Permainan Tradisional Sulawesi Selatan/Marraga

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Para remaja bermain marraga

Dalam bahasa Bugis, permainan ini disebut Marraga karena menggunakan bola yang terbuat dari rotan atau disebut raga. Bola tersebut dibelah-belah, diraut halus, dan dianyam dengan diameter 15 cm.[1] Dahulu, permainan Marraga hanya dimainkan oleh para bangsawan Bugis saat upacara-upacara resmi kerajaan berlangsung, misalnya pelantikan raja dan perkawinan anggota kerajaan.[1] Saat ini, permainan Marraga biasanya dilakukan oleh 5-15 anak laki-laki. Permainan ini dapat melatih ketangkasan, kelincahan, kecekatan, kerjasama, solidaritas, dan membentuk karakter berani, jujur, percaya diri, demokratis, dan komunikatif.    

Aturan Permainan[sunting]

  1. Pemain diwajibkan memakai pakaian tradisional Bugis yang dilengkapi dengan ikat kepala.[1]
  2. Permainan diiringi dengan musik tradisional yang membuat gerakan pemain seperti sedang menari.[1]
  3. Permainan dilakukan di tanah datar yang dibuat lingkaran dengan garis tengah minimal enam meter.[1]
  4. Sebelum permainan dimulai, para pemain membentuk posisi melingkar.[1]
  5. Jumlah pemain akan berkurang jika tidak tangkas dalam memainkan dan mempertahankan bola.[1]
  6. Selain mempertahankan bola, pemain juga harus memainkan bola dengan dua syarat, yaitu pintar mengambil bola, disiplin, dan dapat menghidupkan suasana bermain, serta memiliki sepakan yang beragam dan tidak mudah ditiru oleh pemain lainnya.[1]
  7. Para pemain tidak boleh memonopoli permainan dan menyerobot kesempatan pemain lainnya.[1]
  8. Pemain yang menjatuhkan bola ke tanah dapat dikeluarkan sebelum permainan dimulai atau kembali seperti semula.[1]

Cara Bermain[sunting]

Setelah membentuk posisi melingkar, salah satu pemain yang termahir memegang bola dan melemparnya ke atas. Pemain yang berada tepat di tempat jatuhnya bola akan memulai permainan. Kemudian, bola dilemparkan ke pemain lainnya secara bergiliran.  

Permainan Marraga juga dapat dilakukan dengan saling mengoper bola dari kaki ke kaki atau dengan anggota badan lainnya dengan tiga cara sepak.[2] Cara pertama disebut sempak sarring yaitu sepakan keras menggunakan telapak kaki dengan lemparan bola ke atas minimal tiga meter dari permukaan tanah. Selanjutnya, sempak biasa yaitu sepakan yang tingginya sedikit melewati kepala pemain. Lalu, cara yang terakhir disebut sempak caddi, yaitu sepakan kecil yang tingginya tidak melewati pusar pemain. Cara terakhir ini termasuk dalam variasi atau disebut belo yang dapat menggunakan dada, bahu, siku, tangan perut, paha, dan kaki, kecuali kepala.      

Referensi[sunting]

  1. 1,00 1,01 1,02 1,03 1,04 1,05 1,06 1,07 1,08 1,09 Muh. Azhar Hidayat Nusa. "Pusat Permainan Tradisional Bugis Makassar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku ", (Repositori UIN Alauddin Makassar), 11 November 2020.
  2. BPNB Sulsel. "Ma’raga atau A’raga, Sepak Raga dari Sulawesi Selatan ", (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Agustus 8, 2018.