Permainan Tradisional Sumatra Barat/Permainan Tradisional Minangkabau

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Permainan Tradisional Gelanggang Pembentuk Karakter[sunting]

permainan bakiak

Dekade 1990-an, bagi saya adalah masa-masa indah yang tak ternilai. Masa itu, kanak-kanak hingga praremaja, dimana permainan tradisional mengisi hari ke hari. Permainannya pun seperti musim, selalu berganti.

Ingatan yang ada di benak ini, permainannya antara lain, gampar (medianya batu yang diayunkan dengan kaki), gambar, kajai (karet), kelereng, cik mancik, sepak tekong, yeye, semba lakon, badia batuang, patok lele.

Untuk semba lakon, permainan ini dimainkan di malam hari. Utamanya di malam bulan puasa. Permainan ini seperi cik mancik. Artinya ada yang sembunyi, dan ada yang memainkan peran mencari.

Untuk Membentuk Karakter[sunting]

Bagaimana pun, permainan tradisional ini sedikit banyaknya menempa karakter saya saat ini. Dalam gelanggang permainan tradisional,, dilatih kejujuran, strategi, negosiasi, diplomasi, dan kepemimpinan.

Dalam permainan tradisional Minang seperti patok lele. Permainan ini membutuhkan 1 kayu kecil sepajang lengan, 1 kayu sepanjang jengkal dan satu lubang yang dibuat di tanah.

Cara bermainnya adalah dengan mencongkel dan memukul bilah kayu kecil dengan kayu panjang dengan berbagai macam gaya. Jarak pukulan dihitung dengan bilah kayu yang dipakai (mau besar atau kecil tergantung kesepakatan). Permainan dilakukan bergantian dengan akumulasi skor masing-masing pemain atau tim.

Pemain atau tim yang menang akan mendapatkan hadiah berupa dikongkak atau digendong oleh pihak yang kalah (hadiah ini juga tergantung kesepakatan).

Dalam mekanisme hitung patok lele, terkandung soal kejujuran. Kalau curang, biasanya akan ada yang mengingatkan seperti orang yang sedang lewat.

Ada juga permainan yang menyangkut strategi perang seperti sembalakon, sipak tekong, dan badia batung. Permainan dengan menahan sendok berisi telor sambil berlari, juga menjadi latihan konsentrasi. Semua permainan tradisional di Minang melatih mental kebudayaan.