Pengguna:Ogiesetiakawan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

KENDALA PERMASALAHAN BENIH YANG ADA DI KABUPATEN GARUT

Kendala secara Umum dengan asfek nya

    Pada umumnya di dalam suatu pengembangan hasil-hasil penelitian, yang ditonjolkan adalah ‘success story’. Padahal, sebelum sampai kepada tahap pengembangan, suatu hasil penelitian mengalami berbagai hambatan dan kendala. Demikian juga setelah sampai tahap pengembangan ketika mulai diadopsi oleh petani. Permasalahan ini mengidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan CLS di lahan kering.     Hambatan itu dapat digolongkan ke dalam hambatan teknis, hambatan sosial, hambatan kelembagaan, hambatan ekonomi, hambatan lingkungan dan hambatan politis. Hambatan teknis misalnya kesuburan tanah dan iklim yang ternyata berbeda dengan kesuburan tanah dan iklim di stasiun percobaan.     Contoh dari hambatan sosial adalah penerapan jerami padi sebagai pakan sapi. Penanaman tanaman penguat teras di bibir teras juga menghadapi hambatan sosial. Hambatan ekonomis biasanya terjadi karena petani kekurangan modal sementara untuk mengadopsi teknologi baru dibutuhkan biaya yang lebih banyak daripada penerapan teknologi tradisional. Di beberapa tempat mungkin ditemui hambatan politis yang pemecahannya tidak bisa dilakukan oleh kelompok kecil masyarakat petani. Sistem pemasaran sapi potong di Kabupaten Garut     


KENDALA BENIH KENTANG VARIETAS ATLANTIK YANG MASIH MENGANDAL KAN IMPOR DARI LUAR.

    Pemkab Garut dihadapkan pada masalah pengembangan sentra produksi kentang Varietas Granola, terutama dalam penyediaan benih kentang yang bermutu. Hingga kini, benih tersebut sebagian besar dipasok dari luar Kabupaten Garut, yakini dari Pangalengan. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Garut, Ir. H. Tatang Hidayat, M.P, dihadapan Bupati Garut, dalam acara Panen Perdana Penangkaran Benih Kentang dan Pencanangan Jeruk Keprok Garut, di Perkebunan Olan Desa Barusuda Kecamatan Cigedug,.Sejak tahun 2006 pihaknya telah mencanangkan Program Mandiri Benih Kentang Varietas Granola sebesar 15 hingga 25 persen pada Tahun 2011.     Pada Tahun 2008 luas produksi tanaman kentang di Kabupaten Garut adalah 5.833 Ha, sehingga diperlukan benih 8.750 ton benih per tahun. Salah satu pemecahan yang tengah dilakukannya adalah memberdayakan 50 orang petani sebagai penangkar benih kentang yang tergabung dalam Apkendo (Asosiasi Penangkar Kentang Indonesia) Cabang Garut, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan benih kentang.Apkendo, sebut Tatang, telah melaksanakan penagkaran benih ketang G-2 seluas 2 Ha dengan sumber benih dari UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) Pangalengan yang akan menghasilkan benih kentang G-3 dilaksanakan di Kebun Olan Desa Barusuda Kecamatan Cigedug. Sedangkan dari hasil penangkaran benih kentang G-3 akan menghasilkan benih kentang G-4 (benih sebar) yang dilaksanakan di Kebun Pasirwangi, Kebun Cikajang dan Kebun Sukaresmi masing-masing seluas 1 Ha, serta Kebun Cisurupan 4 Ha, dan Kebun Olan Cigedug seluas 3 Ha.Dibagian lain Bupati Garut Garut,

    Aceng H.M. Fikri, mengakui masalah utama dalam pengembangan sentra produksi kentang konsumsi Varietas Granola adalam penyediaan benihnya, yang mengandalkan dari daerah lain, bahkan untuk benih kentang Varietas Atlantik masih impor dari luar, padahal hingga saat ini Kabupaten Garut dikenal sebagai sentra produksi kentang terbesar di Jawa Barat.Berdasarkan data dari Dinas TPH Kabupaten Garut, Tahun 2008 produksi kentang di Kabupaten Garut tercatat sebanyak 135.911 ton tersebar di 20 kecamatan, dengan luas areal 5.833 Ha, terdiri dari Varietas Granola sebagai kentang konsumsi dan Varietas Atlantik sebagai kentang industri.