Lompat ke isi

Mustikawati dari Sungai Cimandi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Ditemukan seorang gadis tewas terapung di Sungai Cimandi. Gadis tersebut diyakini bukanlah korban pembunuhan, melainkan bunuh diri. Gadis yang merupakan warga sekitar sungai tersebut diduga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke sungai karena gangguan kejiwaan yang dialaminya baru-baru ini.

Alkisah, Raden Palumbuan dari Kesultanan Darma sedang berupaya mencari pasangan hidupnya. Hal ini dilakukan karena ayahnya yaitu Sultan Darma, yang memiliki nama asli Jayakesuma, sudah semakin tua dan sering sakit. Raden Palumbuan diproyeksikan untuk menjadi Sultan Darma menggantikan Jayakesuma. Akan tetapi, salah satu syaratnya adalah Raden Palumbuan harus memiliki istri terlebih dahulu.

“Nak, kapan kamu akan mencari calon istri dan menikahinya? Bapak tidak mau kalau saat bapak meninggal nanti kamu belum siap dinobatkan sebagai Sultan Darma. Bisa kacau kesultanan ini,” Sultan Jayakesuma mendesak Raden Palumbuan.

“Baik ayahanda, saya akan ditemani Tumenggung Suta untuk berkeliling kesultanan mencari perempuan yang layak untuk menjadi pendamping hidup saya sekaligus permaisuri Kesultanan Darma, kelak,” jawab Raden Palumbuan.

Berhari-hari lamanya mereka berdua berkelana tanpa pulang ke keraton sekali pun, namun tetap belum menemukan perempuan yang cocok untuk raden. Hingga masuk ke pekan kedua, di tepian sungai Cimandi yang menjadi batas Kesultanan Darma dengan Kesultanan Caruban, Raden Palumbuan meminta Tumenggung Suta untuk menghentikan laju kuda yang dia tunggangi.

“Tumenggung, kita rehat dulu sejenak. Ada satu perempuan yang menarik perhatian saya, tumenggung. Sepertinya ini yang akan mendampingi saya menjadi sultan di Kesultanan Darma nanti,” jelas Raden Palumbuan berapi-api.

“Wah, benar kah? Perempuan yang mana yang raden taksir?” tanya Suta.

“Itu dia yang sedang mencuci baju di atas batu,” Raden Palumbuan singkat.

Tumenggung Suta langsung menghampiri perempuan tersebut dan memintanya untuk mengantarakan Tumenggung Suta dan Raden Palumbuan bertemu dengan orang tua perempuan bernama Mustikawati tersebut.

“Sungguh suatu kehormatan bagi keluarga kami atas maksud dan tujuan tuan-tuan datang kemari. Hanya, baru saja kemarin Raden Harjamukti dari Kesultanan Caruban juga melamar putri kami. Hingga kini lamaran tersebut belum kami jawab karena Mustikawati belum menemukan jawabannya,” jelas Pak Kanap, ayahanda Mustikawati.

“Wah, keputusan itu kan ada di tangan bapak sebagai orang tua perempuan, Pak?” tanya Suta sedikit kesal atas jawaban Pak Kanap.

“Betul, tumenggung. Hanya saja saya tidak akan mengizinkan putri saya dinikahi laki-laki yang tidak ia cintai. Ini bukan perkara mahar karena kalau bicara mahar, 3500 keping emas, dua hektar sawah, dan satu hektar perkebunan yang ditawarkan oleh Kesultanan Darma itu jauh lebih banyak dari apa yang ditawarkan Kesultanan Caruban,” Pak Kanap mencoba menjelaskan duduk permasalahannya.

“Baik, kalau begitu perlu berapa hari kami bisa mendapatkan jawaban pasti dari Pak Kanap maupun Mustikawati?” Tumenggung Suta meminta kepastian.

“Kemarin kami sampaikan ke Tumenggung Palimanan dan Raden Harjamukti, empat belas hari kemudian akan kami jawab. Pada hari yang sama kami akan memberikan jawaban juga kepada Raden Palumbuan dan Tumenggung Suta,” jelas Pak Kanap.

Sore itu, Raden Palumbuan dan Tumenggung Suta kembali ke keraton dengan perasaan yang bercampur aduk. Ada rasa senang akhirnya raden menemukan perempuan pilihannya. Ada rasa kesal karena ketidaklaziman Pak Kanap yang membiarkan anak perempuannya untuk menentukan laki-laki yang akan menikahinya. Ada rasa khawatir karena akan sulit bagi raden untuk menemukan pengganti Mustikawati.

“Sultan Caruban, saya izin menyampaikan berita,” ucap Tumenggung Palimanan.

“Silakan, tumenggung. Ada kabar berita apa?” tanya Sultan Caruban.

“Mustikawati, gadis yang dilamar Raden Harjamukti, kemarin dilamar oleh Raden Palumbuan dari Kesultanan Darma,” jawab Palimanan.

“Iya saya sudah dengar kabar itu. Tapi, benarkah kabar bahwa meski mahar yang ditawarkan lebih besar dari kita, baik Mustikawati maupun bapaknya tetap tidak memberikan jawaban, ya?” Sultan Caruban kembali bertanya.

“Benar, ayahanda,” Raden Harjamukti menyela. “Kita harus melakukan sesuatu yang lebih besar dari sekadar mahar, ayahanda,” lanjut Harjamukti.

“Tumenggung, apakah ada saran?” Sultan kembali bertanya.

“Karena permasalahannya bukan lagi soal mahar, sepertinya kita perlu bantuan cenayang di kaki Gunung Ciremai agar Mustikawati tergila-gila dan mau menikah dengan Raden Harjamukti, sultan,” Palimanan memberikan usulan.

Berbeda dengan Raden Palumbuan, Raden Harjamukti diminta segera menikah karena adiknya yang bernama Raden Kapetakan telah menghamili seorang perempuan dan harus segera dinikahi. Syarat bagi seorang adik untuk dapat menikah adalah tidak boleh melangkahi kakaknya yang belum menikah. Untuk itulah Raden Harjamukti diminta untuk segera menikahi seorang perempuan.

“Baik, kalau begitu segera atur saja kamu dengan Raden Harjamukti untuk menemui cenayang tersebut. Pastikan itu cenayang terbaik yang ada di kaki Gunung Ciremai tempat leluhur kita berasal,” perintah Sultan Caruban kepada Tumenggung Palimanan.

“Baik, Sultan. Saya akan pastikan cenayang tersebut mampu membuat Mustikawati bertekuk lutut dan jatuh hati kepada Raden Harjamukti.” pungkas Tumenggung Palimanan.

“Mohon maaf, sultan. Ada gerangan apakah saya dipanggil ke keraton,” tanya Tumenggung Suta.

“Begini, saya senang Raden Palumbuan sudah menemukan perempuan pilihannya. Tapi, belum adanya kejelasan ini yang membuat saya khawatir. Terlebih, Patih Selawe menerawang katanya Kesultanan Caruban menggunakan jasa cenayang dari Kesultanan Kemuning untuk membuat Mustikawati menerima lamaran Raden Harjamukti. Ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut,” jelas Sultan Darma.

“Mohon maaf sebelumnya. Jika sultan mengizinkan, saya akan segera ke Kesultanan Banten untuk menemui cenayang yang bisa membuat Mustikawati menerima lamaran Raden Palumbuan. Tidak hanya itu, orang tua Mustikawati pun bisa dipengaruhi agar dapat meyakinkan Mustikawati untuk menerima lamaran Raden Palumbuan,” usul Suta.

Sempat terdiam sejenak kemudian Sultan Darma menanggapi usulan Tumenggung Suta, “Seberapa besar kemungkinan keberhasilannya? Jangan sampai sudah jauh-jauh ke Banten tapi ternyata tidak ada hasil,” sultan meminta kejelasan.

“Seperti yang kita tahu, belakangan ini cenayang-cenayang asal Banten sedang naik daun. Di beberapa pertempuran, pasukan yang meminta bantuan mereka selalu terhindar dari kekalahan. Saya rasa ini patut dicoba, sultan,” Tumenggung Suta meyakinkan.

“Kalau memang hasilnya meyakinkan, bagaimana soal mahar untuk cenayang tersebut? Apa minta yang aneh-aneh?” sultan sedikit khawatir.

“Tidak ada, sultan. Mereka hanya meminta hasil bumi dan ternak saja. Kami akan bawakan hasil panen dan sapi terbaik yang ada di Kesultanan Darma,” jawab Suta.

Mendengar betapa yakinnya Tumenggung Suta menjawab pertanyaan membuat Sultan Darma begitu yakin bahwa cenayang dari Kesultanan Banten akan mengalahkan cenayang dari Kesultanan Kamuning. Kemenangan itu tentu saja akan membawa Mustikawati kepada Raden Palumbuan, anak semata wayang Sultan Darma.

“Pak, Mustika sekarang yakin seyakin-yakinnya akan memilih untuk dinikahi Raden Harjamukti sebagai pengabdian kita rakyat Kesultanan Caruba, Pak,” ucap Mustikawati.

“Yang betul, kamu? Ini sejak sepuluh hari yang lalu, kamu selalu berubah-ubah menentukan pilihan. Hari ini bilang bersedia dinikahi Raden Palumbuan, besok bilang Raden Harjamukti, besoknya lagi Raden Palumbuan lagi. Ayolah, nak, jangan main-main, besok pagi sudah harus ada jawaban pasti,” Pak Kanap memohon kepada Mustikawati.

“Kalau begitu menikah dengan Raden Palumbuan saja, Pak. Maharnya kan lebih banyak, saya yakin bapak dan ibu juga akan lebih sejahtera,” Mustikawati berubah pikiran.

“Ya, Gusti. Yang menikah itu kamu, bukan bapak atau ibu. Jangan pikirkan soal mahar, pastikan saja hati kamu mantap memilih siapa?” desak Pak Kanap.

“Gak tahu, pak, Mustika juga bingung,” balas Mustikawati diiringi tangis.

Dua hari setelah Pak Kanap dan Mustikawati dilamar oleh Raden Palumbuan, kondisi mental Mustikawati menjadi tidak stabil. Yang biasanya dia rajin membantu pekerjaan ayahnya di ladang dan pekerjaan ibunya di rumah, tiba-tiba saja menjadi lebih sering menyendiri di dalam kamar. Pak Kanap menduga Mustikawati sedang memikirkan untuk menerima lamaran dari Raden Harjamukti atau Raden Palumbuan.

Sayangnya, semenjak saat itu, setiap kali ditanya akan menerima lamaran dari siapa, Mustikawati tidak pernah konsisten dengan jawabannya. Bahkan, beberapa hari terakhir Mustikawati kerap duduk melamun di bebatuan Sungai Cimandi. Terkadang dia tidak kunjung pulang hingga petang datang jika tidak dijemput oleh Pak Kanap.

Besok adalah hari besar, hari yang penting, bukan hanya untuk keluarga Pak Kanap saja melainkan juga penting untuk kedua kesultanan. Mustikawati harus memberikan jawaban akan menerima lamaran dari siapa jika tidak ingin terjadi pertempuran antara Kesultanan Caruban dengan Kesultanan Darma.

Hari masih gelap, namun kereta kencana yang membawa Raden Harjamukti telah tiba lebih dahulu. Tak lama kemudian kereta kencana yang membawa Raden Palumbuan juga datang beserta rombongan. Kedua tumenggung sama-sama turun dari kereta kencana dan berjalan menuju kediaman Pak Kanap untuk menagih jawaban atas sebuah lamaran.

Dari kejauhan, Tumenggung Palimanan dan Tumenggung Suta melihat ada yang janggal di kediaman Pak Kanap. Mereka berdua melihat Pak Kanap dan kerabat serta tetangganya seperti dilanda kepanikan. Kedua tumenggung mulai menduga-duga apakah Mustikawati belum mengambil keputusan akan menerima lamaran yang mana.

Setelah keduanya semakin dekat dengan kediaman Pak Kanap, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiri kedua tumenggung tersebut. Laki-laki ini sepertinya kerabat atau saudara dari Pak Kanap.

“Mohon maaf kanjeng gusti, Mustikawati pagi ini tidak ada di kamarnya. Dicari kemana-mana juga tidak ketemu. Mohon kesediaan tuan-tuan semua untuk menunggu sedikit lagi untuk kita sama-sama mendengarkan jawaban dari Mustikawati,” jelas laki-laki tersebut.