Lompat ke isi

Perjalan Mencari Jawaban

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Data Diri Penulis[sunting]

Halimatus Oktaviary, lahir di Blitar dan sekarang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Surabaya. Menyukai menulis karena sebagai sarana berkarya

Premis[sunting]

seorang siswi SD kesal kepada ayah dan ibunya karena memindahkannya sekolah, ia bertekad menghabiskan waktu di sekolah agar tidak bertemu ayah ibu, namun seorang guru memberikan tugas yang akhirnya membuatnya sadar akan kesalahannya.

Lakon[sunting]

  1. Kinara
  1. Ayah dan Ibu
  2. Guru Niar

Lokasi[sunting]

Sekolah Dasar di Blitar, Jawa Timur

Cerita Pendek[sunting]

Awal yang baru[sunting]

Memulai sesuatu yang baru adalah hal yang paling berat, itulah yang dirasakan Kinara hari ini, ia harus berkenalan kembali di sekolah baru dan teman teman baru, sungguh menyebalkan, begitu pikirnya. setelah dipersilahkan ibu Guru Niar, Kinara mulai memperkenalkan diri.

“ Halo, saya Kinara dari Surabaya.”, hening, Kinara masih menunduk hingga satu teman menyahuti diikuti teman lain.

“ Halo Kinara.”, di hadapanya, senyum ramah ditemuinya, semuanya terlihat menyambutnya.

Kinara duduk di bangku tengah bersama Wati, Wati mengajaknya berkenalan tadi. Pelajaran pertama di mulai. Papan tulis yang bersih perlahan penuh oleh coretan garis berbentuk tabel dengan dua baris  menyamping dan beberapa kolom. Di atas tabel itu tertulis Hak dan Kewajiban.

“ Anak- anak, sebelum ibu menjelaskan, adakah yang mengetahui mengenai pengertian hak dan kewajiban?”. Seisi kelas hening.

“ hak adalah sesuatu yang diberikan kepada kita sebagai manusia, contohnya kalian, duduk disini, mendapat ilmu itu adalah hak, yaitu hak untuk…?” Bu Niar menghentikan kalimatnya.

“ Hak untuk belajar.” Kinara menjawab dengan lirih.

Bu Niar tersenyum, bagus Kinara, hak untuk belajar, tepuk tangan untuk Kinara!” ajakan Bu Niar disambut meriah oleh seisi kelas.

riuh namun senang hati Kinara mendapatkan tepuk tangan itu, senyum Kinara muncul, setelah beberapa waktu ia marah karena harus pindah dari sekolah lamanya, ia marah pada ayah dan ibu. Kinara bertekad akan lebih mementingkan sekolah daripada ayah dan ibu yang membuatnya sedih.

“ Selanjutnya adalah kewajiban, kewajiban adalah sesuatu yang harus kita lakukan sebagai manusia sebelum kita mendapat hak, jadi, kita melaksanakan kewajiban dahulu sebelum menerima hak, bisa berikan contoh kewajiban sebagai pelajar?”, Tanya Ibu Niar, “ kita berkewajiban bersungguh-sungguh ketika sekolah.” jawab budi, “ seperti mengerjakan PR tanya menyontek bu.” sahut Wati. Jawaban keduanya mendapat tepuk tangan dari seisi kelas. “ Baik, karena sudah memahami arti hak dan kewajiban, sebagai tugas kalian harus mengisi hak dan kewajiban seperti tabel di papan tulis, kumpulkan di setelah ulang tahun sekolah  ya!” ujar bu Niar sambil berkemas, anak anak mengucap salam sambil membungkukkan badan   “ terimakasih buuuu.” serentak salam dibalas anggukan bu Niar.

Mencari jawaban[sunting]

Sebelum meninggalkan kelas, Bu Niar memanggil Kinara, rupanya Kinara diharapkan mengikuti berbagai latihan budaya untuk memperingati Hari Ulang Tahun SDN Blitar,  Kinara teringat tugas Hak dan Kewajiban, melestarikan kesenian merupakan kewajiban juga, pikirnya.

Jadi, disinilah Kinara berada, aula terbuka yang ramai dengan siswa, beberapa dari mereka Kinara kenali di kelas tadi, terlihat mereka sedang berlatih dengan serius, siswa putra terlihat berkelompok memainkan gendang, sementara bagian lain memegang kuda dari bambu berumbai.

Mereka sedang latihan Rampak Gendang, yang berkuda gedhek ( anyaman bambu) itu Jaranan, jaran artinya kuda dalam bahasa Jawa. Kinara mengangguk tanda mengerti, kini pandangannya beralih pada sekelompok siswi yang duduk sambil bernyanyi, salah satu liriknya adalah  cublak cublak suweng, di bagian lain nampak latihan tari sedang berlangsung, salah satu gerakan yang mendominasi tari ini adalah mengatupkan kedua tangan di depan dada seperti hendak bersalaman, Kinara tahu mereka menari Tari Tor Tor, Sementara tarian yang menarik perhatian Kinara adalah tari Gantar, saat pindah ke Kalimantan, beberapa kali ia melihat tarian ini.

Setelah memutuskan untuk bergabung dalam penari Gantar, Kinara berlatih dengan sungguh-sungguh, ia mempraktikkan Hak dan Kewajibanya di sini, ia berhak memilih Tari yang akan dipelajari maka ia berkewajiban berlatih dengan baik. Latihan pentas seni diadakan pada jam istirahat dan pulang sekolah. Sengaja ia berlama-lama di sekolah karena masih marah dengan ayah ibu, jarak rumah yang dekat dengan sekolah memudahkan Kinara untuk berjalan kaki untuk berangkat dan pulang sekolah, Hari ini setelah cukup berlatih, ia pulang, di dekat rumah selalu ramai, ibu- ibu yang berkerumun sambil berbincang ketika melewatinya Kinara menunduk sambil berkata nuwun sewu, artinya permisi, biasanya setelah mengucapkan nuwun sewu, balasan yang didapat adalah monggo atau nggih nduk yang berarti iya, nduk( sebutan untuk anak perempuan). Kinara sadar bahwa bersikap sopan kepada orang yang lebih tua adalah kewajibannya, maka ia menulis contoh kebiasaan itu dalam angket.

Sesampainya di rumah, Ibu menyambut Kinara dengan hangat, bertanya bagaimana sekolah hari ini.

Namun jawaban Kinara hanya singkat, “ baik-baik saja.”

ibu kemudian menyuruh Kinara makan, “ Ibu sudah masak perkedel dan sambal goreng kesukaan kamu nak, yuk makan” Ucap ibu lembut.

“ nanti saja bu, aku capek” jawabnya sambil menutup pintu kamar.

Rupanya rasa kesal Kinara belum sembuh, setelah mengabaikan ibu beberapa hari ini, ia juga berhenti membantu ibu menyapu, ia sengaja bangun siang agar tidak membantu ibu.

Tidak terasa, 1 bulan sudah latihan seni berlangsung, hari ini adalah hari terakhir berlatih, bersamaan dengan itu Kinara telah mengisi angket berisi Hak dan Kewajiban, besuk adalah hari terakhir pengumpulan angket ini, namun ia belum juga selesai mengisi, tinggal 1 hak dan kewajiban yang belum terisi, Hari ini sebelum gladi bersih, Kinara menuju ruang guru untuk bertanya kepada Ibu Niar. Kebetulan ruang guru sedang sepi hari itu, Bu Niar duduk kursi hijau dengan tumpukan buku siswa yang sedang beliau koreksi, setelah buku terakhir selesai, Kinara masuk dan bertanya kepada Bu Niar.

“ permisi bu, saya ingin bertanya tentang tugas ini, kurang 1 yang membuat saya bingung.”, Bu Niar membaca tugas miliknya.

“ Kinara ini sudah bagus, kewajiban dan hak  terhadap teman, tetangga, diri sendiri sebagai pelajar sudah, bahkan kamu menambahkan kewajiban dan hak sebagai rakyat Indonesia dan generasi muda, bagus sekali” puji bu Niar,

“ Kamu mungkin dapat menambahkan hak dan kewajiban kamu di lingkup keluarga, itu yang terpenting, memulai dari yang kecil yaitu kewajiban sebagai anak, kakak atau adik, tergantung kedudukan kamu di keluarga” jelas Bu Niar sambil menyerahkan angket kepada Kinara. Kinara baru ingat tentang itu semua.

Gladi bersih berlangsung dengan lancar, pelatih memberikan kostum untuk dipakai saat gladi bersih berlangsung, Setelah semuanya selesai, Kinara segera pulang, sesampainya di rumah, garasi mobil yang kosong terisi, Itu mobil ayahnya, bergegas ia masuk dan melihat ayah dan ibu sedang berbincang, keduanya menoleh setelah salam terucap dari Kinara, senyum ibu tetap sama, menyambutnya dengan hangat, Tidak seperti biasanya, Kinara langsung duduk di antara ayah dan ibu, ayah menyodorkan bingkisan kue kukus kesukaannya, Kinara menatap ayah dan ibu bergantian.

“ ayah, ibu Kina minta maaf ya sudah cuek dan marah sampai tidak mau membantu ibu, maaf karena Kinara tidak melaksanakan kewajiban sebagai anak yang baik, padahal ibu selalu menyambut dengan senyum saat aku pulang, memasak makanan kesukaanku dan tidak marah waktu aku tidak membantu, Kinara salah, karena telah menerima hak untuk itu semua tapi tidak melaksanakan kewajiban untuk ayah dan ibu.”

Isak Kirana, ayah mengelus punggungnya dengan lembut.

“ tidak apa- apa nak, seperti Kinara, ibu juga berkewajiban untuk menjadi ibu yang baik kan.”

suasana haru meliputi keluarga itu, ayah dan ibu memeluk Kinara dengan tulus tanda sudah memaafkan kesalahan anaknya.

“ Besuk Kinara tampil menari, ayah dan ibu bisa datang?” tanyanya, jawaban yang diharapkan Kinara terwujud, ayah dan ibu setuju untuk menghadiri pentas seninya.

Akhir perjalanan[sunting]

Keesokan harinya, sekolah nampak ramai, setiap siswa telah selesai memakai kostum, penari gantar berkostum rok hitam selutut dengan rompi hitam berhias ornamen khas Kalimantan, riasan wajah yang dipenuhi titik dan garis serta hiasan kepala  mirip bulu burung  tiruan. Acara dimulai dengan pertunjukan jaranan, siswa laki laki dengan lincah memainkan kuda bambu dengan musik melengking yang khas, disusul dengan pertujukan rampak gendang, penari Tor- Tor bersiap memasuki panggung, musik mengalun dengan lembut, para penari memakai celana panjang hitam dengan kain batik sebagai rok yang disimpul di atas pinggang, atasan menggunakan selendang berbentuk huruf “V” berwarna kuning dan oranye, gerakan tari mereka lebih bagus dibanding saat latihan, penonton memberikan tepuk tangan meriah dan mengakhiri pertujukan tari Tor- Tor, “ Mari kita sambut pertunjukan Tari Gantar, tepuk tangan semuanya” suara pembawa acara menggema ke seluruh halaman sekolah, Kinara dan teman-temannya naik, masing masing memegang tongkat panjang dengan rumbai dan tangan satunya memegang tongkat yang lebih pendek, kostum mereka bernuansa hitam dengan hiasan garis melengkung berwarna merah, putih, biru muda dan oranye. Saat musik mulai mengalun, hentakan kaki dan tongkat membawa mereka membentuk formasi sejajar, berputar dan saling berhadapan. Tepuk tangan menyambut tarian yang selesai. Di bangku depan ayah dan ibu tersenyum bangga. Hati Kinara sangat bahagia, menarikan salah satu tarian Indonesia bersama teman-teman merupakan kebanggaan tersendiri sebagai generasi muda. Ia mencintai Indonesia dengan cara melestarikan tarian itu.

Setelah berfoto dengan teman, ayah dan ibu, Kinara menghampiri bu Niar, menyerahkan tugasnya dengan bangga.

“ terimakasih bu, berkat tugas ini saya belajar bagaimana menjalankan kewajiban dan hak dengan baik”.

Bu Niar tersenyum. Kinara telah membuktikan bahwa sebagai anak, pelajar dan warga negara kewajibannya sudah terlaksana, hak yang akan diperoleh Kinara akan menjadi hadiah atas kewajibannya yang terpenuhi.