Perang Dunia Timur. Jepang, Tiongkok, dan Korea/Bab 1
SKETSA SEJARAH TIONGKOK DARI ZAMAN TERAWAL SAMPAI KONTAK PERTAMA DENGAN PERADABAN EROPA.
Cikal bakal bangsa Tiongkok—Legenda—Zaman Keemasan Tiongkok—Permulaan Sejarah Otentik—Dinasti Chow—Perkembangan Kesusastraan dan Perjuangan—Musik, Perbudakan, Kegiatan Rumah tangga Tiga Ribu Tahun Silam—Konghucu dan Karyanya—Kaisar Pertama Tiongkok—Pembakaran Kitab—Dinasti Han—Sosok Terkenal Masa Itu—Uang Kertas dan Percetakan—Invasi Tartar dan Mongol—Dinasti Sung—Karya Sastra—Penyair Tiongkok Terkenal—Sastra, Hukum dan Pengobatan—Kublai Khan—Dinasti Ming—Perpustakaan Pribadi Kaisar Tiongkok—Pembentukan Dinasti Saat Ini—Hubungan Antara Sejarah Tiongkok dan Belahan Dunia Lain.
Asal usul bangsa Tiongkok tidak jelas. Bangsa Tiongkok tak dapat diketahui aslinya datang dari mana di luar perbatasan kekaisaran Tiongkok. Pada masa keterpencilannya yang dapat ditelusuri penyelidikan, tanpa keluar dari ranah sejarah legenda, kami mendapati mereka telah ada sebagai bangsa yang terorganisir dan kurang lebih beradab. Sebelum masa itu, kondisi mereka tanpa diragukan terdiri dari suku-suku nomadik, namun kapan imigran atau penduduk asli tanah tersebut nampak sulit dibuktikan. Namun, penyamaan didasarkan dari perbandingan sebagian besar cara bicara, menulis atau perilaku dan adat, telah dikaitkan dengan cikal bakal mutlak mereka; dan mereka banyak diidentifikasikan dengan Turki, Kaldea, penduduk terawal Irlandia, dan suku-suku hilang Israel.
Namun, perbandingan paling terkini didasarkan pada penyelidikan yang sangat berhati-hati sebagai berikut: Catatan pertama yang dimiliki oleh kami tentang mereka menyatakan Tiongkok sebagai segerombolan imigran yang bermukim di provinsi-provinsi timur laut kekaisaran Tiongkok modern dan bertikai dengan para penduduk asli seperti halnya cara lama Yahudi menaklukkan Kanaan melawan berbagai suku yang ditemukan oleh mereka dalam pendudukan wilayah tersebut. Mereka semua mungkin memasuki Tiongkok lewat rute yang sama yang memisahkan mereka dalam rombongan nyaris menjelang masa kekaisaran. Pihak yang meninggalkan kami catatan sejarah mereka dalam kitab-kitab Tiongkok kuno, yang nampaknya meliputi aliran sungai Kuning, dan bergerak ke selatan dari bagian paling utaranya, memukimkan diri mereka sendiri di daerha-daerah subur di provinsi-provinsi modern Shan-hsi dan Honan. Namun karena diyakini juga bahwa pada sekitaran zaman yang sama, sebuah pemukiman besar didirikan sampai ujung selatan Anam yang tak disebutkan dalam kitab-kitab Tiongkok utara,kami harus berasumsi bahwa rombongan lain secara langsung bergerak ke wilayah selatan melalui provinsi-provinsi selatan Tiongkok menuju daerah tersebut.
Banyak penulis menjawab pertanyaan yang timbul soal kapan bangsa tersebut datang, dengan menyatakan bahwa riset secara langsung mengarah pada selatan daratan laut Kaspia. Mereka menemukan banyak alasan dalam kajian bahasa yang menunjang pembuktian filologi dari anggapan tersebut. Dan mereka menganggap bahwa dalam segala kemungkinan, perpecahan di Susiana dari kemungkinan beberapa gangguan politik pada sekitar abad ke-24 atau ke-23 SM, menggerakkan Tiongkok dari tanah asal mereka dan mengembara ke kawasan timur sampai mereka akhirnya bermukim di Tiongkok dan selatan daerahnya. Imigrasi semacam itu dilakukan tanpa melalui cara tak lazim di Asia. Kami mengetahui bahwa Turki Utsmaniyah awalnya bermukim di Mongolia utara, dan kami memiliki catatan pergerakan tersebut pada akhir abad belakangan soal enam ratus ribu orang Kalmuck dari Rusia bergerak ke Tiongkok. Orang-orang Tiongkok juga nampaknya datang ke wilayah Tiongkok berasal dari sumber budaya Asia barat. Mereka menyertainya dengan pengetahuan penulisan dan astronomi serta seni rupa yang utamanya dipakai untuk kebutuhan dan keinginan umat manusia.
Menurut satu otoritas penduduk asli, Tiongkok menganggap bahwa dunia telah berubah akibat pertikaian sejak 3.276.494 tahun silam. Perubahan tersebut nyaris dibawa lewat tindakan Sebab atau Unsur Pertama yang terpisahkan dalam dua pronsip, aktif dan pasif, laki-laki dan perempuan. Atau seperti yang beberapa penulis asli jelaskan, berasal dari telur besar yang mendatangkan suatu sosok. Dari bagian atas telur, ia menciptakan langit, dan di bagian bawah, ia menciptakan bumi. Ia menciptakan lima unsur, bumi, air, api, logam dan kayu. Dari serbuk emas, ia menciptakan laki-laki dan dari kayu, ia menciptakan perempuan. Gambar-gambar tradisional dari laki-laki pertama dan perempuan pertama menggambarkan mereka mengenakan busana, yang berhias dedaunan ara. Ia menciptakan surya untuk menaungi siang, bulan untuk menaungi malam, dan bintang-bintang. Orang-orang yang peduli mendalami tradisi tersebut ketimbang karya yang akan menyelaraskan temuan bahan untuk peminatan riset dalam analogi-analogi sejarah Kristen.
Prinsip-prinsip tersebut, laki-laki dan perempuan, mengandung perwujudan material mereka di langit dan bumi dan menjadi bapak dan bunda dari segala hal, bermula dengan manusia, yang dikaitkan langsung dengan mereka dalam triwira kekuatan penciptaan. Kemudian mewujudkan sepuluh periode luas, yang terakhir dibuat oleh beberapa penulis Tiongkok pada kronologi yang berakhir kala setiap sejarah Tiongkok dimulai, yakni, dengan pendirian dinasti Chow pada sebelas ratus tahun sebelum kelahiran Kristus. Pada jangka waktu yang nyaris tak terhitung tersebut, proses perkembangan terjadi melibatkan reka-reka cipta seperti pembuatan api, pembangunan rumah, perahu dan kendaraan berroda, penenaman bahan pokok, dan komunikasi saling menguntungkan lewat cara penulisan.
Sehingga, bapak sejarah Tiongkok memilih untuk mengantar kami kembali ke masa kekuasaan Kaisar Kuning, 2697 SM, dan memperkenalkan kami pada penerusnya Yao dan Shun serta Yu besar, yang lewat keterampilan tekniknya telah mengeringkan luapan mengerikan yang dianggap beberapa orang identik dengan banjir Nuh.
Banjir tersebut terjadi pada masa kekuasaan Shun. Perairan dikatakan naik sampai setinggi manusia yang membuat diri mereka sendiri kabur ke pegunungan untuk lari dari kematian. Sebagian besar daerah dari kerajaan yang berdiri tersebut terdampak. Bencana timbul, seperti kebanyakan bencana serupa, pada daerah rendah, yang sejak itu meninggu, akibat sungai Kuning mengeluarkan gundakan-gundukannya, dan Yu besar dipilih untuk membawa air tersebut ke saluran mereka. Dengan tenaga tak tergantikan, ia merencanakan tugasnya, dan dalam sembiltan tahun berhasil menempatkan sungai tersebut berada di bawah kekuasaannya. Pada masa itu, ia bekerja sangat keras, bahwa mereka berujar bahwa ia tak mengambil makanan maupun pakaian, dan bahwa ia bahkan melewati pintu rumahnya tanpa sesekali berhenti untuk masuk. Kala merampungkan pekerjaannya, ia membagi kekaisaran menjadi sembilan alih-alih dua belas provinsi, dan tradisi mewakilkannya tercetak pada catatan ukirannya pada prasasti di Gunung Heng, provinsi Hoopih. Untuk penghargaan atas jasanya yang dilakukan olehnya untuk kekaisaran, ia diberikan kepangeranan Hea, dan setelah itu menduduki takhta bersama dengan Shun selama beberapa tahun yang meneruskan kedaulatannya kala kematiannya pada 2308 SM.
Namun seluruh hal tersebut terjadi pada “masa keemasan” Tiongkok, catatan sebenarnya yang diserahkan pada kami telah lekang selama berabad-abad. terdapat sejumlah kecil hukum, namun tak pernah pada kesempatan apapun memberlakukan hukum yang ditujukan pada kesalahan. Hal ini dianggap mewajibkan penutupan pintu rumah pada malam hari, dan tak ada orang yang akan mengambil harta benda yang hilang yang tergeletak di jalan raya. Semuanya bijak, bahagia dan makmur, seperti tak pernah diketahui. Kaisar Shun berkembang dari menangani takhta karena rasa malunya, berkaitan dengan hewan-hewan liar yang dipakai untuk didatangkan dan secara sukarela menempatkannya pada ladang, sementara para burung di udara akan mngitari dan menjaganya mengamankan bahan pokok dari serbuan serangga.
Ini sebetulnya bukan sejarah; dan walaupun lebih dapat dikatakan catatan yang diberikan dunia dinasti yang menguasai Tiongkok antara “zaman keemasan” dan permulaan masa kekuasaan Wangsa Chow. Sejarawan mempertanyakan banyak sumber informasi soal perintahnya. Disamping tradisi, yang banyak disediakan olehnya untuk dirinya sendiri, bagian utamanya adalah ratusan bab yang disunting oleh Konghucu dari sisa-sisa catatan sejarah pada masanya, yang kini disebut sebagai “Kitab Sejarah.” Karya tersebut berisi landasan fakta tak dipertanyakan, menekankan negara peradaban maju, yang bahkan berdiri jauh sebelum dua ribu tahun silam sebelum masa kami; namun gambaran tersebut nampak samar dan sebagian besar penjelasannya memiliki sedikit nilai terapan. Penghitungannya menyatakan dari Yu membentuk dinasti Hea pada 1766 SM sampai dinasti Shang. Penguasa terakhir dari keturunan Hea, Kieh Kwei, dikatakan menjadi monster jahat dan dijatuhi hukuman mati atas kejahatan-kejahatannya di tangan T'ang, pangeran negara Shang, yang mengambil takhtanya darinya. Dalam peristiwa serupa, enam ratus empat tahun kemudian, Woo Wang, pangeran Chow, menggulingkan Chow Sin, sosok terakhir dari dinasti Shang, dan mengangkat dirinya sendiri menjadi pemimpin negara kekaisaran berdaulat.
Baru pada dinasti Chow, kami mulai merasa diri mereka sendiri pada landasan amannya, meskipun lama sebelumnya Tiongkok secara tak diragukan menikmati peradaban yang jauh lebih tinggi ketimbang yang terjadi pada sebagian besar bangsa barat sampai berabad-abad kemudian. Seni tulis sepenuhnya dikembangkan, dijalankan, jika kami meyakini penelitian-penelitian penduduk asli dari sistem ikat simbul asli, walau tahap-tahap pemakaian kayu berturut-turut dan serangkaian bahan alami diturunkan sampai tahap fonetik yang timbuk pada saat ini. Pengamatan astronomi dari jenis sederhana dibuat dan dicatat dan tahun terbagi dalam bulan-bulan. Upacara pernikahan ditentukan untuk dilaksanakan; dan walaupun kulit-kulit perang masih dikaryakan dan tetap digunakan sampai masa berikutnya, koin-koin logam dari berbagai bentuk dan ukuran mulai diakui sebagai alat tukar yang paling diterapkan. Musik, baik vokal maupun instrumental, banyak dimainkan; dan jenis tunggal yang mengisi suatu tempat telah diduduki oleh tarian bangsa-bangsa jauh sampai barat. Lukisan, balap kereta kuda dan panahan menjadi seni rupa murni; busur silang secara khusus menjadi senjata kesukaan di medan tempur atau perburuan. Masyarakat nampak hidup dengan nas dan kubis, daging babi dan ikan, seperti yang banyak dilakukan oleh mereka pada saat ini; mereka juga meminum minuman didistilasi dari beras yang secara vulgar disebut sebagai “Samshoo” dan memakaikan diri mereka sendiri dengan sutra, atau bahan rumahan mereka sendiri memakai setiap cara. Semua ini terjadi sebelum dinasti Chow yang kini memutuskan untuk memulainya.
Dinasti Chow dibangkitkan pada wakil-wakil penguasa sebelumnya, dibantu oleh orang cerdik dari adipati atau kepala suku tertentu dari negara Chow, walaupun ia pribadi tak pernah meraih takhta kekaisaran. Pada 1122 SM, putranya yang lebih terkenal me ggerakkan pasukan tirani terakhir dari zaman semi-legenda dan mengangkat dirinya sendiri menjadi penguasa Tiongkok. Tiongkok pada masa itu terdiri dari sejumlah kepangeranan kecil yang memiliki wilayah pusat dan sehingga menghimpun federasi. Negara pusat mengurusi urusan umum, sementara setiap kepangeranan memiliki hukum dan pemerintahan lokalnya sendiri. Dalam beberapa hal, wilayah tersebut mengalami zaman feodal, beberapa serupa dengan yang terjadi di Eropa selama berabad-abad. Berbagai adipati dianggap sebagai vassal yang menjalin persekutuan kedaulatan pada kepala negara kekaisaran, dan membalasnya dengan membantunya dengan uang dan pasukan kala dibutuhkan. Dan dalam rangka menjaga kebersamaan, terutama dalam marabahaya perpecahan dari pertikaian, para penguasa Wangsa Chow selamanya memusuhi para adipati vasal di ibukota dan memperbarui mereka, dengan upacara pengurbanan dan pencucuran darah, sumpah kesetiaan dan perjanjian aliansi mereka. Pada puncaknya yang dialami oleh Yu setelah pengangkatannya, dikatakan terdapat sepuluh ribu pangeran yang timbul dengan simbol peringkat mereka. Namun, negara-negara feodal tersebut saling bertikai satu sama lain. Pada masa kebangkitan dinasti Shang, hanya ada lebih dari tiga ribu, yang menurun menjadi seribu tiga ratus kala kedaulatan Chow dibentuk.
Adipati senior selalu mendududki jabatan yang dekat dengan penguasa ketimbang lainnya. Ini adalah upaya khususnya untuk melindungi wilayah kekaisaran dari invasi oleh vasal manapun; dan ia seringkali memutuskan untuk menghukum tindakan pembangkangan dan terselubung, dengan bantuan kepercayaan seluruh negara sebagai badan melawan penarikan individual apapun. Hal itu menjadi kondisi politik dari hal-hal melalui serangkaian panjang kekuasaan selama nyaris sembilan abad, sejarah berikutnya dari dinasti panjang dan terkenal ini singkatnya menjadi catatan perjuangan melawan peningkatan rancangan kekuatan dan ambisi negara vassal Ching, sampai sepanjang kekuasaan Ching tak hanya mengalahkan negara berdaulat tersebut, namun berhasil menghimpun upaya persatuan terhadap seluruh pihak lain yang bergabung dalam sebuah liga. Pada 403 SM, sejumlah negara berkurang menjadi tujuh negara besar, semuanya tak lama atau kemudian diklaim sebagai “kerajaan,” dan menantang ketuanan sampai Ching mencaplok seluruh kerajaan lainnya. Pada 221 SM, rajanya memegang gelar Hwang Ti atau kaisar dan memerintahkan agar tak ada lagi kepangeranan feodal, selain satu surya di langit sana yang harus dijadikan satu penguasa di negara tersebut.
Kilas balik dibutuhkan pada sembilan ratus tahun tersebut dan mengumpulkan beberapa fakta soal Tiongkok pada masa itu. Agama Tiongkok adalah modifikasi bentuk tua dan sederhana pemujaan alam yang diterapkan oleh para leluhur mereka. Tujuan-tujuan utama dari pemuliaan adalah surga dan bumi dan lebih berpengaruh pada kekuatan alam merusak dan bermanfaat. Namun, tindakan personifikasi dan deifikasi telah mulai terbentuk dalam dan pada jiwa obyek dan pengaruh alam yang kini dengan cepat menghimpun bentuk material yang menambahkan jiwa pahlawan terberangkatkan yang perlindungannya diberlakukan usai kematian orang yang menonjol sepanjang hidup.
Kedaulatan dinasti Chow disembah di sebuah bangunan yang disebut oleh mereka sebagai “balai terang,” yang juga melayani keperluan audien dan badan dewan. Tempat tersebut berukuran 112 kaki persegi dan diatapi dengan kubah; menyimbolkan langit di atas dan bumi di bawah. Tiongkok selalu membekingi perkembangan arsitektural, tak pernah mengeluarkan hal familiar dengan wilayah penjurunya, yang barang antiknya nampaknya mengakar dari tenda-tenda pada masa nomad mereka. Sehingga, tempat yang disebut “balai terang” dinasti Chow dianggap oleh Tiongkok menjadi struktur paling menakjubkan.
Beberapa pihak berujar bahwa Pentateukh dibawa ke Tiongkok pada abad keenam SM, namun tak ada akar pasti Yahudi yang ditemukan sampai beberapa abad kemudian.
Zaman Chow adalah salah satu pendahuluan perayaan seremonial yang ditekankan sampai batas ekstrim. Bahkan Konghucu tak mampu bangkit melebihi tingkat kematian dari etiket yang sangat formal, yang menghimpun ajarannya pada tempat bersama dengan proporsi kemajuan manapun yang nampaknya diarahkan dari pengarahan paling terpahat dengan aturan-aturannya. pada abad-abad awal pada zaman tersebut, hukum diberlakukan secara ketat dan hukuman dilakukan secara barbar; mutilasi dan pembunuhan lewat pembakaran atau pencacahan menjadi hukuman tak terhitung. Dari seluruh catatan, hal ini dengan terjadi menimbulkan pengikisan menonjol dalam karakter para raja Chow. Salah satu raja awal paling bersekongkol adalah Muh, yang mengabdikan dirinya sendiri dikenal karena memberlakukan kitab hukum di bawah penebusan hukuman yang diijinkan lewat lewat pembayaran denda.
Sehingga, perasaan tak berhukum menyebar lebih jauh dan lebar di kalangan pangeran dan bangsawan, menciptakan keresahan dan kerusuhan di sepanjang belahan negara tersebut, bahwa insting sastra yang telah menjadi ciri khas Tiongkok sepanjang waktu yang lama masih aktif. Pada pejabat yang dikatakan orang dalam, mereka berujar, diiringi dengan kereta bercahaya di seluruh belaahn kekaisaran untuk mengumpulkan kata dari dialek yang berubah di setiap daerah; dan pada masa perjuangan kerajaan, para pemimpin musik resmi dan historiografer dari setiap kepangeranan dipersembahkan kepada para pejabat yang diangkat untuk keperluan tersebut, kumpulan syair dan lagi dari setiap tempat, dalam rangka, yang mereka katakan, agar karakter kekuasaan diputuskan oleh para pangeran mereka yang harus dihakimi lewat nada puitis dan musikal terhadap dakwaan mereka. Syair dan lagu yang ditemukan dan kemudian dikumpulkan secara hati-hati dilestarikan dalam arsip-arsip kerajaan, dan karya dari bahan-bahan tersebut, seperti yang umum diyakini, dikompilasikan oleh Konghucu dalam “Raja Perempuan” atau “Kitab Syair.”
Seratus tahun sebelum akhir dinasti Chow, seorang negarawan besar bernama Wei Yang muncul dalam kebangkitan negara Ch’in dan membawa nyaris banyak reformasi berharga. Pada hal lain, ia memperkenalkan sistem perpajakan, yang dilakukan sampai hari ini. Unit kehidupan sosial Tiongkok selalu berdasarkan pada keluarga dan bukan orang tunggal; dan negarawan tersebut membuat keluarga terbagi dalam kelompok masing-masing sepuluh keluarga, atas dasar perlindungan dan tanggung jawab saling menguntungkan. Tanah Tiongkok selalu dijaga sebagai harta tak terasingkan dari penguasa kekaisarannya sepanjang waktu, dipegang dengan kepercayaan olehnya atas perantara kekuatan yang lebih besar dan tinggi yang menjadi wakil rajanya. Pada zaman dinasti Chow, lahan nampak ditanam dengan sistem komunal, sepersembilan hasil lahan dalam banyak kasus diberikan kepada pemerintah dan keluarga pemerintahan di setiap wilayah. Menurut para penulis Tiongkok, Koin-koin tembaga berbentuk seragam dan memiliki ukuran yang dapat dibawa-bawa menjadi alat bayar utama pada sekitar separuh jalan abad keenam SM. Namun, bentuk uang tak biasa sebelumnya telah lama beredar, salah satu adipati vasal menasehati, dalam rangka merombak keuangannya, untuk “membelah perbukitan dan membuat uang berbahan metal; untuk menguapkan air laut dan membuat garam. Ini,” tambah abdi penasehatnya, “akan menguntungkan kerajaan dan dengan laba yang dapat kau beli dengan semua jenis barang murah dan menyetornya ke pasar yang bertumbuh; juga mendirikan tiga ratus depot dagang untuk para pedagang, yang sehingga akan mengirimkan segala jenis pernak-pernik ke wilayahmu. Pernak-pernik tersebut akan kau pajaki dan sehingga memiliki dana yang layak untuk menuntaskan pengeluaran tentaramu.” Hal semacam itu adalah beberapa prinsip keluangan dan ekonomi politik pada zaman dinasti Chow, tugas-tugas pabean bahkan nampak pada masa awal selaku bagian pendapatan yang diakui.
Kemampuan penyembuhan diterapkan di kalangan Tiongkok pada zaman pra-sejarah mereka, namun upaya semi-ilmiah pertama yang tercatat masuk pada periode yang kami sedang bahas. Para tabib dinasti Chow mengklasifikasikan penyakit dengan empat musim setahun—sakit kepala dan saraf pada musim semi, penyakit kulit dari segala jenis pada musim panas, demam dan malaria pada musim gugur, dan gejala bronkial dan paru pada musim dingin. Sebagian besar masyarakat diperingatkan agar tak menerima dengan resep tabib manapun yang keluarganya belum terdiri dari tiga generasi dalam pekerjaan pengobatan.
Kala dinasti Chow terlibat pertempuran, mereka membentuk baris dengan pemanah di kiri dan penombak di kanan. Bagian tengah ditempati oleh kereta perang, yang digambarkan digerakkan tiga atau empat kuda. Pedang, belati, tameng, penutup kepala besi, kail besi panjang, drum, simbal, gong, tanduk, panji dan pita tak terhitung juga dijadikan alat perang. Pertikaian jarang terjadi jika disengaja dan biasanya telinga dipotong dari jasad-jasad yang dibacok.
Di bawah kekuasaan dinasti Chow, seribu tahun SM, masyarakat Tiongkok mulai memakai nama keluarga. Pada zaman Konghucu, pemakaian marga menjadi diperuntukkan bagi seluruh golongan. Dinasti Chow mendirikan perguruan tinggi, sebuah perwujudan yang masih ada sampai sekarang. Mereka nampak memiliki pertunjukan panggung dari beberapa jenis, walaupun sulit untuk berujar apa keadaan yang sebenarnya. Musik lantas harus didengungkan pada tahap perkembangan yang menonjol, jika mereka meyakini Konghucu sendiri, yang meninggalkannya pada catatan bahwa usai menyimak melodi tertentu, ia tak dapat mengecap rasa daging selama tiga bulan.
Perpudakan pada masa itu menjadi lembaga domestik reguler dan tak sama dengan penjualan wanita sendiri pada masa kini; dan kala pada masa sebelumnya, boneka kayu biasanya dikubur di makam pangeran, mereka kini memajukan para budak laki-laki dan budak perempuan yang mempertaruhkan nyawa terhadap raga setiap penguasa negara dalam rangka, sebagaimana yang diyakini, menunggu jiwa tirani setelah kematian. Namun, opini publik dimulai pada zaman Konghucu untuk mengadakan upacara kejam tersebut, dan putra dari orang yang memberikan perintah menyatakan bahwa ia harus dikuburkan dalam peti besar di antara dua gundiknya, seturut perintah ayahnya.
Kami mengetahui bahwa dinasti Chow menduduki kursi sementara seluruh bangsa timur lain duduk di tanah, dan menyantap makanan mereka dan minuman arak mereka dari meja; bahwa mereka tidur di ranjang dan menunggangi punggung kuda. Mereka menghitung jam dengan bantuan arah matahari; dan reka cipta kompas berkaitan, melalui sesuatu yang ada di tanah, sampai salah satu tokoh utama terawal mereka. Mereka memainkan permainan penghitungan karakter abstrak, dan yang lainnya melibatkan ketangkasan. Mereka nampaknya memakai sepatu kulit rajutan, dan kaus kaki, dan topi, dan ketopong, selain jubah sutra; dan menempatkan barang mewah lain seperti kipas, cermin logam, permandian, dan besi datar. Namun, seringkali sulit untuk memisahkan kebenaran dari pemalsuan dalam pernyataan penulis Tiongkok berkaitan dengan sejarah mereka. Kami mendapati peradaban yang dilebih-lebihkan dari leluhur mereka yang, sesuai kenyataan, memajukan perintah tanpa pelapisan khayalan tak diinginkan yang membuat mereka tergoda untuk berdusta.
Dari kepercayaan Tiongkok, kami akan membahasnya dalam bab selanjutnya, namun harus dikatakan disini bahwa dinasti Chow melahirkan pengajar Tiongkok paling terkenal, Konghucu. Ia didahului pada sekitar pertengahan masa dinasti tersebut oleh Lao-tzu, pendiri sistem filsafat etika abstrak yang ditujukan untuk mengembangkan Taoisme pada masa sekarang. Seorang sosok yang muncul tak lama setelah itu, dan nyaris sezaman, datang kepada Konghucu, “seorang pengajar yang menyetarakan pengaruhnya pada umat manusia dengan Buddha sendiri dan hanya dilampaui oleh Muhammad dan Yesus.” Konghucu mencurahkan hidupnya utamanya untuk pemberlakuan moral terhadap para muridnya lewat ajaran lisan, meskipun ia juga merupakan penulis banyak karya. Seratus tahun kemudian, muncullah Mencius, catatan yang ajarannya juga membentuk bagian penting dari ranah kajian murid modern di Tiongkok. Teori terkenalnya menyatakan bahwa sifat manusia itu baik, dan bahwa seluruh penekanan kejahatan diakuinya dapat timbul dari komunikasi jahat entah lewat pewarisan atau kekerabatan. Pada masa yang sama, sastra bahasa Tionghoa dibentuk. Dari hal tersebut, dan beberapa karya terkenal, hal lain dikatakan pada bab berikutnya berkaitan dengan sastra dan pendidikan.
Dalam kampanye mereka melawan ketiadaan hukum dan kekerasan menonjol, Konghucu maupun Mencius dapat membuat pengacuan apapun. Ceramah mereka jatuh pada telinga tuna rungu dan dorongan damai mereka yang disahkan tanpa dipedulikan oleh orang yang memegang ajaran mereka lewat kekuatan tangan kanan mereka, dan mengurusi persoalan kepangeranan mereka yang dikelilingi oleh hiruk pikuk perang. Sistem feodal dan dinasti Chow bergesekan kala Konghucu wafat walau tak lebih dari dua ratus tahun setelah Ch’in menghimpun ketuanan.
Sembilan abad yang diwarnai dengan sejarah dinasti Chows sepenuhnya sezaman dengan peristiwa-peristiwa menonjol di belahan dunia lainnya. Perang Troya terjadi pada ujungnya dan Æneas mengungsi ke Italia dari penjarahan Troya. Pada awal dinasti, Zoroaster muncul di Persia selaku agama Majusi, pemujaan api yang dilestarikan dalam Parseeisme di Bombay. Saulus diangkat menjadi raja Israel dan Salomo membangun bait Yerusalem. Kemudian, Likurgus memberlakukan hukum pada bangsa Sparta dan Romulus lewat batu pertama dari kota Abadi. Kemudian timbul pengasingan Babel, kemunculan Buddha, penaklukan Asia Kecil oleh Cyrus, kebangkitan Republik Romawi, kekalahan Darius di Marathon dan Xerxes di Salamis, Perang Peloponnesia, penarikan Sepuluh Ribu Pasukan, dan penaklukan Romawi menjelang akhir Perang Punic Pertama. Dari sudut pandang sastra, dinasti Chow sezaman dengan zaman Weda di India; Homer, Æschylus, Herodotus, Aristophanes, Thucydides, Aristoteles dan Demosthenes di Yunani; dan nabi-nabi Yahudi dari Samuel sampai Daniel; dan kala Talmud awalnya dibuat lewat naskah-naskah yang kemudian didatangkan dari pengasingan di Babel.
Kekuasaan kekaisaran Chow atas negara-negara vassal yang melingkupi Tiongkok pada masa awal, secara vertahap dinaungi lewat pertumbuhan kekuatan dan pengaruh dari salah satunya, yang kemudian namanya berubah menjadi suatu sebutan, sehingga seseorang yang disebut “orang Ch’in” sama dengan penuturan dalam pernyataan vulgar, “Ia bukanlah temanku.” Pertikaian antara Ch’in dan belahan kekaisaran lainnya bak seperti pertikaian antara Athena dan belahan Yunani lainnya walaupun akhir dalam setiap kasus tidaklah sama. Negara Ch’in mengalahkan gabungan lawannya, dan akhirnya mendirikan kekaisaran berusia pendek meskipun dipimpin sedikit penguasa yang duduk di takhta, hanya sekitar lima puluh tahun secara keseluruhan, combined opponents, nama sosok menonjolnya menjadi kaisar pertama dari persatuan Tiongkok.
Kala keruntuhan sistem feodal lama, markah-markah tanah yang dilestarikan tiga atau empat pendahulunya disingkirkan, Hwang Ti menempatkan fondasi kekaisaran koheren yang bermula dari dirinya sendiri selaku pendirinya. Ia mengirim 300.000 pasukan untuk bertarung melawan bangsa Hun. Ia mengerahkan armada untuk mencari beberapa pulau misterius di lepas pesisir Tiongkok; dan ekspedisi tersebut sejak itu terhubung dengan kolonisasi Jepang. Ia membangun Tembok Raksasa, yang memiliki panjang nyaris seribu empat ratus mil, membentuk obyek buatan paling berpengaruh di muka bumi. Pencetakan koin tembaganya sangat diseragamkan agar kerang ditiadakan dari perdagangan pada masa kekuasaannya. Menurut beberapa orang, pensil rambut modern yang dipakai oleh orang Tiongkok seperti pena yang diciptakan pada sekitaran masa itu, yang dipakai untuk menulis di sutra; sementara karakter-karakternya sendiri mengalami modifikasi tertentu dan penunjangan ortografi. Kaisar pertama menginginkan segala hal menghimpun stimulus segar untuk upaya kesusastraan; namun ia sendiri mengadopsi cara ktang menguntungkan yang sesuai dengan keinginan tersebut. Kala menyimak sekelompok abdinya, ia memutuskan agar sastra harus dimulai pada masa kekuasaannya. Sehingga, ia mengeluarkan perintah untuk penghancuran seluruh kitab yang ada, kecuali karya pengobatan, pertanian dan keilahian serta tawarikh dari wangsanya sendiri; dan ia benar-benar membantai ratusan orang yang enggan menaati perintah tersebut. Perintah tersebut dipercaya sebagai kemungkinan dalam kasus perintah penyingkiran perintah dan selama bertahun-tahun malam penghirauan menyelimuti wilayah tersebut. Sejumlah karya berharga kemudian dimusnahkan dalam sekumpulan sastra umum, ayng lebih dikenal sebagai “pembakaran kitab-kitab;” dan sebagian merupakan kecelakaan dan sebagian karena upaya sukarela cendekiawan pada masa itu, yang berhutang atas pelestarian banyak relik berharga dari sastra Tiongkok kuno. Kematian Hwang Ti menjadi isyarat perpecahan di kalangan para pangeran feodal yang berpecahan, yang, namun, usai beberapa tahun persoalan, kambali diturunkan ke pangkat rakyat jelata oleh pemimpin petani sukses yang mengadopsi gelar Kaou Ti, dan menamakan dinastinya dengan sebutan dinasti Han, dengan dirinya sendiri menjadi kaisar pertamanya.
Dari zaman itu sampai sekarang, dengan interregnum yang jarang, kekaisaran tersebut diperintahkan dari para keturunan yang diturunkan oleh Hwang Ti. Dinasti demi dinasti bergantian namun tradisi poltik masih tak berubah, dan meskipun Mongol dan Manchu pada waktu berbeda menggoyahkan takhta dari pewaris sahnya, mereka menghimpun masyarakat homogen yang menghuni kekaisaran tersebut, dan alih-alih menyematkan segel mereka pada negara, namun menjadi cerminan dari pihak yang kalah. Wangsa kenegaraan Han menguasai Tiongkok selama empat ratus tahun, dari sekitar tahun 200 SM sampai 200 M. Sepanjang masa itu, kekaisaran tersebut mengalami puncak kejayaan dalam keadaan kemakmuran dan peradaban yang lebih menetap, walaupun terjadi perang dengan suku-suku Tartar di utara dan berbagai suku Turki di barat. Komunikasi dengan Hun tentunya dekat, dan bahkan kini menurunkan pengaruh Hun dalam beberapa marga Tionghoa yang dikenal. Dinasti tersebut juga mengalami kejutan yang sangat tak biasa di timur, dari seorang wanita yang menghimpun kekaisaran; dan ia bukanlah penguasa yang memperhitungkan untuk menginspirasi rakyat Tiongkok dengan banyak kepercayaan dalam kebajikan atau kemampuan pemerintahan dari suatu jenis kelamin. Namun dalam sejarah Tiongkok, ia menjadi satu-satunya penguasa perempuan yang secara sah pernah menduduki takhta.
Pada zaman dinasti Han, agama Buddha mula-mula menjadi diketahui bangsa Tiongkok, dan Taoisme mulai berkembang dari sekadar filsafat menjadi bimbingan dan terapan. Pada masa itu juga, yahudi muncul mendirikan koloni di Honan, namun kami tak dapat berujar apa jenis sambutan terhadap kepercayaan baru tersebut. Pada masa perkembangan Buddha awal, dan kemudian pada masa penindasan berikutnya, Yahudi mungkin gagal menerima perhatian yang sangat serius dari Tiongkok. Pada 1850, gulungan Ibrani tertentu ditemukan dari sejumlah kecil keturunan bekas Yahudi yang tersisa; namun tak ada yang meninggalkan siapa yang dapat membaca tulisannya, atau siapa yang memiliki pengetahuan yang diturunkan dari para leluhur mereka, selain sedikit tradisi dari golongan yang mungkin terkikis tersebut.
Namun peristiwa paling menarik dari segala peristiwa yang berhubungan dengan masa kami saat ini, adalah kebangkitan pengetahuan dan kepengarangan umum. Teks-teks Konghucu diselamatkan dari tempat-tempat persembunyian tempat teks-teks tersebut dihindarkan dari resiko pemusnahan; komite-komite penyuntingan dibentuk, dan upaya langsung dibuat untuk memperbaiki kekeliruan yang ditimbulkan lewat kesusastraan di tangan kaisar pertama. Tinda dan kertas direka cipta dan sehingga kepengarangannya dapat dibuat dengan permulaan segar, sehingga permulaannya adalah bahwa kaisar pertama sangat berkaitan dengan kekuasaannya sendiri, dan berupaya untuk diamankan lewat cara terapan semacam itu. Pada paruh akhir abad kedua SM, “Bapak Sejkarah Tiongkok” berkembang. Karyua besarnya, yang menjadi model untuk seluruh catatan sejarah berikutnya, terbagi dalam seratus tiga puluh buku, dan berisi tentang masa yang terbentang dari masa kekuasaan kaisar kuning sampai masanya sendiri. Dalam cabang kesusastraan lain, tempat terdepan di kalangan leksikografer di dunia secara jelas diklaim kepada Hsu Shen, pengarang kamus terkenal. Kebanyakan penulis tersohor lain dihidupkan dan dmakmurkan pada zaman dinasti Han. Seorang sosok yang namapnya harus disebutkan ditujukan untuk dirinya sendiri, lewat kebaijakn dan integritasnya, sebuah ketenaran yang lebih menekan ketimbang pencapaian sastra manapun yang dapat diturunkan. Sehingga, Yang Chen menjadi cendekiawan tanpa banyak perhatian, dan karena kampung halamannya yang terletak di barat, ia dikenal sebagai “Konghucu dari barat.” Selaku pejabat pemerintahan dalam jabatan tinggi, yang seharusnya meraih kekayaan pada komandonya, ia justru hidup dan meninggal dalam kemiskinan, satu-satunya ambisinya adalah reputasi pejabat tak menonjol. Keluarga Yang pada masanya mengeluhkan kesempatan yang ditiadakan begitu saja; namun keluarga Yang pada masa sekarang dielu-elukan dalam ketenaran leluhur besar mereka dan dengan bangga dipuja di balai leluhuryang menyematkan namanya. Karena sesekali kala didorong untuk menerima mempelai, dengan tambahan yang tak ada satupun orang yang akan mengetahui transaksi, ia menjawab—“Bagaimana bisa? Surga akan diketahui; bumi akan diketahui; kau akan diketahui dan aku harus diketahui.” Dan pada masa kini, kuil leluhur klan Yang menematkan nama “Balai Empat Pengetahuan.”
Ini semua mungkin terjadi pada zaman dinasti Han kala drama tersebut mula-mula menduduki tempatnya di ranah hiburan masyarakat.
Tak perlu menyusuri sampai empat abad yang menghubungkan Han dengan T'ang. Tak ada dari mereka yang memiliki kekhasan sifat atau persamaan tujuan yang meninggalkan penekanan besar sepanjang masa. Tiga kerajaan dengan cepat berlalui, dan dinasti kecil lainnya menggantikan mereka, namun nama dan penanggalan mereka tak dikhususkan pada penjelasan negara Tiongkok pada waktu itu atau kini. Namun, beberapa penekanan secara singkat menyebutkan sebelum penutupan periode transisi. Hubungan diplomatik dibuka dengan Jepang; dan Kristen diperkenalkan oleh Nestorian dengan sebutan “ajaran mencerahkan.” Teh belum dikenal di Tiongkok sebelum masa itu. Hal tersebut terjadi pada penutupan masa transisi kala kami mula-mula menelusuri cikal bakal seni cetak, masih dalam keadaan embriotik, dan nampaknya sangat menentukan bahwa sebelum abad keenam, Tiongkok menghimpun metode pembuatan ulang blok-blok kayu. Salah satu kaisar terakhir pada masa itu meneruskan penambahan wilayah besar pada kekaisaran tersebut melalui aneksasi terhadap wilayah barat. Para utusan mendatangi istananya dari berbagai bangsa, termasuk Jepang dan Cochin China, dan membantu menambahkan warna pemerintahannya.
Selama tiga abad, 600-900, kala dinasti T'ang menduduki takhta, membentuk zaman brilian dalam sejarah Tiongkok, dan bangsa selatan Tiongkok masih berbangga akan pencapaian yang diturunkan mereka sebagai “orang-orang T’ang.” Kaisar Hsuan Tsung berjuang melawan dorongan yang luar biasa dalam busana; membentuk perguruan tinggi drama besar; dan menjadi pelindung kesusastraan yang antusiastik. Buddha berkemabng pada masa itu disamping edik-edik yang menentangnya. pada akhirnya, agama tersebut meraih keterpikatan para kaisar dan pada suatu waktu bahkan mengungguli Konghucu. Ini terjadi pada zaman kekuasaan kaisar kedua T'ang dan baru enam tahun usai Hijrah yang membuat agama Islam mula-mula mencapai pesisir Tiongkok. Paman pihak ibu dari sang nabi mengunjungi negara tersebut dan mendapatkan ijin untuk membangun masjid di Kanton, sebagian mungkin masih ditemukan dalam struktur terrestorasi yang kini berdiri di atas situs tersebut. Pemakaian uang kertas mula-mula diperkenalkan oleh pemerintah menjalang akhir zaman dinasti; dan menjelang pada itu, kami dapat menelusuri keberadaan nuansa istana modern dan catatan sehari-hari dari edik, peringatan, dll, yang umum dikenal sebagai Peking Gazette.
Periode transisi tak berpengaruh lainnya, yang berjangka waktu enam puluh tahun, menghimpun jaringan hubungan antara wangsa T'ang dan Sung. Hal ini dikenal dalam sejarah Tiongkok sebagai zaman lima dinasti, usai lima dinasti berjangka pendek mengisi ruang waktu ini. Hal ini utamanya ditandai pada praktek perluasan percetakan dari blok-blok kayu, karya-karya klasiks tandar yang kini untuk pertama kalinya dicetak dalam cara ini. Adat mengikat kaki wanita yang disebut “lili emas” diyakini timbul pada zaman ini, walaupun dikatakan oleh beberapa orang timbiul beberapa ratus tahun kemudian.
Dikatakan bahwa sebelum zaman T'ang adalah zaman Muhammad dan agama barunya, pernyataan yang ditujukan untuk dipertemukan di barat dengan pengujian fatal dari pasukan Charles Martel dalam pertempuran Tours. Ini adalah zaman Roma merdeka di bawah para paus awalnya; kala Charlemagne menjadi kaisar barat; kala Egbert menjadi raja pertama Inggrisl dan kala masa hidup Alfred Agung.
Dinasti Sung meluas dari sekitar 960 sampai 1280. Paruh pertama zaman dinasti tersebut dianggap secara keseluruhan merupakan salah satu zaman paling makmur dan damai dalam sejarah Tiongkok. Bangsa tersebut berada dalam keadaan besar yang terhimpun menjadi negara peradaban material dan budaya metal yang dikatakan ditemukan oleh bangsa Eropa berabad-abad kemudian. Pada penerapan kehidupan biasa Tiongkok, beberapa tambahan diyakini dibuat bahkan sejak zaman paling awalnya. Busana adat memiliki sejumlah ragam, dan setidkanya satu perubahan tajam yang diperkenalkan pada tahun-tahun kemudian, yakni ekor yang akan disebutkan demikian. Selain bajak dan cangkul, roda air dan sapu, alat seni, gubuk lumpur, kereta kuda, kursi, meja, sumpit, dll, yang kami masih lihat di Tiongkok, tanpa ragu diperkirakan timbul lebih dari dua ribu tahun silam. Mencius menyatakan bahwa bahasa tertulis yang sama, dan pohon-pohon berukuran sama di seluruh belahan kekaisaran; dan sampai saat ini diseragamkan adalah salah satu karakteristik utama bangsa Tiongkok di segala ranah kehidupan.
Namun, wangsa Sung bukannya tanpa ketegangan biasa sepanjang waktu itu. Pemberontakan silih berganti adalah peristiwa khas sejarah Tiongkok, dan dinasti Sung sulit keluar dari peristiwa tersebut dalam tingkat yang lebih besar ketimbang dinasti lainnya. Tartar juga selamanya tersingkirkan dari wilayah Tiongkok dan akhirnya bergerak dan menduduki bagian besar dari Tiongkok utara. Ini menimbulkan penghimpunan baik-baik untuk pembagian kekaisaran, Tartar mempertahankan penaklukan mereka di utara. Kurang dari seratus tahun kemudian timbul invasi Mongol di bawah kepemimpinan Genghis Khan, dengan perjuangan panjang yang berujung pada keruntuhan sepenuhnya dari Tartar dan Sung dan pendirian pertama dinasti Mongol di bawah kekuasaan Kublai Khan, yang kesuksesannya berada dalam ukuran besar karena kekuatan militer letnan terkenalnya Bayan. Dari perjuangan tersebut, satu nama tentunya dilestarikan untuk membentuk markah tanah yang benar-benar dibanggakan Tiongkok. Itu adalah negarawan patriot Wen T'ien-hsiang, yang setia pada Sung tanpa mengalami kekalahan; tanpa janji yang diingkari; dan sosok yang rendah diri di tangan musuh alih-alih kesetiaan yang telah menjadi kebanggaan dan nyaris tujuan dari keberadaannya.
Nama lainnya secara terpisah dihubungkan dengan sejarah Sung adalah Wang An-shih yang bergelar “Sang Inovator” dari perubahan atau invasi pemerintahan besar yang dikerjakan olehnya untuk diperkenalkan. Keutaman dari hal tersebut adalah sistem militia universal di bawah seluruh masyarakat yang layak untuk masuk militer dan menyerukan penugasan pada waktu yang dibutuhkan; dan sistem penawaran negara kepada para petani dalam rangka mensuplai anggaran untuk operasi pertanian yang lebih luas dan lebih berkembang. Skema-skemanya mendapatkan pertentangan seorang negarawan yang namanya sangat berkaitan dengan sastra ketimbang dengan politik. Ssu-ma Kuang menjalani sembilan belas tahun masa hidupnya untuk mengkompilasikan “Cermin Sejarah,” sebuah catatan sejarah Tiongkok dalam dua ratus sembilan puluh empat buku, dari zaman terawal dinasti Chow sampai kebangkitan wangsa Sung.
Seabad kemudian, produksi berjangka tersebut dirombak dalam bentuk yang lebih menonjol di bawah naungan Chu Hsi, yang karyanya sempat ditempatkan sebagai sejarah standar Tiongkok sampai saat ini. Chu Hsi sendiri bermain dalam cara lain sejauh bagian paling penting di antara seluruh raksasa sastra dinasti Sung. Disamping itu, pada sebagian besar masa hidupnya, jabatan pejabat tinggi, dengan nyaris kesuksesan tak terkualifikasi, tulisan-tulisannya lebih menonjol dan lebih beragam dalam hal karakter ketimbang karya-karya dari pengarang Tiongkok lain; dan kumpulan lengkap dari karya-karya filsafat besarnya, yang diterbitkan pada 1713, terisi tak kurang dari enam puluh enam buku,. Ia memperkenalkan penafsiran karya-karya klasik Konghucu, baik secara keseluruhan atau sebagian secara beragam dengan hal-hal yang dimajukan oleh para cendekiawan dinasti Han dan diakui tak terbantahkan sejak itu, sehingga memodifikasi hal tertentu dari standar moralitas sosial dan politik yang ada. Prinsipnya adalah suatu konsistensi. Ia menolak menafisrkan kata-kata tertentu dalam pasal yang diberikan dalam satu esensi dan kata-kata yang sama ditempatkan di tempat lain dalam esensi lain. Dan prinsip tersebut merekomendasikan diri sesekali pada pikiran yang sangat logis dari Tiongkok. Penafsiran Chu Hsi mendapatkan pengecualian dari seluruh pihak lainnya dan masih membentuk satu-satunya penafsiran wajib dari buku-buku klasik, pada pengetahuan yang seluruh kesuksesannya berada pada pengujian kompetitif besar untuk tingkat-tingkat kesusastraan yang dikatakan sepenuhnya bergantung.
Hal ini akan menjadi tugas jangka panjang pada sejumlah nama dalam serentetan besar penulis yang berkembang di bawah kekuasaan Sung dan membentuk Zaman Augustan dari sastra Tiongkok. Namun, pengecualian harus ditujukan pada Ou-Yang Hsiu, yang disamping menjadi negarawan menonjol, menjadi sejarawan dari dinasti-dinasti sebelumnya, esayis berkemampuan langka, dan penyair; dan Su Tung-p'o yang namanya berdampingan dengan Chu Hsi mengisi tempat terbesar dalam kenangan Tiongkok pada masa itu. Selaku pesaing dari “Sang Inovator,” ia mengalami pencekalan dari pertentangannya; dan lagi-lagi, usai kejatuhan pesaingnya, ia sama-sama dihukum karena berseberangan dengan kehendak kekaisaran. Ia diasingkan bersama dengan gadis cantik nan setia “Awan Pagi,” yang menginspirasi banyak syair dan produksi dalam dalam komposisi dari penyair yang dicekal pada masa yang; dan yang mematikan konsumsi, pada tepi danau favorit mereka, menyulitkan akhir dari penyair tersebut, yang terjadi tak lama usai penarikannya dari pencekalan.
Buddha dan Tao pada masa itu membuat kemajuan terhadap sikap toleransi saling menguntungkan. Mereka secara bijak sepakat untuk berbagi alih-alih bertikai atas karkas yang terbaring di kaki mereka; dan dari masa itu, mereka berkembang bersama tanpa prasangka.
Sistem pengujian kompetitif dan tingkat sastra masih sangat bersinggungan, dan pengutamaan anak terkenal, “Tiga Karakter Klasik,” yang bahkan kini menjadi batu penjuru pertama untuk pengetahuan, telah ditempatkan di tangan para murid laki-laki. Marga masyarakat dikumpulkan sampai berjumlah empat ratus tiga puluh delapan secara keseluruhan; dan walaupun ini tidaklah lengkap, kebanyakan nama tersebut diajukan, mungkin sempat dipakai secara umum, lenyap bersamaan. Orang yang didapati nama keluarganya tidak ditemukan dalam batas kumpulan kecil tersebut kini menjadi hal langka. Kepengurusan keadilan dikatakan berkembang di bawah para pejabat bersih dari dinasti tersebut. Fungsi magistrat lebih didefinisikan; sementara pembelajaran hukum pengobatan diterapkan lewat penerbitan satu volume yang, walau sebagian besar bersifat takhayul dengan sebagian kecil bersifat riset ilmiah, masih menjadi buku pelajaran yang diakui secara resmi pada seluruh subyek yang berkaitan dengan pembunuhan, bunuh diri dan kematian akibat kecelakaan. Pengobatan dan seni pengobatan timbul daribagian perhatian di tangan dinasti Sung dan sebgaian besar karya tentang terapi diturunkan kepada kami dari masa itu. Penyembuhan campak dikenal di Tiopngkok setidaknya sejak awal zaman dinasti tersebut jika tak lebih awal.
Kemunculan pasukan Mongol di bawah kepemimpinan Genghis Khan, dan dinasti jangka pendek tersebut kemudian benar-benar didirikan di bawah kepemimpinan Kublai Khan, dianggap sebagai periode transisi dari zaman Sung ke zaman Ming. Selama delapan puluh tahun pertama usai pengangkatan Genghis Khan, kekaisaran tersebut kurang lebih berada dalam keadaan pengepungan dan darurat militer dari satu ujung ke ujung lain; dan kemudian dalam kurang lebih seratus tahun setelahnya, dinasti Mongol hengkang. Kisah Ser Marco Polo dan perjalanan menakjubkannya, yang familiar di sebagian besar kalangan pembaca, memberikan kami pemahaman berharga pada masa itu soal istana yang menakjubkan, pasar yang ramai, kota yang indah dan kekayaan nasional yang besar.
Pada masa itu, kejayaan sastra Sung secara alot mulai berkembang. Ma Tuan-lin menerbitkan karyanya tentang seluruh masa ketegangan, dan kala menjemput ajal, ia meninggalkan “Penelitian Zaman Kuno” pada dunia, dalam tiga ratus empat puluh delapan buku, yang membuat namanya dikenal pada setiap murid sastra Tiongkok. Trigonometri bidang dan bola sama-sama diketahui di Tiongkok pada masa itu, dan matematika umumnya mulai meraih perhatian cendekiawan yang lebih besar. Hal tersebut juag terjadi pada zaman dinasti Mongol kala novel mula-mula dibuat, sebuah fakta yang menaknkan kemajuan sosial, jika hanya dalam pengarahan bacaan mewah. Pihak lain menekankan penyebutan penjamahan luas Islam, dan kemudian persebaran agama tersebut pada sekitaran masa itu.
Bendungan Besar dirampungkan oleh Kublai Khan, dan sehingga Cambaluc, sebutan Peking kala itu, disatukan dengan komuniaksi air dalam dengan ujung selatan Tiongkok. Karya tersebut nampaknya dimulai oleh Kaisar Yang Ti pada tujuh abad sebelumnya, namun bagian yang lebih besar dilakukan pada masa kekuasaan Kublai Khan. Kesuksesan serupa adalah ekspedisi AL besar dari kaisar yang sama melawan Jepang, yang mengerahkan sejumlah kapal dan pasukan, sifat khas dari negara musuh, hukuman yang diberlakukan, dan jumlah armada yang lenyap dalam badai, dibantu oleh pemberontakan dini Jepang sendiri, menyiratkan perbandingan mencolok dengan tujuan dan nasib Armada Spanyol.
Zaman Sung mengantarkan kami dari seratus tahun sebelum Penaklukan Norman sampai menjelang kematian Edward III. Ini adalah masa perdagangan dan ketuanan maritim Venesia; dan sorotan besar pertama dalam sastra Italia, Dante, Petrarch dan Boccaccio. Sastra Inggris, Prancis, Jerman dan Spanyol berkembang, hanya satu atau dua penulis pada masa sebelumnya, seperti Chaucer, yang muncul pada masa itu.
Pendiri dinasti Ming berkembang dari kelaparan dan rintangan sampai menduduki takhta kekaisaran Tiongkok. Pada masa mudanya, ia berusaha mengungsi dari kelaparan di sebuah biara Buddha; kemudian ia menjadi prajurit beruntung, dan meraih peringkat pemberontak yang terdorong untuk menggoyahkan musuh asing Mongol. Kemampuan besarnya sendiri dicurahkannya. Ia secara cepat meraih kepemimpinan pasukan besar, yang membuatnya sepenuhnya menghancurkan kekuatan Mongol, dan akhirnya mendirikan dinasti Tiongkok baru atas tiga belas provinsi yang terbagi dalam kekaisaran tersebut. Ia mengukuhkan ibukotanya di Nanking, tempat yang masih dipertahankan menjadi ibukota sampai pengangkatan kaisar ketiga, penakluk Cochin China dan Tonquin, yang mengalihkan kursi pemerintahan kembali ke Peking, ibukota Mongol, yang sejak itu tak pernah dipindah ulang lagi.
Selama nyaris tiga ratus tahun, dari 1370 sampai 1650, Ming mewujudkan niat-niat Tiongkok. Kekuasaan mereka bukanlah masa perdamaian yang tak terganggu, entah di dalam atau di luar kekaisaran; namun ini menjadi kekuasaan yang sepenuhnya bijak dan populer, dan masa yang meliputi peristiwa lainnya pada kegiatan sastra dan perombakan adat dan peradaban material.
Dari luar, Ming benar-benar terusik oleh pergerakan Tartar; sementara dari dalam terjadi intrik tak berkesudahan dari para kasim yang menjadi sebab ketegangan yang subur.
Hal utama dari pencapaian sastra pada masa ini adalah ensiklopedia raksasa yang terdiri dari lebih dari dua puluh dua ribu buku, hanya satu salinan yang masih ada, dan dalam keadaan kurang sempurna, yang selamat dari empat karya yang aslinya dibuat. Berisi lima puluh halaman oktaf pada satu buku, hasilnya akan menjadi setidaknya satu miliar seratus ribu halaman, indeksnya sendiri menempati tak kurang dari tiga ribu halaman. Karya menakjubkan tersebut kini diyakini musnah, jika tak dimusnahkan di luar harapan pelestarian, dalam beberapa sudut istana kekaisaran di Peking. Produksi yang lebih dapat diakses dan penting lainnya adalah karya berjudul “Herbal Tiongkok.” Karya tersebut adalah kompilasi dari tulisan-tulisan tak kurang dari delapan ratus penulis sebelumnya tentang botani, mineralogi, entomologi, dll, semuanya membentuk satu volume selain buku rujukan tak ilmiah tentang sejarah alam Tiongkok. tak lama setelah pengangkatan kaisar ketiga, Yung Lo, perpustakaan kekaisaran diperkirakan diisi karya-karya tulis dan cetak yang berjumlah sekitar sejuta secara keseluruhan. Sebuah buku memiliki isi yang beragam dalam sastra Tiongkok, baik dalam jumlah dan ukuran halaman; jumlah buku yang dikerjakan juga beraham dari satu sampai beberapa ratus. Namun dalam lima puluh halaman pada buku dan dua puluh atau dua puluh lima buku pada suatu karya, ini akan nampak bahwa koleksi tersebut bukanlah perpustakaan pribadi tak berguna bagi kaisar manapun pada tahun-tahun awal abad kelima belas.
Keruntuhan Ming terjadi akibat perpaduan peristiwa berpengaruh menonjol pada orang-orang yang mengetahui posisis Tartar saat ini sebagai penguasa Tiongkok. Pemberontakan mendadak mengakibatkan penaklukan Peking oleh pemberontak, dan kaisar bunuh diri, yang menjadikannya sosok terakhir pada garis keturunannya. Kepala panglima kekaisaran, Wu San-kuei, pada masa itu berada pada garis depan Manchuria yang dikerahkan dalam menekan pergerakan Manchu-Tartar, yang kini secara jangka panjang dalam keadaan bergejolak, secara langsung khawatir untuk kembali ke ibukota selian sepenuhnya dikalahkan oleh pemimpin pemberontak dan sekali lagi melakukan perjalanannya, kali ini sebagai buronan dan pemohon, menuju perkemahan Tartar. Disini, ia memberikan janji bantuan utamanya pada kondisi agar ia akan mencukur kepalanya dan menumbuhkan ekor sesuai dengan kebiasaan Manchu, dan lagi-lagi menghimpun rombongan barunya menuju Peking, bergerak menuju pasukan sukarelawan Mongol. Kala hal-hal dilakukan, panglima tersebut datang ke Peking dengan mengerahkan para sekutunya, dan sebetulnya digantikan dengan ssia pasukannya sendiri dalam menyusuri pasukan pemimpin pemberontak sebelum Tartar dan Mongol datang. Ia kemudian mulai menghadapi musuh. Kala kontingen Tartar datang dan memasuki ibukota, pangeran Manchu muda diperintahkan mengundang masyarakat Peking untuk menyaksikan pendudukan takhta yang lowong. Oleh karena itu, Wu San-kuei kembali timbul. Ia mendapati dinasti yang baru didirikan dan sekutU Manchunya di puncak perkara. Niat pertamanya tanpa ragu adalah untuk meneruskan garis kaisar Ming; namun ia nampaknya siap jatuh dengan rombongan yang dihimpun dan menghimpun persekutuan resminya dengan empat kondisi berikut:
Agar tak ada wanita Tiongkok yang dijadikan selir kekaisaran; agar tempat pertama di pengujian besar untuk tingkat kesusastraan tertinggi takkan diberikan pada orang Tartar; agar orang dapat mengenakan busana nasional Tartar dalam kehidupan sehari-hari mereka; namun mereka harus diperkenankan untuk mengubur jasad-jasad mereka dengan busana dinasti sebelumnya; agar kondisi busana tak harus diterapkan pada wanita Tiongkok yang enggan untuk menata rambut dengan ekor sebelum menikah seperti yang dilakukan oleh para gadis Tartar, atau meninggalkan adat pengikatan kaki mereka.
Dinasti Ming besar kini berakhir, walau sepenuhnya takdirnya tidaklah berlalu. sebagian besar dikatakan dipertahankan dalam monumen sastra. Busana pada masa ini dilestariakn pada masa Tiongkok modern; dan kala terkadang pasukan asing bergerak, seruan besar “restorasi” bukannya tak terdengar lagi. Perhimpunan rahasia seringkali didera dan dilarang oleh pemerintah, dan tak ada kelompok lain selain “Perhimpunan Triad” yang terkenal, yang mengasosiasikan langit, bumi dan manusia dalam aliansi dekat, dan pengawasan diyakini menubuhkan beberapa alusi rahasia sampai kejatuhan dinasti saat ini.
Pada paruh akhir abad keenam belas, peradaban Eropa barat mulai membuat dirinya terasa di TIongkok lewat pergerakan Portugis, dan persoalan tersebut akan dijelaskan pada bab berikutnya.
Di belahan dunia lain, peristiwa penting timbul. Di Inggris, kami mengetahui pengangkatan Richard II. sampai perjuangan antara raja dan rakyat serta pendirian mutlak persemakmuran. Kami memahami Henry IV. di Prancis dan Ferdinand dan Isabella di Spanyol. Di Inggris, Shakspeare dan Bacon; di Prancis, Rabelais dan Deskartes; di Jerman, Luther dan Copernicus; di Spanyol, Cervantes; dan di Italia, Galileo, Machiavelli dan Tasso; nama-nama tersebut harus ditambahkan dengan para penjelajah besar, Columbus dan Vasco de Gama, membuat orang-orang memikirkan ulang apa yang terjadi di barat.