Menyusuri Hari
Judul : MENYUSURI HARI Penulis : Dewi Mulidyawati
Matahari pagi ini begitu indah, jingga merona seraya menyapa dunia agar bisa melangkah menuju masa depan cerah. Kokok ayam bersahutan membangunkan para penikmat raya yang kadang kala manja.
Pagi ini Risa berusaha berolah raga seperti biasa untuk kebugaran diri. Sebelumnya sarapan pagi agar aktivitas bisa lancar dijalani.
"Ma, Pak, ade Risa berangkat berolah raga dahulu ya, tadi sudah sarapan selembar roti tawar dan segelas susu , Assalamu'alaikum," pamit Risa kepada kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam, iya Nak, hati-hati di jalan," sahut Ibu sambil mendoakan kepergian anaknya. Sedangkan Bapak hanya mengangguk seraya tersenyum.
Setelah mengecek kelengkapan sepeda dan membersihkannya terlebih dulu, Risa pun mengayuh kendaraan roda dua kesayangannya itu dengan kecepatan sedang sambil menikmati udara pagi yang masih segar.
Jalanan lancar dan masih sepi, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang. Sesekali terdengar kicauan burung seakan menyambut hari ini.
Hari makin siang, tak terasa sudah 10 Km Risa mengayuh sepeda di jalanan, menyusuri beberapa kelokan, tanjakan serta turunan. Dia memperhatikan sekitar, di sisi jalan sebelah kanan ada seorang bapak yang sudah renta menjajakan harum manis yang digemari oleh anak-anak.
Risa membelokkan sepedanya dan memghampiri kakek tersebut dan membeli harum manis, sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan makanan itu tapi dia merasa simpati dengan penjajanya.
"Berapa, Kek harga harum manisnya?" tanya Risa sopan.
"Lima ribu rupiah saja, Neng," jawab sang kakek.
Segera Risa mengeluarkan uang dari dompetnya, sengaja ia lebihkan sedikit hanya untuk membantu kakek tersebut.
"Ini uangnya lebih, Neng," Sahut sang kakek seraya mengembalikan kelebihan uang tersebut.
"Tidak apa-apa Kek, ambil saja, siapa tahu bisa membantu kakek walau sedikit," Risa menolak dengan halus.
"Terima kasih, Neng geulis, semoga Allah senantiasa melindungi dan merahmati," Seraya berdoa kakek tersebut benar-benar merasa bersyukur.
Setelah itu Risa kembali melanjutkan perjalanan, ia selipkan tali plastik harum manis itu digagang setang sepedanya. Tak lama ia melihat seorang anak kecil sedang menangis di pinggir jalan, Risa pun menghampirinya, diberikannya harum manis yang ia punya kepada sosok gadis manis berkuncir dua itu. Anak itu langsung menghentikan tangisnya dan menerima pemberian Risa yang tidak seberapa itu.
"Terima kasih, Kak," Ucap anak kecil itu seraya mengembangkan senyumnya yang manis. Terlihat giginya yang putih bersih.
"Sama-sama, anak manis, kamu rumahnya di mana, pulanglah Dik, nanti orang tuamu khawatir," tutur Risa mengingatkan anak kecil tersebut.
"Baik, Kak, rumah saya dekat kok dari sini, mari Kak," celoteh sang gadis cilik itu.
"Ya sudah, Kakak ingin melanjutkan perjalanan lagi," kata Risa sambil bersiap pergi.
"Hati-hati di jalan, Kakak," Ceplos gadis cilik itu sambil melambaikan tangan.
Risa membalas lambaian tangan gadis cilik tersebut seraya kembali mengayuh sepeda, kali ini dengan kecepatan penuh. Rambutnya yang indah sebahu pun tersibak oleh angin, peluh yang membasahi tubuhnya perlahan mulai mereda karena embusan udara di sekitar.
Kali ini tujuannya adalah rumah neneknya, wanita dengan mata berwarna cokelat dan hidung bangir itu berniat bersilaturahmi dan melepas rindu kepada perempuan yang telah melahirkan ibunya tersebut.
Tibalah Risa di rumah yang bercat biru dan bentuknya minimalis milik neneknya, sedangkan kakek sudah berpulang ke Rahmatullah dua tahun sebelumnya.
"Assalamu'alaikum, Nek ini Risa, Nenek di mana?" sapa Risa dengan semangat.
"Wa'alaikumussalam, masuk Risa, Nenek ada di dapur," sahut Nenek dari dalam ruangan.
Risa membuka pintu dengan perlahan dan segera menuju dapur, ruangan kecil itu tampak rapi dan bersih.
"Nenek, Risa kangen!" Ucap cucu kesayangan sang nenek itu seraya memeluknya dari belakang.
Nenek membalikkan badannya dan tersenyum semringah melihat cucunya yang terlihat bugar, ia sangat bahagia dengam kedatangan Risa.
"Risa kebetulan nenek habis menggoreng tempe dan membuat sambal gowang kesukaan kamu, mari kita makan,Nduk," Ujar nenek seraya mengambil piring dan menyendok nasi serta memyerahkannya kepada Risa.
"Asyiiik, kebetulan aku lapar Nek, lelah sehabis mengayuh sepeda tadi," ucap Risa.
Mereka pun makan bersama, sambil sesekali bercerita Risa tampak menyantap hidangan dengan sangat lahap dan bahkan menambah hingga dua kali.
"Kalau ada sambal buatan Nenek, makanan jadi tambah nikmat," seloroh Risa, ia tampak kepedasan.
"Jangan buru-buru makannya, nanti kamu tersedak" sela nenek mengingatkan.
Setelah selesai menyantap hidangan yang sederhana itu, Risa kemudian membantu nenek untuk mencuci piring di wastafel. Lalu mereka menuju ruang keluarga untuk sekedar bersantai dan berbicara menikmati waktu.
Tak terasa langit mulai meninggi, sudah sepenggalah dan waktu Zuhur tiba, Risa dan nenek pun segera melaksanakan salat wajib berjamaah sebagai kewajiban umat muslim di seluruh dunia.
Setelah selesai menunaikan salat, Risa pamit pulang kepada sang nenek. Hari sudah mulai mendung, ia khawatir kehujanan di jalan. Namun, Alhamdulillah Risa sampai ke rumah sebelum hujan turun. Kemudian Risa membersihkan diri dan berganti pakaian, ia mengenakan piyama bermotif polkadot. Tak lama gerimis membasahi bumi, niatnya untuk tidur siang tidak kesampaian, tiba-tiba ia mendengar suara kucing kecil mengeong lemah.
Risa pun melihat di balik jendela kamarnya dan melihat ada seekor kucing kecil sedang kedinginan di antara gerimis yang turun. Dengan sigap Risa pun menuju ke luar rumah dan mengambil kucing kecil lucu itu dan membawanya ke dalam.
Ia membawa kain kecil untuk mengelap tubuh mungil hewan tersebut, kemudian menyelimutinya dengan kasih sayang. Kucing imut itu pun tertidur pulas karena tubuhnya sudah mulai hangat, sedangkan Risa memutuskan untuk pergi ke luar sebentar untuk membeli susu khusus di toko hewan terdekat.
Risa meminta izin kepada Ibunya untuk dapat memelihara hewan itu di rumah, Ibu pun mengizinkan dengan syarat agar Risa bisa bertanggung jawab atasnya dan ia pun menyetujuinya.
Malam berlalu begitu cepat. Pagi ini Risa dan keluarganya memutuskan untuk sarapan nasi uduk dengan lauk semur telur dan tahu dengan sedikit sambal beserta kerupuk khas masyarakat Betawi.Ibu membelinya di warung nasi uduk Mpok Eli di depan ujung jalan.
"Hmmm, sarapan yang lezat, Ibu," Risa berujar dan ia pun merasa kenyang.
Sarapan pun selesai, setelah itu Risa menyiapkan peralatan untuk pratikum di rumah, iya dia mendapatkan tugas dari Guru IPA untuk membuat kristal dari kapur barus yang dibakar di dalam kaleng.
Risa mengerjakannya di halaman rumah, disusunnya batu bata untuk membuat tungku pembakaran.
"Hati-hati ya, Nak," Ibu mengingatkan Risa agar tidak ceroboh.
Sekitar 20 menit dia melakukan pembakaran kapur barus, dan hasilnya pun terlihat, kapur barus itu menjadi kristal-kristal yang indah di dalam kaleng bekas biskuit. Besok tugasnya dikumpulkan. Risa menyimpan hasilnya di lemari meja belajarnya terlebih dahulu.
Kemudian dia mulai mengerjakan tugas satunya lagi dari Guru Bahasa Indonesia yaitu membuat puisi. Dari yang dia pelajari puisi terdiri dari dua jenis yaitu Puisi lama dan Puisi Baru. Puisi lama terikat bait dan larik dan menggunakan ritme. Sedangkan puisi model baru tidak terikat dan bebas.
GURU
Ibu dan Bapak Guru Semangatmu patut ditiru Ilmu yang berguna kau bagi selalu Agar masa depan kami terbantu
Tak kenal lelah memberi materi Kami belajar dengan penuh arti Sehingga kami mengerti Akan kehidupan fana ini.
Tugas Bahasa Indonesia pun selesai dikerjakan Risa. Ia pun berisirahat sambil menikmati kudapan kue dan teh manis hangat yang disediakan Ibu.
Selesai
Bionarasi Dewi Mulidyawati, wanita kelahiran 10 Januari 1982 dari Ibu bernama Entin Kartini dan Bapak Sudirman serta merupakn seorang adik dari Wondo ini punya hobi membaca, menulis, olah raga, traveling, fotografi, musik, nonton bioskop, mai Hp dan kadang berkebun, hahaha banyak ya. Jika ingin mengenal lebih dekat bisa lewat WA: 081958258483 FB: Dewi Mulidyawati dan IG : @diwimilidyiwiti.