Permainan Tradisional Betawi/Sala buntut

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Permainan untuk anak laki-laki Betawi di luar rumah yang dimainkan oleh anak-anak usia 7-13 tahun. Permainan ini membutuhkan keterampilan dan strategi serta kejujuran dari setiap peserta. Hidangan utama yang harus mengandung biji melinjo yang tidak dikupas. Bermain sala buntut hampir sama dengan judi namun tidak persis sama karena setiap pemain harus menawarkan modal sendiri berupa biji melinjo. Tempatnya biasanya pada sebidang tanah datar, bisa di taman atau halaman balai kota, zaman dulu sekitar balai kota masih merupakan wilayah terbuka untuk publik, yang memiliki jarak dua garis sejajar yang dipisahkan sekitar 3 meter.[1]

Cara Bermain[sunting]

Pemain membuat garis lain di mana biji melinjo yang akan dilempar disusun berjejer sepanjang garis yang telah ditentukan, jumlahnya tidak tentu tergantung dari kesepakatan. Antar pemain, terdapat aturan yang dibuat bersama antara para pemain yang harus memasang beberapa kali taruhan tetap. Benih melinjo di tempat ini. Pada deretan melinjo yang diurutkan dari kiri ke kanan, ujung paling kiri disebut kepala dan ujung paling kanan disebut buntut. Setelah tersusun rapi barisan biji melinjo yang masing-masing berukuran 3,4 meter, setiap pemain harus menyiapkan gacoannya masing-masing yaitu biji melinjo sebagai penentu pilihan setiap pemain dan digunakan untuk melempar dalam bentuk sasaran. baris benih yang disebutkan di atas. Lalu pemain berdiri di garis pidian, setiap peserta melempar gacoan, tetapi tidak membidik sasaran, dengan tujuan agar gacoan yang paling dekat dengan barisan melinjo mendapatkan putaran lebih dulu daripada yang lebih jauh. Setiap pemain melakukan ini secara bergiliran agar barisan target lempar selesai dari pertama hingga terakhir. Saat giliran pemain pada lemparan pertama, pemain dapat menekan salah satu biji baris untuk melanjutkan permainan. Sama halnya jika bisa memukul lagi dan seterusnya hingga tembakan mengenai target (namun jarang lebih dari 3 kali karena cukup sulit, bahkan tidak jarang meleset pada tembakan pertama). Namun tembakan kedua tidak lagi dilempar dengan lengan, melainkan hanya dengan menyentil gacoan dengan jari. Apabila tembakan terakhir meleset, permainan diganti dengan pegangan putaran berikutnya, begitu seterusnya. Sementara itu, setiap tembakan yang meleset dari sasaran diikuti oleh gacoan yang memantul melewati sasaran ke tempat yang ditinggalkan. Hanya setelah langkah ini baris berikutnya mengikuti sama seperti yang pertama. Jika tamparan ini meleset dari sasaran, pemain mengalami hal yang sama seperti tahap-tahap sebelumnya hingga akhirnya mencapai tikungan terakhir.[2]

  1. https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Sala-Buntut-Permainan
  2. https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Sala-Buntut-Permainan