Permainan Tradisional Betawi/Petasan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Untaian Petasan

Petasan dikenal di tengah masyarakat Betawi sebagai cara untuk memeriahkan acara, pada berbagai kegiatan, petasan dinyalakan sebagai tanda bunyi kepada masyarakat sekitar. Itulah mengapa dalam hajat dan acara besar, petasan khas Betawi dinyalakan dalam bentuk untaian. Petasan yang dinyalakan, selain untuk memeriahkan acara juga berfungsi sebagai kode undangan untuk pesta antar desa. Begitu ada pesta dan petasan di desa, desa lain mengetahuinya sehingga warga berbondong-bondong datang ke tempat hajat. Bunyi nyaring pada petasan mampu menarik perhatian, membuat desa lain tergerak untuk datang. Dari bunyi petasan, warga Betawi berkumpul di tempat pesta. Banyaknya petasan yang ditembakkan pada suatu acara juga bisa menunjukkan status sosial. Itu berarti semakin banyak petasan, semakin banyak pujian yang didapatnya dan berarti pemilik acara sanggup mengadakan petasan banyak, semakin meriah acaranya. Tradisi cerita petasan tidak terlepas dari pengaruh etnis Tionghoa yang tinggal di Batavia dengan kisah mistis di dalamnya. Petasan kerap digunakan sebagai pengusir setan, makhluk halus, dan roh jahat. Zaman dahulu kala, kedatangan orang Tionghoa daratan pernah memicu wabah. Semenjak penyebaran wabah, penyakit menyebar dengan cepat hingga banyak korban berjatuhan. Menurut kepercayaan etnis Tionghoa, wabah itu disebabkan oleh setan dan jin yang marah pada perilaku manusia. Kepercayaan tersebut membuat masyarakat berinisiatif mengusir setan dengan memukul benda keras seperti gendang dan seng. Suara-suara ini kemudian memberikan inspirasi untuk membuat petasan. Petasan dapat ditumpuk dan dilemparkan ke berbagai tempat untuk menakuti setan. Sampai sekarang, kebiasaan dari para pendatang Tionghoa tersebut telah diteruskan oleh masyarakat Betawi secara luas.[1]

  1. https://www.senibudayabetawi.com/5115/riwayat-petasan.html