Permainan Tradisional Betawi/Pletokan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Pletokan merupakan permainan tradisional tembak-menembak yang dimainkan anak-anak berusia 6 hingga 13 tahun secara berkelompok atau sendiri dengan menembak binatang kecil. Pletokan adalah salah satu permainan khas anak Betawi. Nama Pletokan dalam permainan itu terinspirasi dari bunyi "Pletok", yang mana bunyi permainan itu hampir mirip dengan suara pistol atau senapan mainan. Para pemain biasanya terdiri dari anak laki-laki berusia 5-13 tahun walaupun tidak menutup kemungkinan anak perempuan turut serta. Pletokan terbuat dari bambu dengan panjang 30 cm dan diameter 1-1/2 cm. Bambu dipilih yang kuat dan tua agar tidak cepat busuk. Bambu dibelah menjadi dua bagian. Pada bagian penyodok, bambu dipotong bulat mengikuti lingkaran pipa dan alasnya dibentuk menjadi gagang sepanjang 10 cm. Pada bagian bambu lainnya dengan daun pandan atau daun kelapa ditambahkan di ujungnya dan digulung menjadi kerucut untuk membuat suara lebih keras. Selain membuat alat tembak, pemain hendaknya menyiapkan peluru yang terbuat dari kertas basah, bunga atau tunas jambu air. Peluru didorong ke dalam lubang sampai keras dan kemudian ditembakkan. Peralatan yang diperlukan berupa bambu dengan diameter 1 atau 1,5 cm dan panjang 30-40 cm sebagai tabung meriam (bentuknya pipa) dan titik tolaknya adalah sebatang bambu remuk. Alat yang berfungsi sebagai peluru, yakni jambu bunga, kertas, daun dan sejenisnya.[1]

Cara Bermain[sunting]

Menembak adalah kegiatan inti permainan ini maka pemain fokus pada peluru pertama yang didorong ke ujung laras dengan sebuah tongkat. Lalu peluru lain didorong masuk dan ditolak menggunakan sebuah batang. Peluru kedua ini memiliki fungsi ganda. Fungsi pertama adalah katup pompa yang menekan peluru pertama sebelum ditembakkan. Fungsi lainnya adalah mempersiapkan peluru untuk tembakan selanjutnya. Tembakan ini mengeluarkan suara letupan dan jarak peluru sekitar 5 meter hingga berjarak relatif lurus. Permainan ini membuat anak-anak merasa tertantang karena merasa seperti ada pada medan perang-perangan.[2]

  1. https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/disbuddki/news/2021/06/Permainan-Pletokan
  2. https://budaya-indonesia.org/Pletokan