Lompat ke isi

Misteri Pencurian di kelas Tito

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Proyek Yuwana : Cerita Anak : Misteri Pencurian di kelas Tito

Tema literasi : Kewarganegaraan

Penulis : Virgin Dinary

Premis :[sunting]

Tito mencari pelaku pencurian di kelasnya, yang membawanya menemukan fakta yang tak terduga, sebuah kasus yang berkaitan dengan perundungan.

Lakon :[sunting]

Tito, Sisil, Bu Citra

Lokasi :[sunting]

Kelas 8A SMPN 1 Surabaya


“Aduuuhh tidaaakk” kelas 8A SMPN 1 Surabaya mendadak riuh di hari Selasa pagi. Hari ini Tika kehilangan uang, Tika merupakan bendahara kelas 8A, dia memegang banyak setoran uang buku teman-teman, jumlah uang yang hilang pagi ini sejumlah 150 ribu. Sudah beberapa kali dalam 1 bulan terakhir dalam kelas 8A terjadi pencurian. Seperti, tiga hari yang lalu uang Karin hilang 50 ribu, kemarin dulu buku IPA milik Ani, belum lagi topi baret pramuka Ahmad, dan tidak terhitung jumlah perlengkapan sekolah murid-murid yang hilang, sungguh membuat keadaan kelas 8A menjadi tidak nyaman. Tito selaku ketua kelas 8A dan juga menjabat sebagai ketua OSIS merasa sangat bertanggung jawab untuk segera menemukan pelaku pencurian dikelasnya, yang sudah tega mengambil barang-barang dan uang milik teman-temannya.

Setelah melapor pada guru piket, kelas Tito kembali di razia, seluruh loker, tas anak dan saku kemeja dan kantong celanapun diperiksa. Namun lagi-lagi nihil, guru piket dan wali kelas Tito tidak menemukan uang yang hilang tersebut. Bu Citra selaku wali kelas 8A kembali memberikan peringatan keras kepada murid-muridnya agar segera mengaku siapa yang mencuri uang Tika dan segera mengembalikannya. Namun setelah ditunggu sampai jam pulang sekolah tetap saja tidak ada seorang anakpun yang mengaku. Kejadian ini benar-benar membuat pusing kepala Bu Citra. Di sekolah Tito memang sudah terdapat CCTV, namun hanya tersedia di lorong dan pintu masuk sekolah saja, sedangkan di dalam ruang kelas Tito tidak termasuk, jadi agak sulit untuk menangkap pelaku pencurian tersebut.

Krriiiingggg....krringgg...krriiinggg, tepat pukul 2 siang, bel sekolah Tito berdentang tanda sekolah telah usai. Bergegas Tito memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tasnya. Ia pun segera memimpin teman-teman kelasnya untuk berdoa dan mengucapkan salam kepada Bu Guru.

Sampai di rumah setelah mencium tangan ibunya, Tito segera masuk kamar dan rebahan di tempat tidurnya. Tidak dipedulikannya ucapan ibunya yang menyuruh Tito untuk segera berganti pakaian dan makan, dalam pikiran Tito masih terngiang-ngiang ucapan Bu Citra yang meminta Tito untuk membantunya menemukan pelaku pencurian dikelasnya. Tito sudah menyanggupi untuk membantu Bu Citra, namun sampai saat ini Tito masih belum menemukan cara untuk mengungkap kasus tersebut, karena pelaku pencurian ini begitu lihai, tidak pernah ia meninggalkan jejak ketika melakukan aksinya. Tidak lama kemudian Tito pun tertidur karena lelahnya memikirkan kejadian hari ini di kelasnya.

Tok..tok..tok..”Titoo..Titoo.. ayo bangun sudah jam 5 sore, kamu belum sholat Ashar, ayo segera mandi dan sholat”, suara Ibu Tito membangunkan Tito dari tidurnya. “Aduuhhh..kenapa badanku mendadak tidak enak ya, kepalaku pusing, perutku kembung” Tito bergumam dalam hati, lalu ia teringat bahwa sepanjang siang ini tidak makan, mungkin itu yang menyebabkan ia masuk angin. Bergegas Tito mandi dengan air hangat lalu sholat, kemudian ia meminta obat ibunya untuk meredakan sakitnya. Ibu Tito kemudian memberikan satu botol minyak kayu putih untuk dioleskan ke perut Tito. Menurut ibu Tito, minyak kayu putih tersebut sangat ampuh untuk menghilangkan penyakit perut kembung dan pusing-pusing. Setelah dioles minyak kayu putih dan makan, tidak lama kemudian perut Tito membaik. Titopun berterima kasih ke Ibunya.

Keesokkan harinya Tito berangkat sekolah. Hari ini ada pertandingan basket disekolahnya dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, Tito sebagai anggota tim basket kelas 8A tentunya tak mau ketinggalan, ia sudah mempersiapkan semuanya serapi mungkin, baju jersey dan sepatu basket miliknya sudah berada dalam tas nya. Siang ini sesuai jadwal kelas Tito akan bertanding melawan kelas 9C. Tepat pukul 2 siang pertandingan basket pun dimulai. Tito dan tim berserta lawan dari kelas 9C sudah siap di lapangan. Pertandingan berjalan sangat alot, kedua tim saling kejar mengejar angka. Pertandingan babak 1 dimenangkan oleh tim 9C dengan skor 14-7. Namun entah mengapa hari ini Tito merasa bahwa dirinya tidak bisa bermain maksimal, nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya terasa lemah, Tito merasa badannya tidak fit, namun sebagai anggota tim inti Tito tetap memaksakan untuk menyelesaikan permainan. Babak kedua pun dimulai, Tito dan kawan-kawan mulai dapat mengimbangi permainan lawan, poin demi poin diraih tim Tito hingga akhirnya babak kedua pun berhasil dimenangkan oleh Tito dan tim. Terdengar sorak sorai dari teman-teman Tito yang menyemangati tim kelas 8A.  Memasuki babak 3,  Tito merasa tubuhnya semakin lemas, ia memutuskan untuk digantikan oleh Angga temannya, sebagai pemain cadangan yang kemampuannya dianggap mumpuni. Perlahan Tito mulai meninggalkan arena pertandingan, ia berjalan pelan menuju kelasnya untuk mengambil tas sekolahnya yang tertinggal. Sampai di dalam kelas, Tito kaget bukan kepalang, di bawah mejanya tampak tumpukan buku, baret pramuka, botol minum dan beberapa alat-alat sekolah yang hilang.  Semua itu adalah barang-barang milik temannya yang dulu hilang. Tito bergegas mendatangi ruang guru, ia ingin segera menemui Bu Citra untuk menceritakan penemuannya siang itu. Mendadak rasa sakitnya hilang seketika, pikirannya hanya dipenuhi oleh kecemasan dan dugaan siapa temannya yang telah iseng mengambil dan kini mengembalikan seluruh barang-barang tersebut dimejanya.

Setelah Tito berhasil menemui Bu Citra, ia pun menceritakan kejadiannya, Bu Citra kemudian meminta Tito untuk menyimpan dahulu barang-barang yang hilang tersebut, dan dikembalikan ke pemiliknya setelah ditemukan pelakunya. Setelah mengucapkan salam, Titopun kembali ke kelas dan menyimpan barang-barang yang hilang tersebut, tetapi karena takut barang tersebut hilang kembali, Titopun mencari plastik besar, kemudian ia memasukkan barang tersebut kedalamnya, dan dibawanya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah setelah makan dan berganti pakaian, Tito pun masuk ke kamar untuk memeriksa barang-barang yang baru ditemukannya itu. Tito berusaha untuk mencari jejak pencurian melalui barang-barang tersebut. Satu-satu Tito mulai mengamati, mencari adakah petunjuk yang bisa ia dapatkan, namun tidak satupun yang mengarah pada apa yang dicarinya. “Aahh nihil, bagaimana mungkin, bagaimana aku menemukan titik terang kasus pencurian ini” gumamnya dalam hati. Perlahan-lahan ia memasukkan kembali semua barang terebut ke dalam tas plastik tadi. Tiba-tiba hidung Tito mencium bau wangi sesuatu dari topi baret dan buku-buku yang sedang dipegangnya. “Hmmm..bau apa ini, sepertinya aku pernah menciumnya..tapi dimana yaa??”  Tito mulai berpikir keras. “Ahaaa aku ingat, ini kan bau minyak kayu putih” Ujar Tito setengah berteriak, Tito pernah mencium wangi seperti ini waktu dirinya sakit kemarin.

Tito lalu berpikir, apa mungkin yang mengambil barang-barang ini adalah temannya yang sering menggunakan minyak kayu putih? Tetapi apa ada temannya yang sering menggunakan minyak kayu putih? Seingat Tito, teman-temannya lebih banyak menggunakan parfum khas anak muda zaman sekarang, bukan memakai minyak kayu putih. “Jadi bagaimana ya menemukan jejak pelakunya?” Tanpa sadar Tito menghela nafas panjang.

Keesokan harinya sepulang sekolah tepat pukul 2 siang, pertandingan semifinal basket pun dimulai, karena kelas Tito kemarin menang, maka kelas Tito kembali bertanding. Kali ini lawan kelas Tito adalah kelas 9A, yang beberapa tahun terakhir kehilangan kesempatan piala bergilir karena kalah dibabak penyisihan. Prriiiitt..ppriiitt..., peluit Pak Adi guru olahraga selaku wasit pun berbunyi, menandakan pertandingan segera dimulai. Babak pertama dimenangkan oleh tim kelas Tito, dilanjutkan babak ke 2, pada saat pertandingan hampir berakhir. Tiba-tiba...”guubbraakk” Tito bertabrakan dengan Rakka lawan mainnya. Kepala Tito mendadak pusing, sepertinya benturan tadi sangat keras, Tito merasa sangat pusing dan tak kuat lagi melanjutkan permainan. Titopun segera diangkat menggunakan tandu ke pinggir lapangan.  Sayup-sayup Tito mendengar suara seseorang yang dikenalnya. “Tito..Tito..ayo bangun” ternyata suara Surya dari tim UKS sekolah yang berusaha membangunkannya. Ia mengguncang-guncang tubuh Tito.  Perlahan mata Titopun terbuka, Ia baru sadar kalau tadi sempat pingsan sejenak. “Alhamdulillah, Tito sudah sadar kembali” ujar Surya. Tak lama kemudian Sisil teman sekelas Tito datang, ia merupakan tim UKS juga. Sisil mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya dan menyodorkan kepada Tito. Lalu Titopun mengambil minyak tersebut dan mulai mengoleskan ke keningnya yang benjol karena berbenturan dengan Rakka. Terasa hangat seketika di kening Tito. Tiba-tiba Tito teringat sesuatu, bukankah ia sedang mencari pelaku pencurian barang-barang yang hilang, yang mana kemungkinan besar pelakunya sering menggunakan minyak kayu putih?..hmmm apakah itu Sisil ? hatinya mulai bertanya-tanya.

“Eh Sisil tunggu, ada yang mau tanyakan.” Tito berbicara dengan lirih ketika Sisil beranjak pergi.

“Iya Tito, ada apa? Jawab Sisil.

“kayu putih ini apakah milikmu? Ini aku kembalikan ya.Terima kasih banyak” Tukas Tito.

“Oh iya, sama-sama” Balas Sisil sambil memasukkan botol minyak kayu putih ke dalam tasnya .

Hmm, sepertinya tidak mungkin Sisil. Tutur Tito dalam hati.  Tito memang tidak terlalu mengenal Sisil, tapi Tito cukup yakin kalau Sisil anak yang baik.  Sisil anak yang sangat pendiam, pintar dan sedikit misterius di kelas 8A. Sisil mempunyai otak yang cemerlang,  ia selalu menjadi juara umum setiap tahun diangkatannya, namun karena kecedasannya itu ia sering kali menjadi korban perundungan teman-temannya yang iri, selain itu Sisil memiliki tubuhnya yang super gemuk untuk anak seusianya, membuat  Sisil sering kali menjadi bahan olok-olokan teman-temannya, hal itu membuat Sisil menjadi anak yang pendiam dan minder untuk bergaul dengan yang lain.

Keesokkan harinya pada jam istirahat kedua, Tito pun berdiskusi dengan dengan bu Citra mengenai kemungkinan Sisil menjadi pelaku pencurian. Awalnya bu Citra pun menyangkal, namun beberapa menit kemudian, ia meminta Tito untuk memanggil Sisil untuk memastikan dugaan Tito. Setelah Bu Citra menutup pintu ruangan, Bu Citra berbicara dengan sangat hati-hati kepada Sisil. Ia mencoba mencari tahu kebenaran dari kasus pencurian ini.

“Sisil, Ibu mohon maaf jika ini menyinggung hati Sisil, tapi Ibu perlu tahu apakah Sisil yang sudah iseng mengambil barang-barang milik teman-teman dan kemudian mengembalikannya kembali ke meja Tito?” Bu Citra memulai pembicaraan.

Sisil mulai panik, perasaannya tak karuan, keringat dingin mulai mengucur deras dari pelipisnya. Ia tidak menyangka  Bu Citra bisa mengetahui perbuatannya.

“Ibu tidak akan marah jika memang Sisil pelakunya, karena ibu yakin ada alasan dibalik semua itu”. Bu Citra melanjutkan pembicaraannya

“Tapi..tapi Bu..hmmm..sebenarnya..sebenarnya..saya..saya tidak bermaksud untuk iseng seperti itu Bu..” Sisil berkata terbata-bata sambil terisak, ia mulai menangis.

“Jadi benar Sisil yang sudah melakukan perbuatan itu?” Bu Citra kembali bertanya

“Be..be..benar bu, saya yang melakukannya” tangis Sisilpun pecah, ia menumpahkan semua perasaaannya.

Bu Citra menenangkan Sisil, setelah agak tenang Sisilpun menceritakan semua alasannya mengapa ia mengambil barang-barang milik temannya. Ternyata ia melakukan semua itu karena sering di rundung oleh teman-temannya. Sisil sedih dan kecewa mengapa teman-temannya hanya memandang fisiknya yang gendut itu sebagai bahan olokan. Ia pun sering di rundung karena dianggap terlalu pintar, padahal teman-temannya hanya iri dengan kepintaran Sisil. Setiap ada tugas kelompok, Sisil selalu mencoba membantu teman-temannya, dengan harapan teman-temannya mau bersikap baik kepadanya, akan tetapi harapan Sisil pupus, teman-temannya tetap saja merundung dan menjauhinya, karena kesal Sisil mulai berpikir untuk mengerjai teman-temannya. Jika hari itu temannya merundung Sisil maka keesokan harinya pasti barang milik temannya tersebut dicuri Sisil. Jika berupa uang, maka uangnya akan dipakai Sisil untuk mentraktir teman-temannya yang lain. Hal itu dilakukan Sisil agar hatinya merasa puas karena telah melakukan balas dendam ke teman-temannya yang jahat kepadanya.

Mendengar hal itu Bu Citra pun tertegun, ia tidak menyangka anak didiknya tega melakukan perundungan kepada Sisil yang selama ini ia kenal sebagai anak yang baik dan suka menolong. Kemudian perlahan Bu Citra mengusap- usap punggung Sisil dengan sayang, ia pun meminta maaf kepada Sisil karena tidak menyadari hal buruk yang dilakukan teman-teman Sisil, ia pun menasihati agar Sisil menjadi anak yang lebih sabar dan berusaha  menyadarkan bahwa apa yang dilakukan Sisil itu perbuatan yang tidak baik. Sisil sebetulnya sudah menyadari bahwa perbuatannya itu tidak baik, hal itu yang membuat ia mengembalikan barang-barang milik temannya, namun dendamnya karena kelakuan teman-temannya telah menutupi hati nuraninya.

Setelah Sisil mereda tangisnya, ia pun meminta maaf kepada Bu Citra dan Tito, ia berjanji akan mengembalikan semua barang dan uang teman-temannya yang sudah ia pergunakan. Bu Citra pun berjanji akan berkerjasama dengan guru-guru yang lain dan OSIS untuk bersama-sama menyadarkan murid-murid untuk tidak lagi melakukan perundungan terhadap siapapun. Tito kemudian menjabat tangan Sisil, ia sangat berterima kasih atas kejujuran Sisil, dengan demikian masalah perundungan ini dapat terungkap, sehingga dapat segera dicarikan jalan untuk mengatasinya.

Tidak lama kemudian bu Citra dan Titopun memanggil teman-teman yang telah melakukan perundungan terhadap Sisil, setelah mengakui perbuatan mereka, satu persatu merekapun meminta maaf kepada Sisil, demikian juga Sisil iapun meminta maaf karena telah melakukan perbuatan buruk seperti kemarin. Bu Citra pun tersenyum melihat itu, terakhir ia menasehati murid- murid untuk tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut. Titopun lega akhirnya ia bisa membantu bu Citra memecahkan misteri pencurian dikelasnya.

Pesan moral : Jangan pernah melakukan perundungan, karena dampaknya sangatlah berat terhadap korban perundungan tersebut. Sebagai generasi muda, marilah kita bersama-sama membentuk kepribadian bangsa yang baik dan bermental sehat, agar tercipta masa depan yang cerah untuk kita semua.