Lompat ke isi

Perjalanan Menjelajahi Dunia Baru

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Perjalanan Menjelajahi Dunia Baru


Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang anak bersama sang ibu. Keduanya hidup di sekitar kebun bunga dan buah. Setiap pagi hari sang ibu mengajak anaknya berkeliling kebun. Mereka menyirami tanaman, mencabuti rumput, dan memanen buah yang sudah matang

Kehidupan mereka begitu tenang. Setelah lelah dari kebun, mereka akan bersantai di samping danau sambil menikmati secangkir teh dan warna-warni indah dari bunga-bunga. Sang anak begitu menyukai bunga. Sejak kecil, sang ibu selalu memetikan untuknya beberapa bunga.

Nama anak itu adalah Nadya. Dia anak yang cantik, manis, dan sangat periang. Dia senang sekali bermain kejar-kejaran bersama dua temannya. Kedua temannya selalu datang ke rumah setiap kali pulang sekolah.

Jika ada tugas, mereka akan mengerjakannya bersama-sama. Kadang, ketika cuacanya mendung, mereka akan mengerjakan tugas di rumah pohon.

Suatu hari, Nadya melihat seekor kupu-kupu yang terbang di dekat jendela rumah pohonnya. Kupu-kupu itu begitu cantik. Sayap-sayapnya indah dan warna-warni. Saat dia mengepakkan sayap, dia terlihat seperti bunga-bunga.

Nadya langsung jatuh hati. Dia segera turun dari rumah pohon begitu selesai mengerjakan tugas sekolah.

"Aku mau pulang duluan, ya!" kata Nadya, begitu bersemangat. Kedua temannya melihat dengan aneh, tetapi mereka juga ikut pulang ke rumah masing-masing karena sudah sore hati.

Sesampainya di rumah, Nadya disambut ibunya dengan sebuah pelukan dan ciuman.

"Mamah, Mamah!" teriak Nadya sambil melompat-lompat. "Tadi Nadya lihat kupu-kupu bagus banget! Nadya suka."

Sang mamah tersenyum. Dia menepuk-nepuk pucuk kepala Nadya. "Kamu mau lihat kupu-kupu lagi? Masih banyak kupu-kupu yang lebih cantik di luaran sana, lho!"

"Oh, ya?!" Nadya penasaran. Matanya membelalak senang.

"Iya, tapi tempat tinggal para kupu-kupu itu jauh. Ada yang di luar kota sama luar negeri."

Wajah Nadya mendadak murung. Sang mamah kemudian menuntun Nadya masuk rumah.

"Jadi, Nadya ngga bisa liat mereka, ya, Mah?"

"Bisa, dong!"

"Mm ... gimana caranya?"

"Dengan membuka jendela dunia!"

Nadya bingung. Dia tidak mengerti dengan maksud mamahnya. "Jendela dunia? Apa itu?"

Mamahnya tidak menjawab dan terus menuntun Nadya ke sebuah ruangan. Dalam ruangan tersebut, tampak beberapa rak buku berjejer begitu rapi. Ada banyak rak di sana.

Sang mamah kemudian mencari-cari sebuah buku. Tak lama setelahnya, dia mengambil satu buku. Sampul buku itu bergambar kupu-kupu cantik.

"Lihat. Kupu-kupunya cantik, kan?"

Nadya kembali melonjak-lonjak kegirangan. "Iya, Mah, cantik banget. Nadya suka," kata Nadya.

Sang mamah kemudian membuka lembar demi lembar buku tersebut. Di dalamnya ada begitu banyak kupu-kupu indah dari berbagai negara. Semuanya cantik-cantik.

"Buku adalah jendela dunia. Kamu bisa melihat dunia hanya dari membaca buku."

Nasya mengangguk-angguk senang. Dia tak henti-hentinya membaca buku itu. Selesai makan, dia akan kembali ke ruangan tersebut untuk melanjutkan membaca.

Keesokan harinya, Nadya mengajak Aldo dan Nana ke ruangan penuh buku tadi. Namun, buku yang kemarin dia baca sudah tidak ada.

Nadya terus mencarinya hingga ke sebuah lorong kecil di ujung ruangan. Lorong itu gelap dan hanya diisi satu rak buku.

Nadya berhasil menemukan sebuah buku, tetapi buku tersebut bukan buku yang dia cari. Buku yang dia temukan begitu lusuh dan terlihat tua. Warna kertasnya sudah berubah kuning.

Nadya membukanya. Tapi, tidak ada satu huruf pun di dalamnya.

"Hmm ... aku pen liat kupu-kupu," katanya merasa kecewa karena tidak berhasil menemukan buku yang dia cari.

Namun, sejurus kemudian, halaman dalam buku itu seperti mengeluarkan sesuatu. Ada bintik kecil yang timbul di tengah-tengah halaman. Bintik itu makin membesar dari waktu ke waktu hingga makin menonjol.

Nadya memanggil teman-temannya. Tonjolan itu terus membesar sampai ia menyerupai sebuah kupu-kupu. Kupu-kupu itu kemudian terbang ke dari buku dan berputar-putar di sekeliling Nadya.


Dia dan kedua temannya begitu terkejut. Dalam keterkejutan mereka, Nadya segera menutup buku itu. Dia membaca judulnya. "Mari Membaca".

Dan kemudian, hal aneh pun terjadi. Sebuah gumpalan besar mendadak muncul di dekat mereka. Gumpalan itu mengeluarkan semacam angin kecil yang menerbangkan beberapa kertas.

Aldo kemudian mendekatinya karena penasaran.

"Aldo, hati-hati!" teriak Nana.

Saat didekati, gumpalan itu dengan cepat menarik tubuh Aldo masuk sampai tak tersisa apa pun.

Nadya dan Nana pun terkejut dan ikut mendekat. Keduanya juga ikut terseret masuk.

Ketiganya terjatuh di atas tumpukan jerami. Dan hampir di saat yang bersamaan, satu rombongan orang berkuda melintas di dekat mereka dengan cepat. Beberapa orang yang berada di belakang rombongan mendekati Nadya dan kedua temannya.

Tampilan orang-orang itu seperti tampilan orang-orang kerajaan. Mereka mengenakan baju perang dan menyandang perisai juga pedang. Salah satu dari mereka memakai zirah yang berbeda. Zirahnya putih dan bermahkota.

"Pangeran, kita mesti segera mencari Tuan Putri sebelum hari gelap. Para penyihir bisa lebih kuat saat gelap."

Pangeran? Nadya kebingungan. Dia memandang Aldo dan Nana bergantian. Keduanya juga seperti memiliki pertanyaan yang sama.

"Apa mereka mata-mata dari penyihir yang sudah menculik Tuan Putri?" tanya Pangeran.

Namun, Pangeran seperti tidak punya waktu. Dia pada akhirnya memerintahkan para prajurit untuk mengikat Nadya beserta teman-temannya. Mereka ikut dibawa mencari Tuan Putri.

Nadya tidak bisa melawan. Tenaganya tidak sebanding. Namun, dia merasakan ada sesuatu yang aneh di bajunya. Ada benjolan. Saat dibuka, ternyata itu sebuah buku, buku ajaib.

Mereka kemudian dibawa rombongan berkuda itu. Rumah-rumah khas jaman dulu berjejer di kanan-kiri jalan. Pohon-pohon tinggi menjulang di sepanjang tanah yang mereka tapaki.

Rombongan itu kemudian memelankan langkah kuda mereka begitu mendekati sungai. Sekawanan burung-burung raksasa tiba-tiba hinggap di hadapan mereka.

"Apa yang akan kalian lakukan di sini?" tanya burung itu. Kedua sayapnya terkembang begitu lebar.

"Aku ingin membawa pulang Putri!"

Kawanan burung tersebut tertawa-tawa. Mereka mendekati pasukan Pangeran dengan paruh-paruhnya yang lancip.

"Kalian tidak akan bisa melewati sungai ini hidup-hidup. Alirannya sangat deras dan tak ada jembatan yang bisa membantu kalian. Hanya ada batu-batu apung di sana. Dan kau bisa tenggelam jika asal memijaknya."

Pangeran terdiam. Dia kebingungan. Dia ingin membawa pulang Tuan Putri, tapi dia tidak bisa asal melewati sungai di hadapan mereka.

Di saat dia bingung memandangi sungai, sekawanan burung tadi satu per satu memijaki batu-batu apung yang melintas di sepanjang sungai. Alunan musik tiba-tiba terdengar dan mengiringi langkah mereka.

Musik itu begitu Nana kenali. Dia sangat hafal dengan alunannya. Dia hobi menari dan dia sering mani dengan lagu tersebut. Secara diam-diam, Nana juga memerhatikan langkah kaki burung-burung yang melintasi sungai.

Kemudian, Pangeran nekat mengutus salah satu prajuritnya untuk mencoba melewati sungai. Langkah pertama, prajurit itu berhasil melompat, tetapi ia segera terjatuh begitu melompat ke batu yang kedua. Batu yang dia pijak tenggelam.

Pangeran gelisah. Tanpa diduga, Nana langsung melompat turun dari kuda. Prajurit yang menjaganya terjatuh saking cepatnya lari Nana.

Dia kemudian melompat ke batu apung. Ajaib, Nana berhasil mendarat di batu tersebut dengan selamat dan mulus. Dia kemudian melanjutkan ke batu berikutnya dan tetap berhasil juga, bahkan sampai di ujung sungai.

Pangeran takjub. Nana kemudian kembali ke rombongan.

"Aku bisa ajarin kalian tariannya, tapi lepasin dulu teman-temanku," katanya.

Pangeran pun melepaskan Nadya dan Aldo karena dia tidak punya pilihan.

Mereka kemudian diajari Nana untuk menari. Setelah mereka menghafalkan gerakannya, satu per satu prajurit pun mulai menyeberang dan meninggalkan kuda-kuda mereka. Mereka berhasil menyeberang semua.

Sebagai ucapan terima kasih, Pangeran berjanji akan memberi hadiah jika berhasil membawa pulang Putri.

Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Setelah melewati sungai, mereka dihadapkan ke pintu gerbang istana yang besar. Pintu gerbang itu hanya bisa dibuka dengan satu jawaban dari teka-teki sulit.

Teka-tekinya berbunyi, "Mengapa burung terbang ke selatan saat musim dingin?"

Pangeran kemudian mengumpulkan prajurit-prajuritnya yang pintar, tetapi tetap tak ada yang bisa menjawabnya.

Satu jam sudah mereka semua berpikir keras, tetapi tidak dapat menemukan jawabannya.

Aldo kemudian maju. Dia mendekati pintu gerbang.

"Mengapa burung terbang ke selatan saat musim dingin?" ulang Aldo, "karena kalo jalan kaki, itu melelahkan!"

Gggr! Semua prajurit langsung tertawa, tetapi pintu gerbang itu berhasil terbuka.

Pangeran berterima kasih kepada Aldo. Aldo tersenyum kegirangan.

Namun, rintangan mereka ternyata belum berakhir. Saat mereka sudah masuk istana penyihir, seekor buaya raksasa tiba-tiba muncul dan menghadang mereka.

Buaya tersebut kemudian mengejar mereka. Pangeran tidak bisa melawan karena buayanya begitu besar.

"Bagaimana cara menghadapi buaya ini?" tanya Nadya sambil terus berlari bersama kedua sahabatnya.

Buku di dalam bajunya kemudian mendadak bergerak-gerak, lalu keluar sendiri. Ia terbang mengikuti Nadya, dan buku itu terbuka.

"Kelemahan buaya!" teriak Nadya saat membaca halaman buku tersebut.

"Apa itu?" Aldo bertanya.

Nadya berusaha membaca tulisan dalam halaman tersebut. Dia sempat kesulitan karena baru belajar membaca.

"Mata! Buaya sangat lemah di bagian matanya."

Salah satu prajurit yang mendengar jawaban itu refleks berbalik dan melemparkan tombaknya ke buaya. Namun, tombak itu meleset.

Pangeran kemudian berlari melawan arah. Dia menantang buaya sendirian. Untungnya, dia berhasil menusukkan pedangnya ke mata buaya tersebut. Sang buaya langsung melarikan diri dan kembali masuk ke dalam sungai.


Mereka berhasil lolos dan Pangeran lagi-lagi berterima kasih!

Pada akhirnya, Pangeran berhasil membawa pulang Tuan Putri. Si penyihir tidak bisa berkutik karena pasukan Pangeran yang banyak.

"Terima kasih untuk ketiga pahlawan kita!" teriak Pangeran.

Nadya, Aldo, dan Nana tersenyum bahagia.

Dia mengangkat buku ajaibnya tinggi-tinggi karena merasa bisa mengalahkan sang buaya karena membaca buku. Dia kemudian kembali berteriak, "Mari Membaca!"

Tiba-tiba, tubuh mereka bertiga tertarik ke langit. Mereka semua terseret ke sebuah lorong gelap hingga terjatuh di suatu tempat. Saat membuka mata, mereka ternyata berada di ruang baca Nadya.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya ibu Nasya kaget karena mendengar suara berisik.

"Kami baru saja membuka jendela dunia, Ibu!"

Nadya dan teman-temannya pun mulai rajin membaca setelah kejadian itu dan sesekali masih pergi menjelajahi semua tempat menarik di dunia.