Lompat ke isi

Permainan Tradisional Kabupaten Ciamis/Ucang-ucang Anggé

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Ucang-ucang Anggé

[sunting]
Seorang anak tertawa saat ucang-ucang anggé dengan Ibunya.

Ucang-ucang anggé adalah salah satu permainan yang dulunya sangat terkenal di Kabupaten Ciamis. Permainan ini adalah permainan yang biasanya dilakukan oleh orang tua, untuk ngemong dan menyenangkan anaknya yang masih balita. Atau dilakukan pula oleh seorang kakak, ketika mengasuh adiknya. Penamaan ucang-ucang anggé sendiri diambil dari kata ucang-ucang yang berarti mengangkat kaki ke atas dan ke bawah, sesuai dengan gerakan pada permainan ini.[1]

Permainan  adalah permainan yang dilakukan saat orang tua memiliki waktu senggang atau ketika sedang mengasuh anaknya. Permainan, ini menggunakan kakawihan atau lagu sebagai pengiringnya. Lirik lagu tersebut adalah sebagai berikut:

Ucang-ucang anggé

mulung muncang ka paranggé

Digogog ku anjing gedé

Anjing gedé nu pa lebé

Ari gog, gog cungungung

Posisi ucang-ucang anggé.

Ari gog, gog cungungung[2]


Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah kurang lebih:


Ucang-ucang angge

Mengambil kemiri ke parangge

Digong-gong anjing besar

Anjing besar milik Pa Lebe

Ari gog, gog bersenandung

Ari gog, gog bersenandung

Alat Permainan

[sunting]

Permainan ucang-ucang anggé tidak memerlukan alat atau benda, Permainan ini menggunakan kekuatan otot kaki dan pancaindera.

Cara dan Aturan Bermain

[sunting]

Permainan ucang-ucang anggé dilakukan dengan cukup mudah, yaitu:

Pola Pertama

[sunting]
  • Orang tua atau kakak yang mengasuh anak tersebut duduk pada tempat yang cukup tinggi sesuai dengan tinggi mereka, bisa di kursi, tempat tidur, atau tempat lain yang dianggap aman dan nyaman. Kalau jaman dulu, dilakukan di golodog imah nu aya kolongan (bagian depan di rumah panggung).[3]  
  • Lalu anak kecil didudukan pada punggung kaki, dan posisi si anak menghadap ke depan, sehingga bisa saling menatap dan melihat dengan jelas ekspresi si anak.
  • Tangan si anak dipegang dengan erat, lalu kedua kaki yang dipakai duduk si anak tadi digerak-gerakan ke atas dan bawah, sambil kakawihan, atau menyanyikan lagu ucang-ucang anggé.
  • Pada bagian lirik Ari gog, gog cungungung anak diangkatnya lebih tinggi, sehingga menimbulkan keriangan dan gelak tawa anak.

Pola Ke dua

[sunting]
  • Orang tua atau kakak (orang dewasa) terlentang di karpet atau di kasur
  • Kedua kaki diangkat ke atas, dan si anak duduk di atas kaki paling ujung, dengan posisi saling berhadapan.
  • Tangan si anak dipegang dan setelah dirasa aman, kaki diayun-ayunkan ke atas dan ke bawah sambil kakawihan ucang-ucang anggé.
  • Pada bagian lirik ari gog, gog cungungung anak diangkatnya lebih tinggi, sehingga menimbulkan keriangan dan gelak tawa anak.[4]

Nilai Permainan

[sunting]

Permainan ucang-ucang anggé bukan hanya sekedar hiburan atau permainan, tapi mengandung makna dan nilai yang sangat dalam, terutama terkait dengan aspek parenting. Melalui permainan ucang-ucang anggé ini, akan terbentuk hubungan dan chemistry serta timbulnya rasa saling memiliki antara anak dan orang tua atau adik dan kakak. Menimbulkan rasa bahagia, merasa lebih disayangi, merasa lebih akrab dan melalui lagu yang dinyanyikan akan terlatih pula kemampuan musikal anak.

Rujukan

[sunting]
  1. Ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung.
  2. Hidayat, Rachmat Taufiq. Dkk. 2010. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
  3. Hidayat, Rachmat Taufiq. Dkk. 2010. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
  4. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=7173