Permainan Tradisional Sunda/Ucing-ucingan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Ucing-ucingan adalah permainan tradisional Sunda. Permainan ini merupakan dasar dari permainan ucing-ucingan yang lainnya. Inti dari permainan ini adalah kejar-kejaran. Dimana pemain yang menjadi ucing mengejar pemain lainnya. Permainan ini bisa dimainkan oleh tiga orang atau lebih.

Cara bermain[sunting]

1.     Semua pemain bersepakat menentukan batasan untuk bermain. Batasan bisa ditandai dengan pohon, tiang atau rumah tertentu. Pemain yang melewati batas dinyatakan kalah dan harus menjadi ucing.

2.     Semua pemain melakukan hompimpah atau cingciripit untuk menentukan siapa yang menjadi ucing.

3.     Ucing akan menghitung mundur mulai dari tiga. Biasanya kalimat yang diucapkan adalah “Cir a, cir b, cir c, ngacir!” untuk memberi jeda agar pemain dapat menjauhkan diri dari ucing.

4.     Ucing akan berlari mengejar pemain lainnya secara acak sesuka hati yang menjadi ucing dengan tujuan menyentuh pemain lainnya.

5.     Pemain yang tersentuh oleh ucing akan menjadi ucing dan gantian mengejar pemain lainnya.

6.     Pemain yang menjadi ucing, setelah menyentuh pemain lainnya sudah tidak menjadi ucing lagi.

Aturan-aturan yang sudah disebutkan merupakan sebuah panduan dasar dari bermain ucing-ucingan. Selain itu ada juga aturan-aturan tambahan yang biasa digunakan dalam permainan ini.


Berikut merupakan variasi aturan dalam bermain ucing-ucingan.

1.     Ketika ucing menyentuh pemain lain, maka pemain yang tersentuh akan menjadi ucing tetapi pemain yang ucing tidak menjadi pemain biasa. Jadi dalam permainan akan ada dua pemain atau lebih yang menjadi ucing.

2.     Pemain bisa “bersembunyi” dari kejaran ucing dengan berdiam diri dan menyebut ”kup”. Jika pemain menyebut “kup” maka pemain tadi tidak boleh bergerak sebelum diselamatkan oleh pemain lainnya dengan cara menyentuhnya. Pemain boleh menyebutkan “kup” kapan saja dan tidak dibatasi jumlah. Jika dalam permainan semua pemain yang aktif menyebutkan “kup”, maka pemain terakhir tidak boleh menyebutkan “kup” sebelum menyelamatkan minimal satu pemain lainnya.

Selain variasi aturan yang sudah disebutkan sebelumnya, masih banyak variasi aturan yang lainnya. Tetapi nama permainannya pun berubah mengikuti aturan yang digunakan. Jika pemain yang tidak ucing bukannya berlari menjauhi ucing tetapi bersembunyi dari ucing, maka nama permainan adalah Ucing Sumput. Jika yang bersembunyi bukanlah pemainnya tetapi beling yang dipilih untuk mewakili pemain, maka nama permainannya adalah Ucing Beling. Selain itu juga masih banyak jenis permainan ucing-ucingan seperti Ucing Batu, Ucing Beling, Ucing Jidar, Ucing Dongko, Ucing Guliweng, Ucing Kuriling, dan Ucing Hui.[1]

Referensi[sunting]

  1. Rostiyati, A. (2020). “Ucing” dalam Permainan Tradisional Anak Sunda. (Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat) Diakses pada 29 April 2023, dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/ucing-dalam-permainan-tradisional-anak-sunda/