aku akan dititipkan di rumah Nenek…
Surya ! kamu ngapain disitu? sini panggil Ibu ketika melihatku mematung
Bu!.. apa aku akan pindah sekolah ketempat Nenek? tanyaku dengan Nada lemas
Iya sayang!
Ibu dan Ayahmu berencana untuk memindahkan Surya sekolah di tempat nenek,
Jawab Ibu sambil tersenyum…
Tapi Bu, ditempat Nenekan Desa Bu,
Jaringan Internet juga belum ada, mana bisa aku pindah kesana bu
Surya, Ibu dan ayah sudah memutuskan jadi kamu tetap akan pindah sekolah… Ucap Ayah dengan Nada sedikit Tinggi.
Aku beranjak meninggalkan Ibu dan Ayah dan berlari kemarku.
Rasanya semuanya berubah,
membayangkan untuk tinggal di rumah Nenek, di kampung yang jauh dari Tehnologi,
sehari saja rasanya begitu sulit,
apalagi harus menghabiskan waktu yang lama…
Tak terasa air mata jatuh dipipiku,
semakin di tahan air mata ini mengalir semakin deras…
Tok Tok ToK ..
Dek! Apakah kakak bisa masuk?
Terdengar suara pintu terbuka, kakak menuju kearahku sambil tersenyum.
Tangisku semakin deras sambil memeluk Kakak,
ya! Aku merasa kakakulah yang paling mengerti dan memahami perasaanku,
usia kami memang terpaut sangat jauh,
kakak sudah kuliah sementara aku masih duduk di bangku kelas satu SMP.
kakak, Ibu dan Ayah mau memindahkan aku sekolah kak, kataku mengadu.
Iya kakak sudah dengar dari Ibu..
Kak, aku menolak pindah sekolah,
Kakak taukan di rumah nenek tempatnya terpencil,
Aku pasti kesulitan untuk bermain game kak,
apakah Ayah dan Ibu sudah ndak sayang lagi sama Aku ,
sampai- sampai ibu dan ayah tega mengirim aku kerumah Nenek yang jauh…
Dek, Ibu dan Ayah sayang sama kamu,
mana ada orang tua yang tidak sayang anaknya,
ibu dan ayah pasti punya tujuan yang baik,
sampai adek harus pindah sekolah ke kampung Nenek..
mana mungkin kak!
Kalau ibu dan ayah sayang, kenapa harus di kampung Nenek,
Kakak taukan itu sangat jauh, jawabku nyaris berteriak..
Adek! ,adek Tau Kucing?
Saat anaknya dalam posisi yang berbahaya,
kucing berusaha memindahkan anaknya di tempat yang lebih aman,
caranya dengan mengigit Leher anaknya dan membawanya pergi,
orang yang tidak mengerti, pasti menganggap kucing itu kejam, karna mengigit anaknya,
padahal kucing berusaha untuk melindungi
Nah ibu dan Ayah seperti itu,
Pasti ada Tujuannya sampai ibu dan ayah mau memindahkan adek sekolah di tempat nenek…
Kak ! apakah posisiku berbahaya? ngk kan kak?
aku baik-baik saja, jadi beda sama anak kucing yang dipindahkan ibunya…
Hmmmmm,!
Kakak yakin saat anak kucing di pindahkan ibunya,
pasti mereka tidak tau kalau kondisinya sedang dalam bahaya,
sekarang adek terima saja dulu, Lama-lama adek pasti akan suka tinggal di rumah nenek
….
Satu pekan berlalu, tibalah waktu dimana Aku akan berangkat ke rumah Nenek,
Daerah yang sangat jauh di Sulawesi Tengah,
dari Jakarta membutuhkan waktu kurang lebih 24 Jam perjalanan, naik pesawat di lanjutkan perjalanan darat mengendarai Mobil.
Surya ! Ayo cepat keluar, nanti ketinggalan pesawat Lho…
Ibu berdiri tepat di depan pintu kamarku, Aku langsung berlari memeluk ibu sambil menangis terisak,
Bu! kenapa aku harus ke kampung Nenek?
Apakah ibu yakin bisa berpisah dari aku dalam waktu yang lama?
Tanyaku berusaha merayu ibu, agar Ayah tidak membawaku pergi
Perlahan ibu memelukku, seakan berusaha menguatkan agar aku tidak bersedih…
Sayang! kamu kan sudah SMP Jadi anggap saja ini latihan untuk mandiri,
apalagi ketempat Nenek kan?
Nenek sayang sama Surya, dan setau Ibu, Surya juga senangkan kalau ada Nenek?
Waktu Surya berkunjung bukannya sangat suka disana?
bisa mancing ikan, dan ke kekebun sama kakek.
Tapi bu! itukan hanya untuk liburan, sekarang aku harus sekolah disana, dan pasti akan lama baru aku bisa ketemu ibu,
Ibu menghela Nafas Panjang sambil duduk di sisi tempat tidurku,
Sayang, Ibu yakin kamu pasti akan suka di sana,
percaya sama ibu!
nanti ibu akan berkunjung kalau ibu rindu ,atau kalau surya yg rindu
Surya ! Ayo berangkat… !
Suara Ayah terdengar memanggilku,
Tandanya keberangkatanku sulit untuk dihentikan, tak ada cara yang bisa dilakukan selain pasrah, bagaimanapun keputusan Ayah sudah bulat, dan sepertinya tidak ada gunanya juga meyakinkan ibu, untuk membujuk Ayah.
Akhirnya aku harus siap sekolah di tempat terpencil, dimana Handphone, Game Online dan semua hobiku di tinggalkan di Jakarta…
Pukul 12 siang pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Sis Aljufri Palu,
Perjalanan kali ini aku hanya di antar oleh ayahku, sementara ibu dan kakak tetap di Jakarta..
Surya ! ayuk!
Ayah memanggilku meminta agar bergegas keluar dari bandara
Ya kampung Nenek Terletak di Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah tepatnya di Desa Pinjan Kecamatan Tolitoli Utara,
Orang Jakarta atau daerah Lainnya di Indonesia Banyak yang belum mengenal daerah Ini,
padahal di Kampung Nenek Suku dan Etnis yang mendiami cukup banyak,
bahkan bisa dibilang hampir semua Suku ada
sehingga sering di sebut sebagai Indonesia Mini.
Di kampung Nenek ada 3 Suku dan Etnis Asli yakni Suku Tolitoli, Dondo dan Dampal,
Ayahku Suku Tolitoli, menikah dengan ibu Suku Jawa, dan keluarga kami menetap di Jakarta.
Surya! Bagaimana? Sudah siap?
kita langsung berang ? Tanya ayahku,
Iya Ayah! jawabku singkat
Ya sepanjang perjalanan aku memang tak banyak bicara
Aku masih protes dengan keputusan ayah sehingga memilih untuk diam selama perjalanan…
Baiklah! ayah sudah pesan Rental untuk kita tumpangi ke Tolitoli,
Tapi berangkatnya sebentar lagi, jadi kita makan dulu ya, kata ayah
Surya mau makan apa? Ayah ajak makan kaledo mau?
Terserah Ayah saja, jawabku singkat.
Padahal dalam hatiku, ini adalah makanan yang paling aku suka,
dua tahun lalu, ketika Ayah dan ibu membawaku liburan di rumah Nenek, kami mampir makan Kaledo di Kota Palu…
Kaledo adalah makanan Khas kota palu, yang terbuat dari Tulang Kaki sapi,
makanan ini mirip dengan Sup Buntut, namun keunikannya kaledo biasanya di sajikan dengan ubi rebus, dan tulang kaki Sapi yang cukup besar yang di sajikan dalam mangkuk,
sangat mengugah seleraku ,apalagi di sediakan pipet atau sedotan untuk menyedot sum sum yang ada di dalam tulang kaki sapi…
Membayangkan makanan ini, tak terasa air liurku hampir saja tumpah..
Akhirnya kami sampai di warung Keledo yang sangat terkenal di Kota Palu, kabarnya Pak Yusuf Kalla saat menjadi Wakil Presiden Pernah Makan di Warung Ini,
Benar saja, baru memasuki warung, aroma Kaledo yang mengugah selera seakan menyambutku,
Ayah emmang Paling jago soal makanan, selera kami sama dan pilihan Ayah soal makanan tidak pernah mengecewakan.
Setelah menikmati Kaledo Khas Kota Palu,
Kami menuju Tolitoli,, berbeda dengan Jakarta yang memiliki gedung-gedung tinggi,
Perjalanan menuju Tolitoli pemandangannya lebih banyak Gunung dan Laut,
Sepanjang jalan Ayah bercerita tentang masa kecil Ayah, yang katanya seru,
namun tentu saja serunya versi Ayah,
sementara versi aku itu sangat ketinggalan zaman..
Surya! sebentar lagi kita akan melewati Gunung Tinombal,
Ayah paling suka Melewati gunung Itu, karna Ayah seorang pria , jadi ayah sangat suka Tantangan..
Gunung Tinombala merupakan rute ekstrem yang dilalui ketika menuju Kabupaten Tolitoli, tanjakan yang tinggi,
dan banyak tikungan di tambah beberapa ruas jalannya rusak, cukup membuat jantungku was-was ketika melewati gunung Ini.
Ayah mulai bercerita tentang gunung Tinombala,
Salah satu cagar alam yang terletak di Propinsi Sulawesi Tengah,
dengan satwa endemiknya yakni Babi Rusa, tergolong satwa yang pemalu namun agresif jika di ganggu.
Surya uau Babi Rusa? Tanya ayah kepadaku
Aku menjawab dengan menggelengkan kepala..
Babi Rusa itu memiliki taring yang tersulut keluar melalui kedua sisi mulutnya ,
mereka biasanya hidup dengan kelompok kecil, dengan satu ekor Jantan yang paling kuat sebagai pemimpin,
biasanya induk Babi Rusa membuat sarang untuk Anaknya dari berbagai bahan yang ada di hutan
seperti rumput, rotan,daun dan ranting pohon, apabila berjalan dalam kelompok Babi Rusa selalu mengeluarkan suara yang teratur dan berbalasan,,,
Bunyinya seperti ini suiriiiii suirriii .!! Ayah berusaha mencontohkan suara Babi Rusa Gunung Tinombala
Yang hampir saja membuat tawaku pecah..
Tak hanya bercerita soal gunung Tinombala dengan segala keunikannya
Sepanjang jalan Ayah juga bercerita tentang permainan tradisonal yang Ayah mainkan saat kecil…
Surya , Waktu Ayah seusiamu, ayah sering bermain Gasing,
Surya pernah dengar permainan Gasing? Tanya Ayah
Aku mengelengkan kepala, namanya tidak populer dan sepertinya di Jakarta tidak satupun temanku yang memainkan permainan ini,
Rasa ingin tauku tentang cerita masa kecil Ayah perlahan mulai muncul.
Gasing Itu adalah permainan Tradisional terbuat dari kayu keras yang di ukir menjadi bulat ,
tapi di bagian bawah Gasing bentuknya runcing
terus bagian atasnya dibentuk juga
untuk memasang tali pengait,
Cara mainnya seperti Apa Ayah ? Tanyaku ingin tau,
Caranya Gasing akan diputar dengan tali, dan putarannya sangat cepat kadang kadang saking cepatnya, kelihatan seperti diam,
Nah! biasanya Ayah dan teman Ayah saling adu, siapa yang paling lama putarannya maka dia yang Jadi pemenag,
dan Surya Tau?
Tidak ada teman Ayah yang bisa mengalahkan kemampuan Ayah bermain Gasing,
Aku melirik Ayahku, terlihat ada senyuman bangga di wajahnya,
Sementara aku, sibuk dengan khayalan tentang permainan Gasing yang Ayah jelaskan.
Kamu Tenang Saja, Karna di Kampung Nenek tidak ada Jaringan Internet, maka Permainan ini Masih ada.
Anak –anak tidak ada yang main Game Online
Jadi Kamu juga akan memainkannya Nanti, kata ayah sambil melirik kearahku.
Oh ya, permainan Gasing itu hanya salah satu permainan Ayah,
Ada Juga yang namanya permainan Logo
Ayah paling jago dan tak terkalahkan kalau main permainan ini, Kata Ayah dengan Bangga..
Itu Permainan seperti apa Ayah?
Permainan Logo terbuat dari tempurung kelapa, yang di ukir berbentuk hati,
ukurannya sebesar Mouse Komputer,
Tapi di buat pipih, terus ada stiknya juga, biasanya ayah buat dari batang bambu, yang ayah ukir, panjangnya bisa seukuran pentungan Pak Satpam,
Stik pemainan Logo di buat pipih , tapi ketebalannya harus tetap di perhatikan biar tidak mudah patah.
Terus cara mainnya bagaimana Ayah? tanyaku penasaran
Jadi Logo yang berbentuk hati Tadi,
di susun berurutan, biasanya Ayah bemain secara Tim,
Terus Ayah berusaha menjatuhkan Logo lawan Ayah yang di susun tadi,
Nah siapa yang paling banyak menjatuhkan Logo lawannya, dialah yang jadi pemenang.
Aku mendengar cerita Ayah dengan serius, membayangkan kehidupan Ayah di masa kecil,jauh berbeda dengan permainanku sekarang,
Hanya dari dalam kamar aku bisa bermain bersama teman-teman lewat Game Online,
tapi ayah dulu, bahkan untuk alat yang di gunakan bermain, harus di cari sendiri, sangat kreatif.
Pantas saja Ayahku cerewet mengomentari permainan Game Online yang aku mainkan.
Pak! Mohon maaf ya, sepertinya kita harus Istirahat sebentar, karna Jalan di tutup
Sopir mobil yang kami tumpangi menepi, dan menghentikan kendaraan.
Terlihat sangat ramai, Jalanan padat, dan banyak orang yang mengunakan pakaian berwarna kuning terang..
Ini ada acara apa ya Pak?
Tanya Ayah kepada Sopir
Oh ini Pak, Ada Kunjungan Gubernur dan tamu dari Jakarta,
Mau peresmian jembatan yang ada di depan sana, kata Pak sopir menjelaskan kepada Ayahku
Dari Kejauhan Aku melihat beberapa perempuan menari ,mengunakan baju berwarna kuning, perlahan aku menurunkan kaca mobil, penasaran ingin mendengarkan musik apa yang mengiringi tarian itu
Suaranya asing bagiku, sangat jarang terdengar , namun cukup menyenangkan
Ayah yang duduk di sampingku seakan mengerti dengan rasa penasaranku.
Surya mau Tau itu Tarian Apa? tanya Ayah,
Aku menganguk tanda setuju
Itu namanya Tari Moduai, Biasanya kalau ada tamu tamu penting yang datang ke Tolitoli di sambut dengan Tarian ini ..
Namanya unik ya Ayah!
Iya, pada Zaman Kerajaan di Kabupaten Tolitoli, Tarian ini sering di gunakan untuk menyambut tamu kerajaan, sekarang masih di lestarikan, jadi kalau ada tamu penting tarian ini wajib dimainkan.
Tapi Ayah musiknya jarang aku dengar
Musiknya ini masih tradisional, kalau bahasa tolitoli Namanya Gagandang, atau Gendang ,ada Kulintang Juga..
Pak, kita jalan lagi ya! sopir menyela pembicaraanku dengan Ayah,
Dan perjalanan kami berlanjut kembali,
Setelah kurang lebih 8 jam perjalanan dari Kota Palu terlihat pintu gerbang berukuran besar, yang bertuliskan selamat datang Kota Tolitoli..
Tepat di depan gerbang sopir menghentikan Mobil, terlihat ada warung kecil, sepertinya pak sopir Ingin membeli sesuatu..
Aku membaca kembali tulisan yang ada di gerbang
MOSIMBESANG,MESOUNGU,MOTIMPEDES MAGAU..
Aku penasaran dengan arti tulisan Itu…
Ayah, aku membangunkan Ayah yang tertidur
Ayah , tulisan Itu artinya apa? Tanyaku
Ayah mengunakan kacamatanya, sambil membaca tulisan yang ada di gerbang Kota
Oh Itu Moto Kabupaten Tolitoli, yang artinya Bekerja Keras Dengan Semangat Persatuan Yang Kokoh,
Aku menganguk tanda mengerti
Ayah memperbaiki posisi duduknya,,
Surya tau kenapa Ayah memindahkan Surya sekolah ketempat Nenek?
Aku perlahan mengelengkan Kepala..
Ayah Ingin sekali Surya merasakan kehidupan yang berbeda,
yang lebih nyata, di bandingkan Game Online yang sering Surya Mainkan,
Menjelang remaja, Ayah Ingin, Surya bisa mempelajari hal-hal yang baru,
Tentang tradisi dan Budaya Daerah tempat Surya di Lahirkan..
Aku memang Lahir di Desa Pinjan Kabupaten Tolitoli, walaupun setelah dua bulan kelahiranku, Ibu dan Ayahku membawaku Pindah ke Jakarta
Surya Tau, Jika anak anak remaja seperti Surya tidak belajar tentang permainan Tradisonal, budaya, dan Tradisi kita,
Nanti tidak ada Lagi yang tau,ternyata ada Tarian Tradisional, ada Permainan tradisonal, dan kebiasaan, kebiasaan masyarakat di masa lalu, yang harus di lestarikan.
Tapi Ayah, kenapa harus di kampung Ayah, kan lebih dekat kalau di kampung ibu di Surabaya
Ayah menatapku sambil Senyum,
Surya, kampung Ayah ini Sangat Jauh, banyak yang belum tau, jangankan tradisinya, Kalau di sebut Kota Tolitoli Mungkin masih ada yang tidak tau Letaknya dimana,
Karna itu Ayah membawa Surya kesini,
Sebelum semuanya punah tertinggal kemajuan tehnologi,
Ayah harap Surya bisa mempelajari dan merasakan, bagaimana Kehidupan anak-anak di kampung Nenek,
yang masih memainkan permainan Tradisional, dan nanti Surya juga pasti akan belajar tentang Tradisi di kampung Nenek…
Pak! sekitar 3 jam lagi kita sampai, apakah mau istirahat dulu atau lanjut Pak? tanya sopir kepada Ayah
Kita lanjut saja Pak, kalau bapak tidak kelelahan,,,
Siap Pak!
Kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke Kampung Nenek..
Dari pusat kota Tolitoli masih 3 jam perjalanan lagi yang harus di tempuh…
Kurang lebih setengah jam berjalan…. Tiba Tiba..
Pushhhhhhhhhh!!!
Ada apa Pak sopir ? tanya Ayah terkejut
Aku yang baru saja menutup mata mencoba untuk tidur, ikut terkejut..
Wah! maaf Pak !
Ban mobil sepertinya kempes, harus di perbaiki dulu..
Baiklah, kalau begitu kami tunggu di warung seberang jalan Itu ya Pak!…
Ayah membuka pintu mobil dan membawaku ke warung kecil yang tampak ramai…
Assalamuallaikum!
lagi bikin apa ini pak, rame-rame?… sapa Ayah dengan dialeg Tolitoli
Oh! Ini Pak lagi persiapan acara MAGANDURLAN BANGGA besok subuh di pantai Lalos
Di saat ayah sedang bercerita dengan beberapa orang, Aku sibuk mengamati
Ada suara Musik yang hampir sama saat kami berhenti ketika peresmian jembatan Tadi,
Kata Ayah nama Musiknya adalah Kolintang dan Gagandang.
Aku juga melihat beberapa orang menyiapkan perahu yang di hias
dan mulai menata buah-buahan dan makanan di dalamnya…
Aku penasaran apa yang akan dilakukan dengan perahu itu,
Namun aku tidak mungkin bertanya kepada Ayah,
Nampaknya ayah sedang serius bercerita,
Aku mendengar ayah mengunakan bahasa daerah Tolitoli,
Nenekku kalau ke Jakarta suka mengunakan bahasa Daerah ketika bicara dengan Ayah,
Itulah mengapa aku tau persis bahasanya, walaupun tidak mengerti artinya…
Beberapa anak kecil,terlihat bermain kelereng di sekitar perahu yang di hias,
Mereka memanfaatkan cahaya lampu yang terang Untuk bermain dimalam hari,
di Jakarta jarang teman-temanku bermain kelereng,
Namun aku pernah memainkan permainan ini saat berkunjung kerumah nenek dua tahun lalu.
aku suka bentuk kelereng yang bulat apalagi jika warnanya menarik,
karna terbuat dari kaca jika terkena cahaya, warna kelereng akan semakin indah, sayangnya aku sering kalah saat bermain.
Hmmmmm
Rasanya aku ingin sekali bergabung untuk bermain,
Namun aku malu karna tidak mengenal mereka, dan nampaknya merekapun malu-malu menatapku…
Pak! mobilnya sudah Siap…
Pak Sopir mengalihkan perhatianku dari permainan yang berlangsung seru, kami akhirnya melanjutkan perjalanan…
Ayah! tadi perahu itu untuk apa? tanyaku kepada Ayah
Oh Itu tradisi Suku Tolitoli, namanya Mangandurlan Bangga,
Atau kalau dalam Bahasa Indonesia menghayutkan Perahu kelaut, atau Pelarungan..
Itu Untuk apa Ayah? tadi aku liat ada banyak makanan yang di susun dalam perahu.
Biasanya kalau Tradisi ini dilakukan, Ada Wabah penyakit yang sedang terjadi,
Suku Tolitoli percaya jika menggelar Tradisi Mangandurlan Bangga maka penyakit yang mewabah bisa segera Hilang..
Jadi perahunya nanti di apakan ayah? Tanyaku
Besok subuh perahu itu akan di bawa kelaut dan di hanyutkan,
Dalam perahu ada banyak makanan, dan buah-buahan,
Surya liat tadi kakek yang jenggotnya putih?
Iya aku liat Ayah,
Nah! kakek tadi itu Tokoh Adat yang nanti akan memimpin Upacara Mangadurlan Bangga..
Makanan dalam perahu apa saja Ayah? Tanyaku
Makananya enak-enak, ada Ayam Bakar, Ikan, Buah-buahan, Nasi Pulut, atau Ketan, Telur dan kue-kue Tradisonal seperti buatan Nenek.
Ayah terdiam sejenak, tak sengaja aku mendengar tawa kecil Ayah…
Ayah, kenapa Ayah tertawa, tanyaku penasaran
Hmmmmm .
Ayah mengingat kembali masa kecil Ayah…
Tapi Surya jangan mencontoh ini ya! kata Ayah menegaskan
Saat Ayah kecil, ayah pernah mengambil makanan yang di hanyutkan dalam perahu saat upacara Manggaduran Bangga….
Haaaa!!
Aku terkejut mendengar pengakuan Ayah…
Setauku Ayah adalah orang yang jujur ternyata ayah waktu kecil pernah nakal juga…
Waktu Ayah kecil, Ayah punya Geng,
Jadi kalau acara Manggadurlan Bangga sudah dimulai,
Ayah dan Geng ayah, mulai naik perahu,
Kami kejar perahu yang memuat makanan itu, dan kami ambil makanannya.
hmmmmm Ayah menghela Nafas Panjang….
Karna kejadian pencurian makanan di perahu Itu, Ayah sampai di hukum Kakek dan ayah di larang bermain perahu lagi.
Sampai ayah lulus SMP, ayah tidak pernah lagi bermain perahu bersama Geng Ayah,
Tapi Surya, sebenarnya makanan yang ada di dalam perahu saat prosesi Mangganduran Bangga bisa di ambil oleh nelayan, jika nelayan ketemu perahu itu di tengah laut, bukan tidak boleh di ambil,
Nenek dan kakek marah kepada Ayah,
karna berbahaya mengejar perahu yang sudah jauh dari Pantai.
Surya Tau! Suku Tolitoli percaya Manggadurlan Bangga, bisa menghilangkan wabah penyakit, karna itu sampai saat ini kalau ada penyakit yang mewabah,
Suku Asli Tolitoli masih melakukan Tradisi ini…
Setelah perjalanan yang panjang,
Hampir tengah malam, kami tiba di rumah Nenek, perjalanan yang sangat jauh, namun bagiku menyenangkan.
Baru kali ini, aku menikmati perjalanan bersama Ayah,
Diam-diam, aku tertarik dengan cerita Ayahku,
Ayahku adalah Ayah yang hebat, yang Tak ingin, aku hanya mempelajari Tehnologi Moderen,
dan membiarkan Adat Istiadat dan Tradisi Daerah tempat aku di lahirkan perlahan hilang dan hanya menjadi Sejarah…
Awalnya aku tak suka sekolah di kampung Nenek,
Namun aku akan mencobanya, aku akan mengulang cerita Ayahku, dan Aku yakin, aku akan lebih baik dari ayah saat bermain Gasing, atau bermain Logo.