Permainan Tradisional Betawi/Jangkungan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Jangkungan dalam Prangko 2001

Seperti dilihat dari susunan kata, jangkungan berasal dari kata jangkung yang artinya tinggi. Memiliki akhiran -an karena sering diucapkan oleh masyarakat merujuk pada benda atau aktivitas permainan anak-anak. Sebenarnya, dilihat dari kelas nomina, atau kata benda, jangkungan merujuk pada penamaan entah orang, tempat, ataupun berhubungan dengan yang dibendakan.[1] Jangkungan dikenal juga dengan istilah enggrang yang lebih populer di berbagai wilayah Indonesia.

Sejarah lisan singkat[sunting]

Kisah permainan jangkungan konon berasal dari kejadian saat seseorang sedang memetik buah mangga di pohon tetangganya merasakan buah setelah dipetik, hilang. Sejak saat itulah tersebar cerita di kalangan masyarakat bahwa buah mangga tersebut diambil oleh makhluk halus yakni setan longga-longga. Nama tersebut penamaan dari masyarakat tanpa diketahui sumbernya, terdapat anggapan bahwa makhluk halus yang mengambil buah mangga memiliki tinggi sekitar 3 meter. Dari anggapan tersebut, masyarakat pun memiliki ide untuk membuat jangkungan dari bambu panjang supaya bisa dinaiki pula oleh orang dewasa. Inilah sebabnya mengapa enggrang dibuat sangat tinggi kadang melampaui tinggi penggunanya, demi bisa mengimbangi ketinggian makhluk halus yang dimaksud.[2] Agak mengandung unsur mistis yang populer di kalangan anak-anak, permainan ini dirancang menyerupai makhluk halus dengan menggunakan dua bilah bambu. Saking populernya atas anggapan makhlus halus tersebut, sampai-sampai film horor yang dibintangi Suzanna menggunakan jangkungan sebagai penambah ketinggian.[3]

Lomba Enggrang

Kedua bilah bambu dibuat berdasarkan ketinggian tertentu melebihi sedikit tinggi badan pengguna. Ukuran biasanya satu setengah meter sampai tiga meter, tergantung dari ukuran badan yang dilebihkan sedikit. Pada bagian bawah bilah bamboo tersebut dipasang sebongkah bambu lainnya yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Perlu diingat bahwa dua bilah bambu fungsinya sebagai pegangan tangan, pijakan kaki adanya di bawah. Sama seperti bilah batang bambu, tempat pijakan kaki juga punya ukuran tersendiri. Mulai dari 30 sentimeter hingga 40 sentimeter. Akan tetapi, permainan jangkungan ini tidak hanya dimainkan di Betawi karena sudah meluas penggunaannya dengan istilah enggrang.[3] Untuk bisa mencapai ketinggian sesuai badan pengguna, jangkungan dibuat oleh orang dewasa karena mengharuskan peralatan tajam seperti parang, atau pisau besar lainnya. Jangkungan saat ini kerap dimainkan pada perayaan tertentu karena keterbatasan ruang terbuka.

Cara bermain[sunting]

Membuat Enggrang

Pertama, ambil kedua bilah batang bambu sesuai ketinggian pengguna hingga bisa dipegang secara efisien oleh tangan pemain. Posisinya lurus menyentuh atas tanah sampai terasa keseimbangan. Kemudian, pastikan di sebelah kiri dan kanan bisa dipijakkan bertumpu pada bilah bambu bagian bawah. Setelah ada dalam posisi yang pas, pelan-pelan angkat dan melangkah bergantian kanan dan kiri atau sesuai kenyamanan pengguna.[2] Mulai saat melangkah inilah jangkungan ramai dijadikan perlombaan karena tidak semua pengguna mahir melangkah dalam pijakan bambu.

Sampai saat ini, jangkungan masih populer dimainkan terutama di wilayah pedesaan karena ketersediaan tanaman bambu yang memadai. Di pedesaan, anak-anak biasa membuat sendiri dari bambu di kebun dan parang kecil. Di perkotaan, jangkungan dimainkan umum pada saat perlombaan Agustusan karena semakin terbatasnya ruang terbuka dengan kontur tanah datar.

Galeri[sunting]

Daftar Rujukan[sunting]

  1. https://kbbi.lektur.id/jangkungan
  2. 2,0 2,1 https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/news_web/detailnews/mengenali-permainan-tradisional-khas-anak-anak-betawi
  3. 3,0 3,1 https://www.ngopibareng.id/read/13-film-suzzanna-paling-ikonik-dan-dijamin-seram