Muhammadiyah
Mengenal Muhammadiyah
[sunting]Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaruan dalam Islam. Para ahli memberikan berbagai predikat seperti gerakan kebangkitan Islam, modernisme Islam, atau reformisme Islam. Meskipun ada pandangan bahwa pembaruan Muhammadiyah pada waktu itu lebih terfokus pada aspek keagamaan dan bersifat khusus, seperti penataan arah kiblat atau pendirian lembaga pendidikan dan sosial, namun esensi dari penilaian tersebut tetap menunjukkan upaya pembaruan atau tajdid. Meskipun Muhammadiyah terlibat dalam kegiatan amaliah dan hal-hal tertentu secara ad-hoc, semangat dan ide dasar dari pendirinya, Kyai Ahmad Dahlan, berakar pada konsep tajdid atau pembaruan. Meskipun fokus pada amal dan beberapa aspek bersifat ad-hoc, pembaruan Muhammadiyah memiliki dampak luas, bahkan dianggap sebagai terobosan dalam konteks saat itu. Nurcholish Madjid bahkan menilai bahwa pembaruan amaliah sangat penting, karena manifestasi Islam tidak lain adalah dalam bentuk amal. Meskipun pembaruan tidak selalu terstruktur secara lengkap, tetapi nilai dari gagasan pembaruan Kyai Dahlan tetap berharga dan memainkan peran penting dalam perkembangan Muhammadiyah. Dampak pembaruan ini terlihat dalam kesuksesan gerakan Muhammadiyah setelah puluhan tahun berlalu, menunjukkan bahwa pembaruan tidak hanya berdampak pada gagasan awal, tetapi juga membawa pengaruh dan efek bola salju yang luas di tengah perubahan zaman. Hal ini membuktikan bahwa dalam menghadapi zaman baru, Islam memerlukan tajdid atau pembaruan.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaruan dalam Islam, terbukti dari gagasan pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Gagasan dan langkah pembaruan Muhammadiyah melibatkan berbagai aspek, seperti meluruskan arah kiblat, mengadakan shalat hari raya di tanah lapang, serta memahamkan Islam sebagai tajdid. Kyai Dahlan juga mengedepankan publikasi, termasuk melalui majalah Suara Muhammadiyah pada tahun 1915.
Meskipun pemikiran Kyai Dahlan terlihat sederhana, namun dalam konteks waktu tersebut, itu merupakan terobosan luar biasa. Nurcholish Madjid menilai pembaruan Muhammadiyah sebagai lompatan dan terobosan yang tidak memiliki prakondisi sebelumnya. Meskipun Kyai Dahlan dianggap lebih sebagai manusia amal, kontribusinya dalam pembaruan diakui sebagai pengaruh yang signifikan.
Muhammadiyah dipertautkan dengan gerakan pembaruan Islam di dunia, seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, dan lainnya. Pembaruan Muhammadiyah tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga melibatkan pelayanan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Organisasi ini menjadi pelopor dakwah melalui tindakan, bukan hanya lisan, dengan mendirikan lembaga seperti PKU dan 'Aisyiyah.
Pada tahun 1912, Statuten Muhammadiyah menegaskan tujuannya untuk menyebarkan ajaran Islam dan memajukan hal tersebut kepada anggotanya. Pembaruan Muhammadiyah terus berkembang dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan setelah kemerdekaan pada tahun 1945. Organisasi ini menjadi salah satu organisasi Islam modern terbesar di Indonesia, memberikan kontribusi signifikan terhadap kebangkitan dunia Islam di tengah kondisi ketertinggalan dan keterjajahan pada masa itu.