Permainan Tradisional Berkelompok/Permainan Gobak Sodor
Permainan gobak sodor atau galah asin merupakan permainan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini memiliki dua suku kata. Gobak artinya bergerak, sedangkan sodor berarti tombak. Sejarah permainan gobak sodor pada zaman dahulu para prajurit tanah air memainkan permainan ini. Mereka memanfaatkannya untuk berlatih kemampuan perang. Hanya saja tombak yang digunakan adalah tombak berujung tumpul. Dalam permainan gobak sodor selain dibutuhkan strategi dan kerja sama, setiap anggota tim juga dituntut dalam kecepatan melewati tim penjaga garis. Jika tidak, tim penjaga garis akan menangkap penyerang. Hal itu berarti tim harus bertukar posisi dengan lawan.[1] Permainan ini dimainkan oleh dua tim, tim yang satu berperan sebagai tim penyerang dan yang lain sebagai tim penjanga. Dalam satu tim biasanya terdiri dari 3-5 orang. Banyaknya jumlah pemain dalam satu tim mempengaruhi banyak garis yang akan dibuat di lapangan bermain.
Permainan ini mampu melatih kelincahan serta mengembangkan kemampuan berpikir strategis bagi para pemainnya. Karena para pemain penyerang dituntut untuk bergerak cepat mencapai garis finis tanpa tersentuh oleh para pemain penjaga.[2] Selain itu, permainan ini memerlukan strategi dalam memainkannya, biasanya pemain penyerang akan dibagi tugas siapa yang berperan menjadi pengecoh dan siapa yang akan berlari melewati penjaga.
Manfaat permainan gobak sodor sangat baik dimainkan oleh anak karena permainan ini mengajarkan anak untuk hidup rukun dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua karena dalam permainan ini anak diajarkan untuk jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerjakeras, percaya diri, berpikir logis, kreatif dan inovatif. Permainan tradisional gobak sodor terdapat indikator yang dapat membuktikan bahwa permainan tersebut mampu untuk meningkatkan kemampuan problem solving anak.[3]
Cara bermain
[sunting]- Pilihlah tempat yang cukup luas untuk memainkan permainan ini, seperti lapangan ataupun halaman rumah yang luas.
- Lapangan bermain ditandai dengan kapur membentuk garis-garis seperti pada gambar.
- Pemain menentukan siapa saja anggota tim nya (bisa memilih sendiri atau melalui hompimpa), lalu ketua tim melakukan suten, batu gunting kertas, ataupun lempar koin untuk menentukan siapa yang jadi tim penyerang dan siapa yang menjadi tim penjaga.
- Pemain penjaga mengambil posisi jaga di atas garis yang sudah dibuat dan berusaha untuk menghadang tim penyerang yang akan berlari.
- Pemain penyerang menyusun strategi untuk mengecoh para penjaga sehingga salah satu dari pemain penyerang dapat mencapai garis finis dan mencetak skor.
Aturan permainan
[sunting]- Pemain dibagi menjadi dua tim, yakni tim penyerang dan tim penjaga.
- Tim penyerang berusaha berlari tanpa tersentuh oleh pemain penjaga, rute berlari tim penjaga adalah mulai dari garis awal menuju ke ujung arena bermain lalu “berputar balik” menuju ke garis awal dan mencetak skor.
- Jika anggota dari tim penyerang tersentuh oleh pemain penjaga, maka permainan berakhir dan kedua tim bertukar posisi antara penyerang dan penjaga. Poin menjadi milik tim penjaga.
- Jika pemain penjaga menyentuh pemain penyerang akan tetapi kaki nya tidak menginjak garis arena jaga, maka penjaga tersebut dianggap mati (keluar dari arena permainan).
- Kemenangan ditentukan oleh skor yang dikumpulkan oleh setiap tim.
Referensi
[sunting]- ↑ Andreas, Supriyono. (2018). “Serunya Permainan Tradisional Anak zaman Dulu”. (Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), 18.
- ↑ Prasetio, P. A., dan Praramdana, G. K. (2020). "Gobak Sodor dan Bentengan Sebagai Permainan Tradisional dalam Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter pada Sekolah Dasar". Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan. 7 (1): 21–22. ISSN 2407-4837.
- ↑ https://eprints.umm.ac.id/39370/3/BAB%20II.pdf