Lompat ke isi

Perang Dunia Timur. Jepang, Tiongkok, dan Korea/Bab 2

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

DARI KONTAK PERTAMA DENGAN PERADABAN EROPA SAMPAI PERPECAHAN PERANG.

Bagaimana Negara-Negara Barat Membentuk Pengetahuan Tiongkok—Penyebutan pertama Dunia Timur oleh Para Sejarawan Yunani dan Romawi—pengenalan Agama Yahudi—Para Misionaris Nestorian Menyebarkan Agama Kristen—Perjalanan Menakjubkan Marco Polo—Para Misionaris Roma di Ladang Karya—Tekanan terhadap Kristen Menghambat Karya Mereka—Karya Yesuit—Dinasti Ching—Pengkaryaan Kesusastraan Dua Kaisar—Utusan Pertama Inggris untuk Tiongkok—Perang Candu—Pembukaan Pelabuhan-pelabuhan Tiongkok—Perjanjian dengan Negara-negara Barat—Pemberontakan Tai-Ping—Masa Selanjutnya pada Sejarah Tiongkok.

Karya-karya sejumlah sejarawan Yunani dan Romawi, terutama Ptolemy dan Arian, yang hidup pada abad kedua, berisi rujukan-rujukan sifat khas bangsa yang kini diyakini adalah Tiongkok. Ptolemy menuturkan bahwa informasinya datang dari para agen peniaga Makedonia, yang memberikannya catatan perjalanan tujuh bulan dari kota utama Turkestan timur, pada arah timur sedikit ke selatan. Para agen tersebut mungkin terdiri dari beberapa suku Tartar Asia Tengah. Mereka menyebut nama bangsa paling timur tersebut dengan sebutan Serica, dan bahwa pada perbatasan kerajaan tersebut, mereka bertemu dan berdagang dengan para penduduknya, Seres. Herodotus menyatakan Isadores sebagai orang di ujung timur laut Asia. Ptolemy juga menebut suku-suku tersebut sebagai bagian dari Serica dan di bawah tundukannya. Ammianus Marcellinus, seorang sejarawan Romawi pada abad keempat, menyebut wilaayh Seres dikelilingi oleh tembok tinggi dan panjang. Ini terjadi sekitar enam ratus tahun usai tembok besar Tiongkok utara dibangun. Virgil, Pliny, Ricitus dan Juvenal menyebut Seres dalam hubungannya dengan garmen Seric yang nampaknya terbuat dari sutra murni atau gauze. Potongan busana tersebut didatangkan di Roma lewat kekayaan dan kemewahan. Pada akhir abad kedua, barang tersebut dikatakan senilai bobot emasnya. Dari panjang dan npenjelasan rute para pedagang, deskripsi pegunungan dan sungai-sungai yang dialalui oleh mereka, sifat orang yang berdagang dengan mereka, dan artikel-artikel lalu lintas, buktinya nampak nyaris selaras bahwa bangsa yang disebut oleh Yunani dan Romawi dengan nama Serica kini dikenal pada kami sebagai Tiongkok. Negara-negara tertentu berkunjung lewat karavan yang membawa sutra ke Eropa, mungkin menjadi dependensi atau teritorial Tiongkok di barat, atau mungkin kota-kota dalam batas ujung barat laut Tiongkok sejati.

Pengenalan agama Yahudi ke Tiongkok dibuktikan oleh sinagoga Yahudi yang berdiri sampai saat ini di Kai-fung-foo, sebuah kota di provinsi Honan. Di dalam sinagoga tersebut, beberapa manuskrip Ibrani disimpan, dan sejumlah kecil umat yang mempertahankan beberapa bentuk agama mereka, namun pengetahuannya sangat sedikit dari sifat dan jiwa sebenarnya. Ini adalah kesepakatan besar tak tentu kala Yahudi datang ke Tiongkok, yang tanpa diragukan bahwa mereka bermukim disana selama berabad-abad.

Misionaris Nestorian masuk Tiongkok beberapa kali sebelum abad ketujuh. Catatan utama yang ditinggalkan pada kesuksesan misi mereka adalah monumen Nestorian terkenal di Fen-gan-foo. Monumen tersebut menuturkan riwayat pendek sekte tersebut dari tahun 630 sampai 781, dan juga abstrak agama Kristen. Misionaris dari sekte tersebut hanya meninggalkan sedikit catatan karya mereka atau pengamatan mereka selaku penjelajah, namun gereja-gereja yang dibangun oleh mereka nampaknya berdiri sampai saat ini. Misionaris Katolik yang masuk Tiongkok pada permulaan abad keempat belas, mendapati mereka memiliki pengaruh menonjol, tak hanya di kalangan rakyat, namun juga istana, dan mendapatkan perlawanan yang tak sedikit dari mereka dalam upaya pertama mereka untuk mengenalkan doktrin gereja mereka. Nampak benar bahwa pada masa nyaris delapan ratus tahun kala Kristen Nestorian menginjakkan kaki di Tiongkok, sejumlah besar perpindahan agama dilakukan. Namun dalam proses masa itu, gereja-gereja Nestorian sangat menjauh dari ajaran pertama mereka. Ysai kejatuhan kekaisaran Mongolia, mereka terputus dari hubungan dengan barat, dan tak memiliki ketonjolan untuk mengusik pengaruh kemajuan rangkat pada berbagai tingkat untuk menarik pemberhalaan atau menghimpun keyakinan baru yang diperkenalkan.

Penulis barat pertama, yang karyanya masih ada, yang memberikan hal apapun seperti penjelasan jelas dan khusus terkait Tiongkok adalah Ser Marco Polo. Ia datang ke Tiongkok pada tahun 1274, bergerombol dengan ayah dan pamannya, yang merupakan bangsawan Venesia. Pada waktu itu, suku-suku pengembara independen Asia tengah bersatu dalam satu pemerintahan, hal tersebut diterapkan untuk mencapai Asia timur dengan melewati belahan kekaisaran Mongol. Marco Polo singgah selama dua puluh empat tahun di Tiongkok, dan nampaknya diperlakukan baik dan santun. Setelah pulang ke Eropa, ia dijadikan tahanan dalam perang dengan Genoa. Pada masa penahanannya, ia menulis catatan perjalanannya. Ia memberikan deskripsi soal sebagian besar wilayah Tiongkok, penduduknya, dan kota-kota yang yang berkembang, penghimpunan dan peradaban rakyatnya, dan adat menarik mereka, yang dipandang orang senegaranya lebih seperti dongeng fiksi ketimbang penjelasan otentik dan wajar. Ia berujar kala menjemput ajalnya untuk menyatakan ulang pernyataan tersebut dan menghimpun pengakuan akan kepalsuan, yang ditolak untuk dilakukan olehnya. Ia tanpa diragukan menjadi salah satu penjelajah paling menonjol pada zaman manapun.

pada masa kekaisaran Mongolia yang meliputi sebagian besar Asia dari Tiongkok di timur sampai Laut Tengah di barat, keinginan mendalam merasuk dalam gereja Katolik untuk memindahkan agama bangsa kuat tersebut ke kepercayaannya. Salah satu misionaris pertama dan terkenal yang dikirim ke Tiongkok pada masa itu, adalah Yohanes dari Gunung Corvin, yang sampai ke Peking pada 1293. Setelah itu, ia diangkat menjadi uskup agung. Dari waktu ke waktu, para uskup dan imam dikirim untuk mewujudkan misi tersebut, namun mereka mendapatkan kesuksesan tak berbeda; dan kala Mongol bergerak dari Tiongkok, upaya tersebut ditinggalkan dalam kegagalan penuh. Setelah kejatuhan kekaisaran Mongolia, komunikasi darat langsung dengan Asia timur diinterupsi. Selama sekitar dua ratus tahun, Tiongkok lagi-lagi nyaris sepenuhnya terisolasi dari dunia barat.

Pemakaian jarum magnetik, dan penunjangan dalam navigasi, membuat era baru dalam perhubungan dengan dunia Timur. Perjalanan pertama dari Eropa ke Tiongkok dilakukan oleh kapal Portugis pada 1516. Dari masa itu, hubungan perdaagngan dengan Tiongkok menjadi makin sering, dan berbagai utusan dikirim ke istana Tiongkok oleh bangsa-bangsa Eropa yang berbeda. Malangnya, pertumbuhan familiaritas Tiongkok dengan bangsa-bangsa barat tak meningkatkan rasa hormat dan kepercayaan pada kami. Ini sebagian karena perbuatan sebagian besar utusan ke Peking, namun utamanya, tanpa ragu, menginginkan kejujuran keberhukuman umum sebagian besar pedagang dari barat. Dampaknya adalah Tiongkok menjadi ingin membatasi hubungan asing, dan menghimpun pengawasan ketat terhadap para pengunjung yang menegangkan mereka sememungkinkannya.

Tak lama lagi usai hubungan dijalin antara Eropa dan timur jauh lewat laut, upaya lainnya dan lebih sukses dibuat oleh gereja Katolik intik menyebarkan kepercayaannya di kekaisaran Tiongkok, ini sesuai dengan pertumbuhan pertukaran bisnis. Fransiskus Xaverius, dalam upaya untuk memasuki negara tersebut, wafat di salah satu pulau pesisir pada 1552. Menjelang abad keenam belas, Portugis timbul di wilayah tersebut, dan dari “wilayah pendudukan” mereka di Makau, pada suatu kali pemukiman Camoens, membuka hubungan dagang antara Tiongkok dan barat. Mereka membawakan candu kepada Tiongkok, selain barang lainnya, yang sebelumnya diimpor lewat darat dari India. Mereka mungkin mengajari mereka cara memakai bubuk meriam, sampai reka cipta yang tak pernah dilihat Tiongkok, untuk menghimpun keseimbangan bukti, untuk membentuk klaim independen. Pada sekitaran waktu yang sama, Roma mengkontribusikan contoh pertama bapak Yesuit menakjubkan yang namanya diserukan di kekaisaran tersebut, kenangan pemakaian ilmiah mereka dan menfaat yang diberikan oleh mereka pada Tiongkok yang lama menyelamatkan puing-puing dan pengikisan iman yang mengorbankan nyawa mereka. Sepanjang jangka panjang, hal ini tak menampakkan pernyataan liar, menganggap bahwa Yesuit, Fransiskan, dan Dominikan dapat memicu pertikaian di antara diri mereka sendiri, dan mereka lebih menyatu untuk pendorongan infalibilitas kepausan untuk memperkenankan perpaduan penghormatan leluhur dengan ritus dan upacara gereja Katolik, Tiongkok pada kala itu akan menjadi negara Katolik dan Buddha, Tao dan Konghucu akan lekang ditelan zaman.

Dari seluruh misionaris Yesuit, nama Matteo Ricci menjadi penyebutan umum pada daftar penjang tersebut. Ia mengabdikan dirinya di Kanton berlagak menjadi pendeta Buddha pada 1581. Ia menjadi sosok berpemikiran cerdik dan berpemikiran luas, disatukan dengan tenaga yang gigih, semangat dan tekun, serta sangat berhati-hati. Pada 1601, ia datang ke Peking dengan busana sastrawan. Selama bertahun-tahun, ia menjelajahi belahan Tiongkok. Ia dikaitkan dengan sosok tertinggi di wilayah tersebut. Ia memiliki pengetahuan tanpa tanding dari bahasa buku, dan meninggalkan banyak risalah berharga tentang metafisika dan teologi, yang ditulis dengan gaya khas untuk mendorong pengakuan dan bahkan dorongan Tiongkok. Salah satu teman paling dekat dan rekan karyanya adalah cendekiawan dan negarawan terkenal, Hsu Kuang-chi, penulis sejumlah karya pertanian, dan pengarang karya besar yang memperkenalkan astronomi Eropa kepada Tiongkok. Ia diangkat oleh kaisar untuk bekerjasama dengan misionaris Yesuit lain dalam mereformasi kalender nasional, yang secara bertahap mencapai ketidakakuratan yang tak diharapkan. ia sendiri menulis sejumlah kecil karya ilmiah; juga kritikan keras terhadap agama Buddha, dan akhirnya, setidaknya dalam pengaruhnya, pembelaan Yesuit, yang ditujukan pada takhta, kala pengaruh mereka di istana mulai menemui tantangan dan ketidakpercayaan. Hsu Kuang-chi menjadi pengecualian tunggal dalam sejarah Tiongkok selaku cendekiawan dan sosok berarti dan berpendirian pada pihak Kristen.

Zaman Ching adalah zaman kala kami hidup, namun tak sangat familiar dengan beberapa orang yang menganggap bahwa orang Tartar dan bukannya penguasa Tiongkok yang kini duduk di takhta Tiongkok. Selama beberapa waktu, usai pengangkatan kaisar Manchu pertama, terdapar pergesekan menonjol antar dua ras tersebut. Penundukan kekaisaran oleh Manchu disusul oleh pendudukan militer terhadap negara tersebut, yang menyelamatkan kebutuhan asli, dan masih menjadi bagian dari sistem pemerintahan sampai saat ini. Sehingga, dinasti tersebut didirikan, sebagian lewat kecelakaan sebagaimana yang nampak, seperti yang dikaitkan dalam bab akhir, masih berkuasa sepanjang seluruh masa perhubungan dengan bangsa-bangsa barat. Gelar yang diadopsi oleh kaisar pertama dari garis kerajaan tersebut adalah Shun-che. Pada masa kekuasaannya, Adam Schaal, seorang Yesuit Jerman, menghimpun kediamanannya di Peking dan menjadi utusan Rusia pertama yang mengunjungi ibukota tersebut pada 1656. Namun pada masa itu, Tiongkok tak berniat untuk mentoleransi gagasan bahwa warga asing harus memuja Putra Langit tanpa ia berkehendak untuk bersujud yang dikenal sebagai Ko-t’ow, dan Rusia tak melibatkan humor semacam itu kala meninggalkan ibukota tanpa membuka negosiasi.

Dari sembilan kaisar dari garis tersebut, dari pertama sampai saat ini, yang kedua dalam setiap hal mengisi ruang terbesar dalam sejarah Tiongkok. Kang Hi, putra Shun-che, berkuasa selama enam puluh satu tahun. Penguasanya dikenla dalam sejarah Tiongkok modern sebagai penguasa panutan, panglima terampir dan pengarang ulung. pada masa kekuasaannya, Tibet ditambahkan ke kekaisaran tersebut, dan Eleuth berhasil ditundukkan. Namun, selaku penguasa adil nan penonjol, ia sangat dikenal di kalangan rakyatnya. Ia mencetus enam belas pernyataan moral yang secara kolektif dikenal sebagai “Edik Keramat,” membentuk kitab hukum lengkap untuk panduan kehidupan sehari-hari, dan dipersembahkan dalam istilah-istilah cerdik dan menekan, agar mereka mengarahkan pemikiran masyarakat dan mempertahankan pendirian mereka sejak itu. Kang Hi menjadi pelindung sastra paling sukses di dunia yang pernah nampak. Ia menerbitkannya di bawah penaungan pribadinya sendiri terhadap empat komplikasi susulan, yang dikenal sebagai empat karya besar dinasti saat ini: Sejumlah tesaurus yang dicantumkan dalam seratus sepuluh volume tebal; ensiklopedia dalam empat ratus lima puluh buku, biasanya diikat dalam seratus enam puluh volume; sebuah edisi pelebaran dan terhimpun tentang tanaman obat dalam seratus buku; dan kumpulan lengkap tulisan filsafat penting Chu Hsi dalam enam puluh enam buku. Selain itu, kaisar merancang dan memberikan namanya pada leksikon modern besar dari bahasa Tionghoa, yang terdiri dari lebih dari empat puluh ribu karakter di bawah entri terpisah, disertai dalam setiap kasus dengan kutipan dari karya pengarang dari segala masa dan segala gaya. Ensiklopedia monumental berisi artikel-artikel tentang setiap hal yang diketahui, dan dicantumkan dari seluruh karya wajib yang berasal dari abad kedua belas SM sampai saat ini. Karena hanya seratus salinan dari edisi kekaisaran pertama yang dicetak, semuanya dipersembahkan kepada para pangeran kandung dan pejabat tingkat tinggi, karya tersebut dengan cepat menjadi barang yang sangat langkah, dan bukannya tak seperti sebelumnya salinan dalam penyimpanan museum Inggris akan menjadi satu-satunya salinan lengkap yang masih ada. Kegiatan perburuan di Mongolia mengakhiri kekuasaannya yang mengesankan sepanjang enam puluh satu tahun, dan ia diteruskan pada takhtanya oleh putranya Yung Ching.

Para pekerja misionaris pada masa kekuasaan terakhir tersebut mempu mendirikan banyak gereja dan keuskupan, serta membuat banyak ribuan orang berpindah agama. Namun pemantauan dalam pikiran para penguasa Tiongkok menganggap Kristen bersekutu dengan pemberontak, serta kontroversi antara sekte berbeda, mengantagonisasikan otoritas. Di bawah kaisar Manchu ketiga, Yung Ching, memulai penindasan keras terhadap Katolik yang terjadi nyaris sampai saat ini. Pada tahun 1723, sebuah edik memberlakukan pelarangan penyebaran lebih lanjut agama tersebut di kekaisaran tersebut. Dari masa itu, Katolik Roma mengalami penindasan kecuali pada beberapa masa toleransi. Mereka mempertahankan pendirian mereka dalam menghadpai kesulitan besar dan pengadilan. Karena traktat-traktat berikutnya di Tiongkok, sejumlah orang yang berpindah agama meningkat cepat.

Setelah masa kekuasaan dua belas tahun, Yung Ching bertemu dengan ayahnya, menyerahkan takhtanya kepada putranya Kien Lung. Kaisar keempat dari dinasti tersebut menjalani masa kekuasaan yang panjang dan gemilang. Ia menghimpun banyak kualitas besar kakeknya, namun ia kurang bijaksana dan moderasi. Para panglimanya memimpin pasukan besar ke Nepaul dan merebut Goorkhas, mencapai titik berjarak hanya sekitar enam puluh mil dari wilayah Inggris. Ia mengerahkan pasukannya ke utara, selatan, dan barat, dan mengubah Kuldja menjadi provinsi Tiongkok. Namun di Burmah, Cochin China, dan Formosa, pasukannya menghadapi penolakan. Pada masa kekuasannya, yang berlangsung lebih dari enam puluh tahun, siklus Tiongkok penuh, hubungan pemerintahnya dengan Perusahaan Hindia Timur sangat tak mulus. Para pedagang Inggris terdorong untuk mengajukan banyak keluhan dan keresahan; dan karena keperluan mendirikan pengetahuan internasional yang lebih baik, Lord Macartney dikirim oleh George III. pada misi khusus ke istana Peking. Utusan tersebut meraih sambutan baik oleh kaisar, yang menerima persembahan yang dikirimkannya dari raja Inggris, namun menghiraukan pendirian kerabatnya sendiri, dan bahkan terkait hukum internasional, ia enggan memberikan bantuan kebijakan yang lebih layak yang dituntutnya.

Seperti leluhurnya, Kien Lung merupakan pelindung sastra, walau hanya dua alih-alih lima monumen sastra besar yang bertahan untuk menandai enam puluh tahun kekuasaannya. terdapat karya bibliografi luar biasa dalam dua ratus bagian, terdiri dari katalog buku di perpustakaan kekaisaran, dengan catatan kritis dan historis berharga yang ditujukan pada setiap orang; dan topografi besar seluruh kekaisaran dalam lima ratus buku, di luar salah satu karya paling komprehensif dan lengkap dari jenis tersebut yang pernah diterbitkan. Kang Hi merupakan penyair ulung; nnamun karya-karya buatan Kien Lung sangat kalah jumlah dengan karya-karya sosok sebelumnya atau berikutnya. Selama lebih dari lima puluh tahun, kaisar tersebut menjadi penyair yang giat, menjalani waktu mengurus tugas-tugas negara untuk menempatkan tak kurang dari tiga puluh tiga ribu sembilamn ratus lima puluh karya terpisah. Namun, dalam perkiraan kontribusi yang nampak tak memungkinkan pada sastra puitis, selalu tersemat dalam pikiran bahwa stanza empat baru adalah panjang kesukaan pada sebuah puisi dan rangkaian yang umum. Bahkan melalui keseimbangan besar yang didirikan pada perang kaisar Tiongkok, yang waktunya jarang dipakainya sendiri, dan yang harinya terbagi dalam kebiasaan yang terajut, bermula dengan dewan dan hadirin yang panjang sebelum siang hari menjelang. Kami mendapati kilasan pada istana Kien Lung dari catatan utusan Lord Macartney pada 1795, yang sangat diterima oleh penguasa yang dimuliakan tersebut dalam jangka waktu pendek sebelum pengunduran dirinya, dan tiga tahun sebelum kematiannya, dan membentuk sikap yang berlawanan terhadap Lord Amherst kepada penerusnya pada 1816. Pada 1795, dalam usia delapan puluh lima tahun, Kien Lung mengundurkan diri dan putra kelima belasnya naik takhta dengan gelar Kea King.

Pada masa kekuasaan Kea King, utusan Inggris kedua dikirim ke Peking, pada 1816, untuk mewakilkan pihak pedagang Inggris kepada kaisar di Tiongkok. Utusannya, Lord Amherst, bertemu di muara Peiho dan datang ke Yuen-ming-yuen atau istana musim panas, tempat kaisar bermukim. Kala kedatangannya, ia secara resmi memperingatkan bahwa hanya pada kegiatannya melakukan Ko-t’ow yang akan diperkenankan untuk membuat “penjinakan naga.” Tindakan tersebut tak memungkinkan, dan ia kemudian meninggalkan istana tanpa tidur selaman di bawah atapnya.

Sementara itu urusan dalam negeri negara bahkan lebih mengganggu ketimbang hubungan luar negeri. Serangkaian pemberontakan terjadi di provinsi barat dan utara dan pesisir laut yang dilakukan oleh pembajak. Karena itu, hal menganggu bermain penuh dalam kematian kaisar, pada 1820, dan takhta diduduki Tao Kuang, putra keduanya. Pada masa kekuasaan Kea King, para misionaris Protestan mengadakan upaya sistematis untuk memindahkan agama orang-orang Tiongkok ke Kristen; namun toleransi agama terhadap orang-orang tersebut, yang sacara keseluruhan menjadi unsur menonjol dalam peradaban mereka sepanjang masa, dicobai oleh Katolik namun sedikit perjuangan yang dibuat. Di arah lain, beberapa misionaris Protestan awal melakukan pelayanan besar di sebagian besar belahan dunia. Mereka menjalani banyak waktu dalam mengurusi kesulitan bahasa tertulis; dan penerbitan kamus terkenal Dr. Morrison dan pengabdian Dr. Legge menjadi puncak dari pengkaryaan tersebut.

Di bawah kekuasaan Tao Kuang, baik urusan dalam dan luar negeri datang dari jelek menjadi memburuk. Perkumpulan rahasia bernama Perhimpunan Triad, yang mula-mula dibentuk pada masa kekuasaan Kang Hi, kini memegang peran menonjol, dan di sebagian besar belahan negara tersebut, terutama di Honan, Kwang-hsi, dan Formosa, pemberontakan timbul pada permulaannya. Pada saat yang sama, para mandarin terus menindas pedagang Inggris, dan kala akhir monopoli Perusahaan Hindia Timur pada 1834, pemerintah Inggris mengirim Lord Napier ke Kanton untuk menaungi perdagangan asing di pelabuhan tersebut. Setiap hal dihadapkan oleh hadangan dini dari para mandarin, kesehatan Lord Napier terpengaruhi di bawah keadaan yang berkaitan dengan penugasannya, dan ia wafat di Makau setelah beberapa bulan singgah di Tiongkok.

Perdagangan candu kini menjadi pertanyaan saat ini, dan atas tuntutan Komisioner Lin, Kapten Elliot, petinggi perdagangan, sepakat agar seluruh candu di tangan Inggris harus diserahkan pada otoritas. Pada 3 April, 1839, dua puluh ribu dua ratus delapan puluh tiga buah candu, sesuai dengan perjanjian, diserahkan kepada para mandarin, yang membakarnya menjadi abu. Tuntutan Lin tersebut, walau disepakati oleh petinggi perdagangan, dianggap tak masuk akal oleh pemerintah Inggris pada tahun berikutnya. Perang pun dideklrasikan melawan Tiongkok. Pulau Chusan dan pelabuhan Bogue di sungai Kanton tak lama jatuh ke tangan Inggris, dan pengganti Komisioner Lin didorong untuk menghimpun perdamaian dengan mencaplok Hong Kong dan bayaran ganti rugi $6.000.000. Namun, kesepakatan tersebut ditolak oleh pemerintah Peking, dan tak sampai Canton, Amoy, Ningpo, Shanghai, Chapoo dan Chin-keang Foo diambil oleh pasukan Inggris, agar kaisar akhirnya maju untuk bertindak, kini bergerak lebih jauh. Lewat perjanjian yang dibuat oleh Sir Henry Pottinger pada 1842, pencaplokan Hong Kong disertai oleh pembukaan empat pelabuhan Amoy, Foochow Foo, Ningpo, dan Shanghai untuk perdagangan asing, dan ganti rugi $6.000.000 meningkat menjadi $21.000.000.

Tanpa menekankan penekanan lain atas masalah dan ketonjolan sengketa terhadap mereka, hal ini dianggap oleh sebagian besar belahan dunia bahwa salah satu halaman terkelam dalam catatan sejarah peradaban adalah peristiwa yang menyerukan pemaksaan perdagangan candi terhadap Tiongkok oleh Britania Raya. Bangsa Tiongkok membuat upaya paling menonjol untuk meniadakan perdagangan candu dan kebiasaan pemakaiannya, yang diperkenalkan dari India, dan dengan cepat menjadi kutukan bangsa tersebut. Namun untuk motif perdagangan, pada masa peradaban Victoria, Inggris tergerak untuk melayangkan keluhan pada tuntutan para pedagangnya di Tiongkok agar perdagangan obat-obatan tersebut dilegalisasi. Persebaran cepat pemakaian candu terhadap ratusan ribu Tiongkok, dianggap sebagai salah Inggris, dalam catatan panjang yang mencatat penindasan dan kesepakatan memalukannya dengan suatu bangsa timur yang diperangi serta dikolonisasi dan dianeksasi olehnya.

Kematian mengakhir masa kekuasaan Tao Kuang pada 1850, dan putra keempatnya, Hien Feng, memegang kekuasaan atas kekaisaran yang tergoyahkan tersebut yang diserahkan kepadanya oleh ayahnya. Terdapat kepercayaan populer di kalangan bangsa Tiongkok bahwa suatu dinasti hanya berlangsung selama dua ratus tahun. Ini menjadi salah satu tradisi yang dinyatakan terhadap pemenuhan mereka sendiri, dan pada masa permulaan kekuasaan Hien Feng, udara diwarnai dengan rumor bahwa upaya dibuat untuk merestorasi dinasti Ming ke takhta. Pada kesempatan semacam itu, terjadi upaya nyata atau dini terhadap keluarga yang dimajukan. Dan kala percikan pemberontakan timbul di Kwang-hsi, seorang pengklaim takhta mendadak muncul dengan gelar Teen-tih, “kebijaksanaan surgawi,” untuk memimpin pergerakan tersebut. Namun, ia tak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk memainkan bagian yang dibutuhkan, dan perkara tersebut menjadi layu dan mati bersamaan kala kebangkitan pemimpin bernama Hung Sew-tseuen, yang memadukan seluruh pengerahan yang dibutuhkan pada seorang pemimpin manusiawi, bertenaga, antusias dan taat akan agama.

Kemudian kala ia menjadi kuat, ia maju ke utara menuju Honan dan Hoopih, dan merebut Woo-chang Foo, ibukota provinsi Hoopih, dan kota perdagangan dan berpengaruh strategis besar, yang terletak di persimpangan sungai Han dengan Chiang. Dengan mengamankan tempat tersebut, ia mengarungi sungai tersebut dan mengangkat dirinya menjadi petinggi Gan-ting dan ibukota lama kekaisaran, Nanking. Disana pada 1852, ia mendirikan takhtanya, dan memproklamasikan pembentukan dinasti Taiping. Untuk dirinya sendiri, ia mengadopsi gelar Teen-wang, atau “raja surgawi.” Pada waktu itu, semuanya menyambut baik dinasti baru tersebut. Pasukan Tai-ping bergerak ke utara menuju tembok Tien-tsin dan menyerbu kota-kota Chin-keang Foo dan Soochow Foo.

Sementara itu, otoritas kaisaran dengan kebodohan mereka mengumpulkan musuh lainnya melawan diri mereka sendiri. Penyerbuan terhadap bendera Inggris terjadi di kapal Tiongkok “Arrow,” di Kanton pada 1857, meninggalkannya terbengkalai oleh para mandarin, berujung pada proklamasi perang oleh Inggris. Kanton jatuh ke tangan Jenderal Straubenzee, dan Sir Michael Seymour pada Desember tahun yang sama, dan pada musim semi berikutnya, benteng Taku di muara Peiho direbut, Lord Elgin, yang kala itu datang selaku utusan berkuasa penuh, bergerak ke sungai tersebut menuju Tien-tsin pada perjalanannya ke ibukota. Namun, di kota tersebut, ia dipertemukan oleh para komisioner kekaisaran, dan mendorong agar ia mengadakan perjanjian dengan mereka yang direncanakan harus diratifikasi di Peking pada tahun berikutnya.

Namun, kecerdikan jahat Tiongkok masih menghantu mereka, mereka menembaki armada yang menyertai Sir Frederic Bruce, saudara Lord Elgin, yang bergerak pada 1860 menuju Peking, untuk memenuhi perjanjian tersebut. Peristiwa tersebut mendorong ekspedisi militer lainnya, dan bersama dengan pemerintah Prancis, kabinet Inggris mengirim pasukan di bawah komando Sir Hope Grant, dengan perintah untuk berkirab ke Peking. Pada musim panas 1861, pasukan sekutu mendarat di Peh-tang, sebuah desa yang berjarak dua belas mil dari utara pelabuhan Taku, dan melakukan pendaratan di tempat mereka dihadang namun dengan kerugian yang tak seberapa. Kesuksesan tersebut sangat tak diharapkan oleh Tiongkok, yang meninggalkan Tien-tsin dalam keadaan tak dilindungi. Mereka dengan cepat menarik diri ke kawasan sekitar ibukota. Sekutu terdorong untuk menghadap mereka, dan membalas undangan yang dikirimkan dari para komisioner kekaisaran di Tung-chow, sebuah kota yang berjarak dua belas mil dari Peking, Sir Harry Parkes dan Mr. Loch, disertai oleh sebuah rombongan dan beberapa orang teman, datang menggerakkan pasukan untuk mengadakan konvensi dini. Meskipun demikian, mereka dijadikan tahanan dan dibawa ke Peking.

Tindakan tersebut mengundang pertikaian yang sepenuhnya dilancarkan Tiongkok, dan para sekutu berkirab menuju Peking. Setelah pengerahan lazim, Tiongkok memutuskan untuk tawaran menyerah di gerbang An-ting dari kota tersebut. Dari titik penting ini, Lord Elgin membuka negosiasi, dan menjamin pembebasan Sir Harry Parkes dan tahanan lain yang mengalami penyiksaan yang dialami oleh mereka, dan membakar istana musim panas kaisar sebagai hukuman atas tindak penangkapan mereka dan kekejaman yang ditujukan terhadap mereka, ia mengadakan perjanjian dengan Pangeran Kung, perwakilan kaisar. Lewat instrumen tersebut, Tiongkok sepakat untuk membayar ganti rugi perang $8.000.000 dan membuka enam pelabuhan lain di Tiongkok, satu di Formosa, dan satu di pulau Hainan untuk perdagangan asing, dan memperkenankan para perwakilan pemerintah asing untuk bermukim di Peking.

Meniadakan diri mereka sendiri dari keberadaan musuh asing, otoritas dapat mencurahkan perhatian mereka terhadap peredaman pemberontakan Tai-ping. Untungnya untuk mereka, ketidakbersahabatan nampak kala mereka menghadapi kehadiran legasi Inggris di Peking memberikan mereka simpati terhadap Sir Frederic Bruce, utusan Inggris, dan membujuknya untuk menyimak permintaan mereka untuk penugasan perwira Inggris dalam kampanye mereka melawan pemberontak. Atas permintaan Bruce, Jenderal Staveley memilih Major Gordon, yang umum dikenal sebagai Gordon dari Tiongkok, yang terbunuh beberapa tahun silam di Khartoom, kala penugasannya. Seorang sosok baik atau sosk yang lebih selaras untuk penugasan tersebut ditemukan. Sejumlah orang yang dikenal sebagai “tentara kemenangan,” yang sebagian diisi oleh orang asing, selama beberapa waktu dikomandani oleh orang Amerika bernama Ward dan setelah kematiannya, pasukan tersebut dikomandani oleh Burgevine, orang Amerika lainnya. Pada pasukan tersebut, Gordon ditempatna, dan pada puncaknya, ia berkirab berdampingan dengan para panglima Tiongkok melawan pasukan Tai-ping. Dengan strategi ulangnya, ia menghimpun serangkaian tindakan cepat dan teratur melawan pasukan pemberontak. Kota demi kota jatuh ke tangannya, dan kala para pemimpin di Soochow membuka gerbang-gerbang kota tersebut kepadanya pada kondisi yang mempertaruhkan nyawa mereka. Dengan tindakan kejam, kala pasukan menghadirkan diri mereka sendiri ke hadapan Li Hung Chang untuk menawarkan pengajuan mereka kepada kaisar, mereka ditangakp dan dipenggal. Kala mengetahui bagaimana perkataannya diwujudnyatakan oleh jenderal Tiongkok, Gordon mempersenjatai diri, mula-mula pada kampanye tersebut dengan senapan, dan merangseki merkas-markas besar Tiongkok dengan tujuan untuk membalas pembunuhan tersebut dengan tangannya sendiri terhadap para pemimpin Tai-ping. Namun, Li Hung Chang meraih catatan kemurkaan yang membuatnya melarikan diri, dan Gordon, yang bersikukuh terhadap niatnya, menyatakan komandonya yang dirasa tak memungkinkan untuk meneruskan pengerahan dengan kolega yang berpemikiran oriental.

Nmun, usai negosiasi, ia terdorong untuk mengembalikan komandonya dan kemudian diteruskan sepenuhnya dalam kekuatan pemberontak yang pada Juli 1864, Nanking, kekuatan terakhir mereka, jatuh ke tangan imperialis. Teen-wang kemudian meninggal, dan jasadnya ditemukan di tembok dilapisi warna kuning kekaisaran. Hal tersebut meredam pemberontakan yang melumpuhkan kekuatan kekaisaran di provinsi-provinsi tengah kekaisaran dan selama dua belas tahun sangat mengancam keberadaan dinasti yang berkuasa.

Sementara itu pada musim panas usai penyelenggaraan perjanjian Peking, 1861, kaisar Hien Feng, menghembuskan napas terakhir di Jehol, sebuah peristiwa yang dalam kepercayaan populer dikatakan lewat kemunculan komet pada paruh awal musim panas. Ia digantikan pada takhtanya dengan putra tunggalnya dan didampingi salah satu gundik kekaisaran. Ia mengadopsi nama Tung Chih. Pada catatan masa mudanya, pemerintahannya ditempatkan di tangan dua janda permaisuri, istri kaisar terakhir dan ibu dari kaisar yang baru. Para wali raja tersebut dibantu oleh para penasehat dari paman kaisar cilik tersebut, Pangeran Kung.

Di bawah pengarahan wali raja tersebut, walau urusan dalam negeri yang diurus kekaisaran, hubungan luar negeri terganggu oleh peningkatan pertikaian terhadap misionaris Kristen dan umat mereka, yang berpuncak pada 1870 dalam pembantaian Tien-tsin. Di beberapa provinsi tengah, laporan beredar bahwa misionaris Katolik Roma menculik dan membunuh anak-anak, dalam rangka memakai bola mata mereka untuk pengobatan. Dengan menyebarnya rumor tersebut, hal tersebut menghasut sejumlah orang, dan sejumlah kerusuhan menyerang misionaris dan umat mereka di Kwang-hsi dan Sze-chwan. Namun, melalui campur tangan aktif utusan Prancis di tempat, kerusuhan tersebut baru dapat ditekan di Tien-tsin. Ini juga menjadi rumor rancu yang sama yang mengambang, dan secara khusus ditujukan melawan beberapa suster karitas yang membuka panti asuhan di kota tersebut.

Selama beberapa hari sebelum pembantaian pada 21 Juni, laporan yang menyebar mencapai pemukim asing yang mengalami dampak kerusuhan, dan sebanayk tiga kali, konsul Inggris menulis kepada Chung How, petinggi tiga pelabuhan utara, berseru kepadanya untuk mengambil tingakan untuk mengadakan pertemuan masyarakat yang telah secara makin berbahaya tersulut oleh proklamasi menonjol yang dikeluarkan oleh para prefek. Untuk komunitasi tersebut, konsul tak meraih jawaban apapun. Pada pagi tanggal 21, sebuah tanggal yang nampaknya disepakati untuk pembantaian, serangan tersebut dilakukan. Gerombolan pertama pecah di konsulat Prancis dan kala konsul, M. Fontanier, dengan Chung How terdorong untuk membujuknya campur tangan, dua warga Prancis beserta para istri mereka, serta Padri Chevrien dibunuh. Kala kembali, konsul tersebut mengalami nasib yang sama. Kala meneruskan tindakan berdarah mereka, para perusuh kemudian menyulut kebakaran pada katedral Prancis, dan setelah itu bergerak ke panti asuhan para biarawati. Disamping permohonan belas kasihan terhadap wanita yang tanpa pertahanan, jika bukan diri mereka sendiri setidaknya demi para yatim piatu di bawah pengasuhan mereka, gerombolan merangseki rumah sakit, membunuh dan memutilasi banyak suster, menahan tiga puluh sampai empat puluh anak di gudang, dan membawa sejumlah besar orang lansia ke tahanan di kota tersebut, di tempat mereka mengalami penyiksaan yang memberikan bukti mengerikan kala pembebasan mereka yang berdampak panjang. Selain para korban tersebut, seorang priyayi Rusia dengan tunangannya, dan seorang teman, yang malangnya menghadapi para perusuhpada perjalanan mereka menuju katedral, juga dibunuh. Tak ada warga asing lain yang cedera, sebuah peristiwa yang menyatakan fakta bahwa kekhawatiran gerombolan utamanya ditujukan melawan Katolik Roma Prancis, dan juga pemukiman asing tempat semua orang yang melakukan karya misionaris bermukim, yang berjarak dua mil dari kota.

Kala kejahatan terjadi, otoritas Tiongkok memajukan diri mereka sendiri untuk membuat ganti rugi, dan Chung How kemudian dikirim ke Paris untuk menyatakan permintaan maaf kabinet Peking kepada pemerintah Prancis. Hal ini diterima; dan kemudian memutuskan agar prefek dan magistrat distrik Tien-tsin harus dicabut dari jabatan mereka dan dilucuti, dan bahwa dua puluh pembunuh aktif harus dieksekusi. Dengan penindakan retributif tersebut, pemerintah kaisar menjalin perdamaian dengan kekuatan-kekuatan Eropa, dan hubungan luar negeri kembali menghimpun persahabatan lama mereka.

Tiongkok kini beralih ke upaya mereka untuk meredam pemberontak Panthay. Ini adalah pemberontakan Muslim besar yang bermula sejak 1856 dan memiliki tujuan memisahkan provinsi Yun-nan menjadi negara merdeka. kunjungan putra angkat pemimpin pemberontak, sultan Suleiman, ke Inggris, untuk tujuan mengupayakan mendapatkan simpati pemerintah Inggris untuk kepentingan Panthay, tanpa ragu menambhakan tindakan para mandarin, yang setelah kampanye pendek namun menonjol, ditandai dengan peristiwa berdarah dan merusak, menekan pemberontakan dan mengembalikan provinsi tersebut menjadi wilayah kekaisaran.

Perdamaain kemudian nyaris tercapai, dan kala para permaisuri menyerahkan kekuasaan kepada kaisar, kala pernikahannya pada 1872, ia berkuasa atas seluruh delapan belas provinsi. Pengangkatan kekuatan resminya diproklamasikan lewat pernikahan yang dianggap oleh para utusan asing sebagai kesempatan baik untuk memenuhi pasal dalam perjanjian-perjanjian yang memberikan penyambutan mereka oleh kaisar, dan setelah banyak negosiasi, kaisar akhirnya memutuskan untuk menerima mereka pada 29 Juni 1873.

Sehingga pada awal pagi hari tersebut, para utusan berkumpul dan mengadakan kegiatan mereka di taman sisi barat istana, tempat mereka dipertemukan oleh beberapa abdi negara, yang menuntun mereka menuju “Kuil Doa untuk Cuaca Musiman.” Disana, mereka menunggu selama beberapa waktu sesambil meminum teh dan menyantap manisan dari dapur kekaisaran, atas perintah kaisar, untuk melayani mereka. Mereka kemudian menghimpun tenda oblong yang terbuat dari rajutan di sisi barat paviliun Tsze-kwang, tempat mereka bertemu dengan Pangeran Kung dan abdi lainnya. Kemudian kaisar menghampiri pavilian, utusan Jepang mengenalkan dirinya dan kala ia pergo, utusan asing lainnya memasuki ruang tamu di bagian dalam bangunan. Kaisar duduk menghadap arah selatan. Di setiap sisi, ia berdiri, dengan Pangeran Kung, beberapa pangeran dan pejabat tinggi. Kala utusan asing menghampiri bagian tengah, mereka dituntun dan diarahkan ke suatu arah dan semuanya berjalan bersamaan; mereka kemudian dibariskan dan diarahkan untuk kedua kalinya; dan kala mereka nyaris mencapai meja kuning tempat mereka diarahkan untuk ketiga kalinya. Setelah itu, mereka masih berdiri. M. Vlangaly, utusan Rusia, kemudian menyatakan pernyataan selamat dalam bahasa Prancis, yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah ke dalam bahasa Tionghoa, dan para utusan membuat pernyataan lainnya secara hormat pada surat mereka pada meja kuning. Kaisar memohon untuk membuat pernyataan terhadap mereka, dan Pangeran Kung maju ke kiri takhta dan berlutut, memberikan penghormatan yang mempertahuan soal Manchu bahwa yang mulia mengakui penerimaan surat-surat yang dihadirkan. Pangeran Kung, dengan tangannya diangkat sesuai arahan yang dinyatakan oleh Konghucu kala menghadiri penguasanya, dan perilaku semacam ini diterima dan memberikan pesan yang berdampak agar yang mulia berharap agar seluruh persoalan asing akan diluruskan. Para utusan kemudian pergi, diarahkan berulang kali, sampai mereka sampai ke halaman utama.

Kemudian berakhirlah peristiwa pertama pada abad terkini kala bangsa Eropa diterima bertamu dalam kekaisaran. Kala di bawah keadaan yang lebih menguntungkan, acara tersebut sulit dikatakan dapa diulang, namun pada tahun berikutnya, kaisar muda tersebut terserang campak, atau “menikmati kebahagiaan bunga-bunga sorgawi,” dan akhirnya wafat akibat penyakit tersebut pada 12 Januari 1875. Dengan upacara besar, acara pemakaman mempertontonkan jasad Tung Chih, dan peti matinya akhirnya dibaringkan di mausoleum kekaisaran di antara perbukitan timur di samping makam para pendahulunya. Nasibnya tak lama disusul oleh kematian ibu suri yang sebelumnya telah mengangkatnya ke takhta.

Untuk pertama kalinya dalam tawarikh dinasti Ching, takhta kini ditinggalkan tanpa pewaris langsung. Karena ini merupakan jabatan putra dan pewaris untuk secara giat melakukan penghormatan leluhur, hal ini dibutuhkan agar jika tak ada putra, pewaris harus, jika memungkinkan, berasal dari generasi berikutnya dari almarhum. Pada contoh saat ini, hal ini tak memungkinkan, dan sehingga menjadi kebutuhan yang harus jatuh pada salah satu sepupu kaisar. Tsai-teen, putra Pangeran Chun, seorang anak yang belum sampai usia empat tahun, dipilih untuk mengisi takhta kosong, dan gelar yang diberikan kepadanya adalah Kuang Su atau “pewarisan kejayaan.”

Ketika proklamasi menyatakan penerimaan gelar kekaisaran oleh Kuang Su, kala kabar mencapai utusan Inggris di Peking soal pembunuhan di Manwyne, provinsi Yun-nan, terhadap Mr. Margary, seorang pejabat dalam penugasan konsuler yang ditugaskan untuk menemui ekspedisi yang dikirim oleh pemerintah India, di bawah komando Kolonel Horace Browne, untuk mendapatkan rute dari Birmah ke provinsi barat daya Tiongkok. Sesuai dengan praktek konvensial, pemerintahan Tiongkok, kala diserukan untuk mencatat peristiwa tersebut, berniat untuk melayangkannya pada dakwaan brigand. Namun bukti yang didapatkan Sir Thomas Wade menyatakan soal kekuatan besar yang banyak dihimpun oleh para mandarin Peking, dan kemudian mereka menandatangani konvensi yang mereka secara terapan memahami pendakwaan berdarah mereka, dengan kesepakatan beberapa hak komersial segar yang diberikan, dan ganti rugi yang dibayarkan.

Pada waktu yang sama, seorang bangsawan Tiongkok dikirim ke Inggris untuk membuat permintaan maaf, dan mendirikan kedubes di tempat permanen di istana St. James. Sejak masa itu, kekaisaran Tiongkok berdamai dengan seluruh kekuasaan asing sampai pergolakan pada bulan-bulan terkini. Terjadi beberapa pelarian diri dari perang dengan negara-negara Eropa yang menduduki perbatasan Tiongkok selatan, namun dampak seriusnya tak terjadi. Para utusan ditempatkan di Tiongkok oleh negara-negara barat, dan oleh Tiongkok di ibukota-ibukota barat.

Di bawah kekuasaan kanak-kanak Kuang Su, yang naik takhta pada 1875, kami mendapati perampungan penaklukan ulang Tiongkok di Asia Tengah dan restorasi Kuldja oleh Rusia. Selama bertahun-tahun, kubu progresif dalam dewan-dewan negara, di bawah kepemimpinan Li Hung Chang, Viceroy Chihli, secara bertahap tampil, menyatakan bahwa istana Peking berada dalam urusan negara-negara barat. Bahkan kubu konservatif lama, yang meraih keberhasilan dan panglima lansia Tso Tsung-tang menjadi perwakilannya, merombak nadanya dalam dua puluh tahun terakhir.

Adalah besar bahwa jalur eksprerimental pendek dari jaruh kereta api yang dibangun di antara Shanghai dan Wusung ditentang, dan akhirnya ditangguhkan oleh pemerintah Tiongkok. Namun, alasan untuk mengambil langkah tersebut tidak terlalu berarti bagi para promotor skema tersebut, dan terlepas dari penolakan negara merdeka yang memaksa inovasi tak disiapkan bersamaan. Sejak masa itu, sejumlah jaringan telegraf dibangun, bermula dengan jaringan telegraf pertama antara Peking dan Shanghai, yang membentuk jaringan penghubung akhir antara ibukota kekaisaran Tiongkok dan dunia peradaban barat. Kebebasan bermukim sangat diperluas untuk warga asing yang tinggal di Tiongkok. Perjalanan menjadi lebih aman, dan kebencian besar terhadap warga asing tidak lagi nampak. Hal tersebut perlahan berdampak, sehingga pengaruh asosiasi yang lebih dekat dengan peradaban barat membuat penekanannya pada negara Tiongkok, dan konservatisme ekstrim dalam banyak penjelasan terrajut dalam kompilasi. Kisah-kisah perang yang menyusul akan menandakan banyak karakteristik pada masa berikutnya dalam sejarah kekaisaran tersebut.