PERJANJIAN DI ATAS PANGGUNG

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Biodata Pengarang[sunting]

Widwi Astuti, biasanya menggunakan i nama pena Tung Widut. Lahir pada bulan Mei 1972. Tinggal di Blitar jawa Timur. Mempunyai karya buku 4 novel, 6 puisi dan 43 antologi bersama. Aktif di beberapa komunitas menulis.

Sinopsis[sunting]

      Danastri dan Sancaka  artis daerah yang sedang naik daun. Cover lagu yang dibawakan sempat trending di you tube. Mereka berdua  mampu membawakan lagu secara totalitas. Seakan benar-benar pasangan kekasih. Setiap tampil di panggung, media sosial selalu kelihatan mesra,   pada hal  mempunyai pasangan masing-masing. Pacar Sancaka sangat Cemburu, begitu juga Arka tunangan Danastri. Ternyata kebersamaan mereka membuat Sancaka benar-benar jatuh cinta pada Danastri, Begitu juga Danastri, Tapi Danastri memilih jalan lain tidak seperti Sancaka.

Lakon[sunting]

Sancaka

Danastri

Ganang

Ayok

Seli

Crew Bintang Production

Lokasi[sunting]

Kota Kediri Jawa Timur

Cafe Bandar Latte Kediri

Lirik Lagu[sunting]

Lintang Asmoro karya Dru Wendra dan Galih Yuana

Cerita[sunting]

PERJANJIAN DI ATAS PANGGUNG

Widwi Astuti

      “Stop, stop, stop. Kurang ada kemistri,” kata mas Ganang.
     Kata itu sudah sekian kali diucapkan kepada kedua penyanyi yang sedang merilis album cover duet itu. Sancaka dan Danastri.  Latar belakang mereka berbeda. Danastri  yang sejak kecil  menggeluti dunia wayang kulit sebagai  sinden, kini merambah ke dunia musik campursari.  Memang tidak jauh perbedaan antara kedua  jenis musik tersebut.  Sedangkan Sancaka penyanyi dangdut yang berusaha menyanyikan sebuah lagu campursari. Kedua artis daerah itu mulai melejit sejak setelah Corona . Channel YouTube mereka mempunyai subscribe yang lumayan banyak.  Mas Ganang sebagai produser Bintang Production akan  memadukan kedua suara merdu mereka. 
    “Mungkin karena Danastri masih bertemu pertama kali dengan aku Mas,” kata Sancaka. 
     Ditepisnya dengan gelengan kepala oleh Danastri, sambil melirik ke arah cewek cantik yang duduk di pojok ruang.  Danastri memberi kode kepada mereka,  dialah penyebabnya.
    “Mengapa dia?” tanya Sancaka.
    “Aku cuma gak enak saja,  nanti pacar mas cemburu,” jawab Danastri.
    “Alasan saja,” kata Sancaka. 
    Semua crew Bintang Production  dibuat tertawa dengan jawaban itu.  
    “Oke,  kita sekali lagi rekaman. Tidak memungkinkan untuk pengambilan gambar  sekarang.  Besok saat pengambilan gambar, saya mohon kalian profesional. Menjiwai setiap lirik yang ada," tutur mas Ganang. 
    Semuanya menjawab dengan manggut-manggut. 

PDKT (Pendekatan)

     “Selamat pagi,  apa kabar”? Ni aku bawakan camilan buat kamu,” kata Sancaka. 
     “Wow coklat ya Mas. Kayak Valentine aja.”  kata Danastri.  
     “Nggak usah  Valentine kita kan  saling sayang,”kata Sancaka. 
      Tangan Sancaka diletakkan di sandaran kursi yang diduduki Danastri. Bila  dilihat dari  depan seakan memeluk Danastri. Wajahnya yang tersenyum manja  didekatkan pada wajah Danastri.
     “Mulai gombal ya Mas,” kata Danastri. 
      Seakan meyakinkan cintanya kepada cewek yang lima tahun lebih muda darinya itu,  Sancaka  meminta penampilannya pada pengambilan gambar nanti benar-benar menjiwai. Seakan-akan benar-benar jatuh cinta. Agar orang yang melihatnya akan terbawa perasaan cinta mereka. 
    Danastri dengan tersenyum simpul menyetujui semua pendapat Sancaka.  Bahkan mereka berdua mulai memperagakan gerakan-gerakan yang harus dilakukan saat pengambilan gambar. Pada lirik-lirik tertentu mereka harus berpegangan tangan,  saling lempar senyum, dan saling berpandangan  mesra. 
     Tak seperti biasanya, Danastri tak  berdandan sendiri. Ada MUA ( make-up artist) yang sudah disiapkan oleh produksi. Di  sela-sela saat riasan,  Sancaka  menemani dengan setia. Selalu berada di sampingnya Danastri.  Membuat beberapa ulah sehingga mereka tertawa.  Sancaka memang cowok cool. Selalu banyak tingkah  kepada  Danastri dan teman-temannya. 
     Dari candaan itu Danastri dan  Sancaka semakin dekat. Kata-kata lembut Sancaka bisa meluluhkan dengan cepat hati Danastri.     Gerak-gerik Danastri terlihat sudah mulai ada ketertarikan  diantara mereka. 
     “Yuk,  kita kumpul dulu,” ajak mas Ganang
     Sebagai ketua produksi  Bintang Production mas Ganang akan memberi briefing sebelum   rekaman  video.  Seluruh crew  Bintang Production pun segera  berkumpul.  Mas Ganang  memberikan   semangat agar mereka bisa bekerja sama dengan senang hati. Membina kerjasama atas dasar kekeluargaan dengan senang hati. 
     Lagu  cover pertama yang dibawakan berjudul Lintang Asmoro . Lagu lama yang sekarang hit kembali.  Hampir semua penyanyi campursari membawakan pada setiap event. 
     “Kamu cantik sekali,”  bisik Sancaka di dekat telinga Danastri  secara tiba-tiba. 
     Digandengnya tangan Danastri memasuki panggung.  Musik  mulai  terdengar,  mereka berdua goyang tipis-tipis sesuai  irama lagu.

Wong ayu tresnamu kinarya tamba

Susah jroning batinku

Wong bagus antebna rasa atimu

Tresnaku tulus jroning kalbu


Siang pantara ratri

Mung eling manising ati

Sedyaku bisa anduweni

Marang Sang Dyah Sulaksmi


    Suara Sancaka mengalun dengan merdu seiring irama lagu.  Gerak tubuhnya lembut.   Tangan kirinya memegang sebuah mic . Tangan kanannya bergerak sesuai dengan lirik lagu.  Sesekali mencolek dagu Danastri,  disertai pandangan mesra. Keduanya saling menatap dengan senyum yang berkembang.   Berikutnya bagian lirik yang dinyanyikan oleh Danastri.

Rasa kangen kang nglimputi

Lintang bulan dadi seksi

Ubayane datan mbalenjani

Janji sebaya mukti sebaya pati

    Suara lembut Danastri mengalunkan sebait lirik.  Goyangan luwes  mengikuti setiap irama. Tangan mereka bergandengan sesuai dengan liriknya.  Benar-benar kelihatan kasmaran kedua remaja itu.  
    Di tengah-tengah jeda lagu Sancaka tak lupa  memuji    kecantikan Danastri.
    “ Bersama Bintang production dan si cantik  Danastri.  Waduh nggak kuat dik”
    Lirik selanjutnya dinyanyikan secara bergantian. Sebuah satu kesatuan irama merdu yang saling mengisi dan adanya kemistri di antara keduanya.  Pengiring musik pun menjadi sangat bersemangat  karena mereka mampu membawakan lagu sesuai dengan musik yang  dimainkan. 
     Ada tiga cover lagu yang dibawakan.  Ketiganya bertema cinta.   Ketiganya dibawakan mereka dengan sangat baik, Tanpa ada pengulangan. Sebelum pengambilan video berakhir mereka membuat video promosi untuk cover mereka berdua. Dengan posisi mereka duduk di sebuah kursi  mengucapkan bersama-sama.
    “ Jangan lupa tonton video cover  kami berdua,”
    Keduanya mengucapkan dengan kompak.  Tidak disadari ternyata tangan mereka masih selalu bergandengan.
     “Oke,  sip,  sip,  yang menonton pasti bucin,”  kata mas Ganang sambil menunjukkan kedua jempolnya.
     Wajahnya kelihatan berseri, menggambarkan perasaannya sangat puas dengan pengambilan  gambar hari itu.   Tak seperti saat pengambilan suara,  selalu diulang-ulang. 
      “Kalau menyanyi bersama  Danastri jangan lagi mengajak  cewek,  jadi ruwet,”  lanjut mas Ganang. 
    Kata-kata itu disambut riuh oleh seluruh  Crew Bintang Production.  Mereka  berceloteh dengan pendapatnya masing-masing.  Semua mendukung mas Ganang. 


Republik Dendy Cafe

     Sore itu Republik Dendy Cafe cukup sepi.  Tak seperti biasanya.  Anak-anak senja duduk bersantai bersama teman-teman atau kekasihnya.  Mereka memutari meja-meja kecil dengan sajian menu ala  kawula mudah sekarang. Mereka menikmati senja dengan warna merah merona  di langit barat.  Semburat warna jingga itu yang membuat latar belakang foto mereka kelihatan indah. 
     Kali ini warna jingga di ufuk barat sudah  berubah.  Warna  jingga itu kini berubah menjadi warna merah.  Warna bara api yang mampu menghanguskan pucuk cemara di bukit yang mengitarinya.  Air danau yang gemerlap pun kelihatan merah membara bagai hati Liliana. 
     “Aku sudah bilang,  itu hanya penampilan di panggung. Aku dengan Danastri tak ada hubungan apa-apa. Kamu lihat dulu lah hasil videonya nanti kalau sudah  beredar,” kata Sancaka dengan nada tinggi.
     “Tidak ada apa-apa katamu? Lihat reels di semua medsos.  Kamu selalu mesra dengannya. Selalu berkata mesra,  bergandengan tangan, tertawa-tawa. Itu yang kamu katakan tidak ada hubungan apa-apa?”  kata Liliana emosi.
    Tak kalah emosinya,  Sancaka menggebrak meja kafe itu. 
    “Ku antar kamu pulang,” lanjut Sancaka berdiri lalu meninggalkan  Cafe.Emosi Sancaka sudah tak terbendung lagi.  
    “Brak,” Sancaka membanting pintu mobil saat menutupnya. 
     Liliana hanya mengikuti dari belakang.  Tanpa  kata dia memasuki mobil lalu menutupnya kembali. Dia mulai ketakutan dengan tingkah Sancaka. 
     Sepanjang perjalanan,  Sancaka menyetir mobil dengan kasar. Beberapa kali klakson dibunyikan dengan keras. Menyetirnya juga sangat kasar,  sampai-sampai Liliana beberapa kali memejamkan mata karena takut menabrak kendaraan lain. Mobil berhenti di depan rumah Liliana, tanpa sepatah kata dari Sancaka. Liliana turun,  mobil itu melaju lagi. 

Launching Album

    Malam itu malam yang dinantikan oleh Sancaka.  Wajahnya kelihatan berseri.  Dia berdandan istimewa malam ini. Memakai  celana krem,  sepatu kets yang senada dengan warna celana,  dan hem hitam lengan panjang press body yang dilipat pada lengannya. Parfum Hugo Boss Bottled  aroma kayu  disemprotkan di seluruh tubuhnya. 
     Sengaja dia berangkat lebih awal. Berangkat selepas magrib. Di sepanjang perjalanan  tak lupa dia mengulang-ngulang reels  di media sosial Bintang Production. Sambil tersenyum dan manggut-manggut bibirnya melantunkan lagu-lagu yang dibawakan bersama Danastri.  Ramainya Kota Kediri  dianggapnya sebagai bintang yang bertaburan di langit  malam. Memberi cahaya yang indah  di langit yang gelap. Bersinar kelap-kelip berbagai warna. Begitulah yang dirasakan Sancaka saat itu. 
     Tiba-tiba hp-nya  berbunyi. Tanda VC dari Liliana. Tombol segera dipencet. Setelah muncul wajah Liliana,  dia melirik ke arah layar. 
     “ Kemana?”  tanya Liliana.
     “ Launching,”  jawabnya singkat.
     Liliana hanya bisa melihat wajah Sancaka yang sedang menyetir mobil. Dia kelihatan berkonsentrasi memandang ke depan. Hanya sesekali melihat ke kamera. Tanpa sepatah kata lanjutan. 
    “ Sudah sampai,”  kata Sancaka. 
    VC  pun dihentikan. 
     Kaki Sancaka mulai  menginjakkan kaki di cafe Bandar Latte  sesuai undangan yang diterima. Cafe yang cukup megah di Kota Kediri. Sebuah Cafe dengan tema kapal laut. Cafe ini sangat instagramable. Berlatar belakang kota Kediri dengan sungai Brantas dan jembatan baru dengan desain khas yang sangat bagus.  Cafe ini tak pernah sepi dari pengunjung. 
    “ Halo Sancaka selamat datang,”  sapa mas Ganang  ketika kaki Sancaka  memasuki lantai cafe. 
      Mereka berdua bersalaman. Lalu mempersilahkan Sancaka untuk duduk di kursi yang disediakan. Sengaja Sancaka duduk di pojok,  agar dia bisa melihat keseluruh ruangan. 
     “Aku sudah sampai,”  tulisan Sancaka  ditujukan kepada Danastri.
     “ Oke. OTW,”  jawabnya beberapa menit kemudian. 
     Waktu begitu lama.   Menunggu si cantik Danastri  datang. Jemari tangannya tak  lepas dari HP. Tak bosan-bosannya melihat reelsnya bersama Danastri. 
    “Plak” tiba-tiba punggungnya ditepuk oleh seseorang.
     Sancaka mengangkat kepala. Mas Ayok   pengendang  Bintang  Production  sudah berdiri di depannya. Diikuti pemusik lainnya.  Suasana menjadi riuh.  Asap rokok membumbung dari bibir-bibir  perkasa,  bersaing dengan kepul kopi hitam  di hadapan mereka. Mereka mengobrol ke sana ke sini sambil tertawa terbahak-bahak. Hanya Sancaka yang tersenyum sambil matanya sesekali tertuju  pada pintu masuk. Dia ingin segera melihat Danastri  datang. 
   “Hai,” teriak semuanya bersamaan.
   Mengetahui kedatangan mbak Seli pemilik Bintang Production  dan Danastri.  Sancaka segera berdiri dan menyalami.  Wajah riang terlihat. 
     “Kiw, kiw,” suara dari belakang mereka terdengar. 
     Keduanya hanya tersenyum mendengar candaan. Sebelum duduk Danastri memperkenalkan seorang cowok ganteng yang di belakangnya.
     “Kenalkan mas Arka,” kata Danastri kepada Sancaka. 
      Sancaka yang gelagapan segera mengulurkan tangannya. Entah pergolakan apa yang terjadi dalam jantungnya. Keringat dingin seketika ke luar. Membasahi hem hitam yang di semprot sebotol minyak wangi tadi. 
     “Sancaka,” katanya terbata.
     “Arka. Arka Bimantara Hanungjaya,” kata cowok ganteng itu.
    Mereka duduk semeja dengan mbak Seli.Berbincang-bincang dengan latar belakang lagu produksi Bintang Production. 
     “Wis nggak aman (wah tidak aman),” kata mas Ayok dengan keras. 
     Seakan kode itu ditujukan kepada pasangan Sancaka dengan Danastri. Para  anggota crew Bintang Production menjadi celingukan. Mencari penyebab mas Ayok berteriak. Bisik-bisik antar teman pun terjadi, saling memberi informasi. 
     Tiba saatnya louncing video utuh melalui youtube  Bintang Production.  Mereka nobar pada layar besar yang disediakan pihak cafe. Semua mata hampir tertuju pada layar, kecuali Sancaka. Sancaka kelihatan resah. 
     Sering mencuri pandang pada Danastri dan  Arka. Seakan dia ingin tahu bagaimana reaksi wajah kedua orang itu. Apalagi saat adegan mesra.  Adegan saat Sancaka mencolek dagu Danastri. Teman-teman crew berteriak asyik. Sambil tertawa lepas memberi komentar-komentar slengekan. 
    “Asyik,”
    “Kiw, kiw,” suara keras dari mas Ayok saat adegan  saling berpegangan tangan dengan mesra.
     Saat itu Sancaka   mencuri pandang pada Arka, terlihat wajah Arka tersenyum kecut. Seakan ada dipaksakan senyumnya. 
     Ternyata begitu juga dengan Danastri.  Dia juga sering melirik kepada Arka. Berlanjut melirik kepada Sancaka.  Beberapa  lirikanya terpadu dengan pandangan Sancaka. Mereka saling melempar  senyum penuh makna.  Membuat hati keduanya terasa gemetar. 
     Saat video sudah selesai semua bertepuk tangan.  Mbak Seli bersalaman dan saling berciuman dengan Danastri. Lalu bergantian menyalami Sancaka, Arka, mas Ganang, mas Ayok, dan selanjutnya berputar saling bersalaman dengan crew lain. 
     “Sory ya San. Aku ngajak mas Arka,” kata Danastri saat bersalaman  dengan Sancaka.
      Sancaka tersenyum kecut sangat terlihat  dari wajahnya. Dia sangat kecewa. 
      Di penghujung acara Sancaka  dan Danastri  berduet membawakan lagu  andalannya itu. Mereka bernyanyi tanpa ekspresi.  Hanya sekedar melantunkan lirik yang ada saja. Para crew Bintang Production  pandangannya justru ke arah Arka. 

Pilihan

    “Aku lebih suka kau nyinden  saja,”  kata Arka ketika dalam perjalanan pulang.
     “ Mengapa,”  tanya Danastri.
     Arka menyampaikan beberapa alasan tentang pendapatnya. Danastri tak usah capek-capek bergoyang bila menjadi sinden. Lebih melestarikan budaya tradisional yang sangat disukainya.  Tak semua orang bisa nyinden.   
    “ Mas,  kelak kalau  sudah menikah aku akan berhenti,”  jawab Danastri. 
     “Kapan?”  tanya Arka.
     Ketegangan terjadi.  Wajah Arka kelihatan garang.  Tak ada senyum sedikitpun. Tidak pula dia memandang pada Danastri.Sebelum Danastri menjawab dia sudah kembali berkata.
     “Besok biar diantar pak Soleh saja”  lanjutnya.
      “Pakai sopir bapak?”  tanya Danastri.
      “Takut dimata-matai?”  kata Arka ketus.
       “Mas. Itu hanya di panggung saja.  Setelah itu saya biasa sama dia,  seperti crew lainnya”
       “Kamu ingin bebas kan. Aku menghormatimu profesimu,  tapi selama roadshow kamu diantar pak Soleh saja?”kata Arka. 
       Pak Soleh  supir Wijaya Hanung Jaya. Wijaya Hanum Jaya orang tua Arka. Beliau seorang pengusaha ternama. 
       Danastri tak menjawab.  Dia hanya diam dan menundukkan kepalanya. Menyadari kalau Arka marah besar. 
      Mulai saat itu Arka tak pernah menelpon Danastri terlebih dahulu. Selalu Danastri yang memulai. Dia mau nelpon kalau ada hal penting saja  yang berhubungan dengan keluarga besar mereka. Memang sejak mereka bertunangan sering diajak makan malam atau acara-acara tertentu di keluarga mereka masing-masing. Keluarga mereka sudah saling berhubungan dengan baik. 

The Best YouTube

     Tak disangka,  video cover mereka mencapai pada puncak YouTube.  Hampir semua media sosial. Gambar mereka menjadi trend.  Apalagi mas Ayok selalu mengambil gambar  Sancaka kelihatan mesra  kepada Danastri. Setiap postingan selalu mendapatkan tanggapan dan beribu komentar.   Netizen dibuat baper semuanya.
      Jadwal manggung menjadi lebih padat.  Setiap weekend selalu saja ada jadwal. Mulai dari momen kecil hajatan orang kampung,  ulang tahun, cafe  ataupun panggung besar di stadion.  Semua selalu dipadati penonton. Ada pula penampilan pada podcast. Dipodcast itu Sancaka maupun Danastri selalu menjawab mengambang tentang hubungan mereka. 
     “Ya kita sama-sama,”  jawab Sancaka ketika ditanya tentang hubungan mereka di salah satu podcast.
     Danastri pun menjawab sama. Jawaban mereka selalu dibumbui dengan saling pandang dan saling senyum.  Membuat netizen semakin baper.  
     Sancaka dan  Danastri semakin kelihatan dekat. Mereka saling wa walau hanya sekedar menanyakan keadaannya.  
     “Sudah  vc-nya?”  tanya Sancaka ketika menunggu tampilan.
     Danastri hanya menjawab dengan angkutan kepala. 
     “Ada masalah apa,”
 Menggelengkan kepala sebagai jawabannya. 
     “Iya itu resiko kita menjadi orang  panggung.  Kadang justru membuat masalah dengan pasangan kita,”
     “Sok tahu kamu, wek,” ledek Danastri  sambil  melangkah pergi.
      Sancaka  segera menyahut tangan kiri  Danastri.  Setelah tangan kiri terpegang tangan kanan pun segera diraihnya.  Kini keduanya bergandengan tangan saling berhadapan. 
      “Aku serius nih,”  kata Sancaka sekuat tenaga. 
      Di saat itu pula ternyata musik dari pengawas berhenti.  Sehingga kata-kata yang ke luar dari  bibir Sancaka terdengar sangat keras. 
     Momen tak sengaja  itu lima  menit kemudian muncul di semua medsos Bintang Production. 
     Liliana langsung menelpon  Sancaka. Sancaka tak bisa menerimanya   karena sudah akan tampil.  Liliana hanya bisa melihat dari live-nya Bintang  Production. 
    “Oh itu yang dilakukan ketika di belakang panggung,”  tulis Liliana pada pesan WA kepada Sancaka. 
     Pesan wa itu menunjukkan Liliana sangat marah kepada Sancaka. Alasan dilakukan hanya di atas panggung ditolak mentah-mentah oleh Liliana. 
     “Dasar sinden murahan.  Jangan pura-pura hanya  adegan di atas panggung,  kamu merebut pacarku,” tulis Liliana di media sosialnya.  
     Tulisan itu tak kalah terkenalnya.  berbagai komentar dari netizen muncul di kolom.  kebanyakan dari mereka Justru lebih menyanjung Danastri dengan  Sancaka.   Justru mengocokkan Liliana. Menganggap Liliana pansos dengan ketenaran  mereka. 
      Tak kalah  membuat netizen baper,  media sosial Bintang Production  mengunggah  setiap kali  akan  tampil Sancaka selalu membisikkan sesuatu dan selalu menggandeng tangan dan Danastri ketika memasuki panggung. 


     Siang itu siang yang sangat panas. Sehabis manggung semua Crew Bintang  Production bersantai di sebuah  Cafe. Cafe yang mempunyai tempat yang alami.  Di belakang cafe terdapat hutan pinus yang sejuk.  Berlatar belakang sebuah air bendungan.  Di bawah rindangnya pohon pinus terdapat tenda-tenda yang bisa disewa untuk bermalam atau sekedar santai saja.  Udara pegunungan yang sejuk sangat  Instagramebel  untuk  sekedar foto atau santai bersama teman-teman. 
     Entah siapa yang memulai.  Keesokan harinya hampir semua tiktoker  menampilkan unggahan Danastri duduk di samping Sancaka dengan mesra.  Sancaka yang duduk sedikit ke belakang. Kaki kanan dilipat,  sedang kaki kirinya diluruskan. Sepintas seakan Danastri dipangku oleh Sancaka.  Unggahan itu seperti biasanya,  selalu dibanjiri like dan komentar.  Hampir semuanya berkomentar karena baper. Berkomentar dengan imajinasinya masing-masing. 
    Semakin hari semakin banyak foto-foto kemesraan Danastri dan Sancaka.   Semakin baper pula komentar para netizen. Inilah yang membuat pasangan masing-masing juga semakin panas.  Sancaka dan Liliana saat ini sudah tidak bisa disatukan.  Sancaka sebenarnya hatinya sakit,   tapi ada Danastri sebagai obatnya. 
     Suatu hari di sela kesibukan mereka berdua, Danastri meminta bertemu hanya berdua saja.
     “Ada apa?,”  kata Sancaka.
     Danastri hanya diam. Pandangannya menerawang jauh menembus dinginnya malam.  Dia memandangi satu persatu bintang yang berkelip di langit. Cahaya lampu cafe yang  temaram   menerangi wajahnya yang  lusuh. Rambutnya terurai tak  beraturan.  Wajahnya tanpa bedak tanpa make up. Terlihat pasi tak seperti rembulan penuh yang berada di langit. 
     Bersinar indah tanpa terhalang oleh awan.   Kelihatan gembira berpesta bersama bintang yang bertaburan.
     “Kamu masih kelihatan cantik,”  sanjung 
     Sancaka sambil meraih tangan  Danastri.
     Danastri  bergeming. Pandangannya tetap masih  menatap jauh ke alam liar. Hanya  helaan nafas panjang yang terdengar. 

Sancaka berdiri lalu jongkok di hadapan Danastri. Kedua tangan Danastri dipegangnya erat-erat.

     “Pandanglah mataku. Jujurlah. Kau cinta padaku kan?”  kata Sancaka.
     “Permainan kita di atas panggung membuat hatiku terluka,” jawab Danastri. 
     “Biarkan waktu  yang menentukan cinta kita. Kita nikmati malam ini  bersama bulan dan bintang,”  kata Sancaka lirih. 
     “Aku harus mengakhiri permainan ini ketika mereka tak bersinar lagi,”  kata Danastri sambil menyandarkan kepalanya di pundak Sancaka. 


.