Permainan Tradisional Sumatra Barat/Orin dan Pensilnya
Orin selalu belajar angka-angka dan kata-kata. Senin, Selasa, Rabu, hingga Sabtu hanya tulisan-tulisan saja yang ia temui di sekolah. Suatu hari, Orin disuruh guru membawa berbagai buku yang berada di rumah ke sekolah oleh salah seorang gurunya.
Orin hanya membawa satu buku saja, padahal Semua teman-temannya membawa buku bezwarna-warni ke sekolah, bahkan ada juga yang membawa buku baru yang dibelikan orang tua mereka masing-masing. Hari itu, ternyata guru bertanya kepada seluruh murid tentang buku yang mereka bawa. Ketika giliran Orin, Orin menjelaskan kalau buku yang ia bawa hanya satu buah buku gambar kosong. Buku gambar itu bersampul warna merah dan terdapat gambar pelangi kecil di tengah buku menemani seekor sapi berwarna cokelat yang sedang tersenyum.
Guru: Kenapa Orin hanya membawa satu buku, dań itu buku gambar? Sontak, semua teman-teman sekelas Orin tertawa mendengar pertanyaan itu.
Orin: Saya ingin menggambar dan melukis dengan pensil ini. Namun, setiap hari saya dan teman-teman di sekolah hanya belajar huruf dan angka-angka saja.
Mendengar jawaban dari Orin, semua orang yang berada di dalam kelas itu terdiam. Tiba-tiba guru memukul-mukul papan tulis dengan spidol untuk memecah keheningan. Guru kemudian menyuruh Orin berdiri dan maju ke depan dengan nada tegas. Tentu mendengar hal tersebut, membuat Orin takut dan ragu-ragu untuk berdiri.
Ketika Orin sudah di sebelah kanan guru, Guru tersebut memeluk Orin erat-erat dan meminta maaf karena tidak memberikan ruang belajar lain kepada para muridnya selain belajar huruf dan angka-angka. Kelas riuh dengan tepuk tangan yang bersahut-sahutan melihat kejadian itu.
Sejak kejadian itu, di sekolah Orin dan teman-temanya sudah boleh menentukan mata pelajaran apa yang ingin dipelajari di sekolah secara bebas.