Lompat ke isi

Permainan Tradisional di Indonesia

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Banyak ragam dan bentuk permainan yang beredar di seluruh daerah di Indonesia. Permainan ini bisa memiliki nama yang sama ataupun yang mirip antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Seiring dengan penyebaran populasi manusia baik karena penyebaran wilayah kekuasaan ataupun eksplorasi pencarian daerah baru, demikian juga dengan pengaruh budaya pendatang akan berimbas pada budaya lokal. Berikut ini adalah berbagai macam Permainan Tradisional di Indonesia yang dikenal dan mungkin masih dimainkan oleh masyarakat setempat:

Layang – layang

[sunting]

adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan menggunakan layang-layang atau kite. Permainan ini biasanya dimainkan di tempat terbuka seperti lapangan atau pantai. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional layang-layang:

  1. Asal-usul: Layang-layang pertama kali ditemukan di Cina sekitar 2.800 tahun yang lalu. Kemudian, permainan ini menyebar ke negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, Thailand, dan Indonesia.
  2. Bahan-bahan: Layang-layang tradisional biasanya terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti kertas, bambu, dan benang. Namun, saat ini banyak juga layang-layang yang terbuat dari bahan-bahan modern seperti plastik dan serat karbon.
  3. Cara bermain: Untuk memainkan layang-layang, pemain harus meluncurkan layang-layang ke udara dengan menggunakan tali yang dipegang. Tujuan dari permainan ini adalah untuk membuat layang-layang tetap terbang di udara selama mungkin. Selain itu, ada juga permainan layang-layang yang bersaing untuk menabrak layang-layang lawan atau mengambil alih layang-layang lawan.
  4. Budaya: Layang-layang juga memiliki nilai budaya yang tinggi di beberapa negara seperti Indonesia. Di Indonesia, layang-layang sering dikaitkan dengan acara tahunan yang disebut bulan layang-layang. Selain itu, di beberapa daerah, layang-layang juga digunakan sebagai alat musik tradisional dengan cara memainkan tali layang-layang yang menghasilkan suara yang unik.

Permainan tradisional layang-layang merupakan sebuah permainan yang sangat menarik dan membutuhkan keahlian khusus dalam membuat dan memainkan layang-layang. Permainan ini juga mengajarkan keterampilan seperti kesabaran, kreativitas, dan kerjasama tim.

Referensi

[sunting]

Pukul Rebana

[sunting]

adalah permainan tradisional yang menggunakan alat musik rebana sebagai sarana untuk memainkan permainan tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Pukul Rebana:

  1. Asal-usul: Pukul Rebana berasal dari Indonesia, terutama di daerah Jawa. Permainan ini telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan diperkirakan telah dimainkan selama ratusan tahun.
  2. Alat musik: Pukul Rebana dimainkan dengan menggunakan alat musik rebana yang terbuat dari bahan dasar kayu atau kulit binatang. Rebananya sendiri biasanya berbentuk bulat atau persegi panjang dengan ukuran yang berbeda-beda tergantung jenisnya.
  3. Cara bermain: Pukul Rebana dimainkan oleh sekelompok orang yang duduk melingkar di sekitar rebana. Selama permainan, pemain harus memainkan rebana dengan cara menepuk-nepuknya menggunakan tangan atau stik kayu dengan irama tertentu. Pemain harus berkoordinasi dengan baik untuk menghasilkan irama yang harmonis.
  4. Budaya: Pukul Rebana memiliki nilai budaya yang tinggi di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Muslim. Pada umumnya, permainan ini dimainkan saat acara-acara keagamaan seperti pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan lainnya. Pukul Rebana juga dianggap sebagai simbol persatuan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat.

Permainan tradisional Pukul Rebana adalah permainan yang sangat menarik dan mengasyikkan, selain itu juga mempunyai nilai budaya yang tinggi. Dalam permainan ini, pemain diajarkan untuk memupuk kerjasama tim dan kebersamaan serta kreativitas dalam menghasilkan irama yang harmonis.

Referensi

[sunting]

Dinding-dinding

[sunting]

atau yang juga dikenal dengan sebutan "Wall Jumping" adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan cara melompati atau memanjat dinding atau tembok yang telah ditentukan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Dinding-dinding:

  1. Asal-usul: Dinding-dinding tidak memiliki asal usul yang jelas, namun permainan ini telah dimainkan oleh anak-anak di berbagai negara di dunia. Permainan ini biasanya dimainkan di area terbuka seperti halaman atau gang sempit.
  2. Cara bermain: Pemain harus memanjat atau melompati dinding atau tembok yang telah ditentukan dengan cara bergantian. Pemain harus memanjat atau melompati dinding tersebut dengan cepat dan tepat agar tidak jatuh atau terluka. Jika ada pemain yang jatuh atau terluka, maka giliran tersebut dianggap kalah dan pemain lain bisa melanjutkan permainan.
  3. Bahan-bahan: Dinding-dinding tidak memerlukan bahan-bahan khusus, namun diperlukan dinding atau tembok yang aman dan kuat untuk dimainkan. Selain itu, pemain juga harus memakai alas kaki yang cocok dan aman untuk permainan ini.
  4. Nilai budaya: Dinding-dinding adalah permainan yang sangat populer di kalangan anak-anak. Permainan ini dapat membantu memperkuat fisik dan keterampilan motorik anak-anak. Selain itu, permainan ini juga mengajarkan nilai-nilai seperti keberanian, kepercayaan diri, dan kerjasama tim.

Permainan tradisional Dinding-dinding merupakan permainan yang sangat menarik dan membutuhkan keahlian khusus. Permainan ini juga dapat membantu memperkuat fisik dan keterampilan motorik anak-anak. Selain itu, permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai penting seperti keberanian, kepercayaan diri, dan kerjasama tim. Namun, perlu diingat bahwa permainan ini harus dimainkan dengan aman dan di area yang aman serta diawasi oleh orang dewasa.

Bola bekel

[sunting]

adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan menggunakan bola kecil dan beberapa bekel sebagai alat utamanya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Bola Bekel:

  1. Asal-usul: Bola Bekel berasal dari Indonesia dan telah dimainkan sejak zaman dulu. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di lingkungan sekitar.
  2. Alat-alat: Bola Bekel dimainkan dengan menggunakan bola kecil dan beberapa bekel yang terbuat dari bahan kayu atau plastik. Bekel biasanya berbentuk bulat dan memiliki ukuran yang berbeda-beda.
  3. Cara bermain: Pemain harus melemparkan bola kecil ke udara dan kemudian menangkapnya menggunakan tangan sebelum bola tersebut jatuh ke tanah. Setelah itu, pemain harus memasukkan bola kecil ke dalam bekel dengan cara melemparkan bola kecil ke arah bekel tersebut. Pemain harus berusaha memasukkan bola kecil ke dalam semua bekel tanpa bola kecil keluar dari area permainan.
  4. Budaya: Bola Bekel adalah permainan yang sangat populer di Indonesia dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Permainan ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan motorik dan koordinasi mata-tangan anak-anak.

Permainan tradisional Bola Bekel sendiri merupakan sebuah gerakan atau teknik khusus dalam permainan Bola Bekel. Gerakan ini dilakukan dengan cara melemparkan bola kecil ke udara dengan satu tangan sambil menendang bekel yang ada di tanah dengan kaki yang lain. Gerakan ini membutuhkan keterampilan dan koordinasi yang baik antara tangan dan kaki.

Permainan tradisional Bola Bekel dapat memberikan manfaat bagi anak-anak, seperti meningkatkan keterampilan motorik, koordinasi mata-tangan, dan keterampilan sosial seperti kerjasama tim dan persaingan sehat.

Referensi

[sunting]

Tamiang

[sunting]

atau juga dikenal dengan nama permainan Congkak adalah permainan tradisional yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan sebuah papan kayu yang terdiri dari dua belas lubang kecil dan biji-bijian sebagai alat permainannya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Tamiang:

  1. Asal-usul: Tamiang berasal dari Indonesia dan Malaysia dan telah dimainkan sejak zaman dahulu. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa di berbagai daerah.
  2. Alat-alat: Tamiang dimainkan dengan menggunakan sebuah papan kayu yang terdiri dari dua belas lubang kecil yang disusun dalam dua baris dengan enam lubang di setiap barisnya. Setiap lubang diisi dengan biji-bijian kecil seperti kacang tanah atau biji-bijian lainnya.
  3. Cara bermain: Pemain harus memindahkan biji-bijian dari satu lubang ke lubang lainnya secara bergiliran. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memenangkan biji-bijian sebanyak mungkin dan mengumpulkannya di lubang yang disebut sebagai "rumah". Pemain yang berhasil mengumpulkan biji-bijian terbanyak di rumahnya akan menjadi pemenang.
  4. Budaya: Tamiang adalah permainan yang memiliki nilai budaya yang tinggi di Indonesia dan Malaysia. Permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan kognitif dan motorik, serta mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama tim, persaingan sehat, dan strategi.

Permainan tradisional Tamiang adalah permainan yang sangat menarik dan dapat dimainkan oleh semua kalangan usia. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan kognitif dan motorik, serta mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerjasama tim, persaingan sehat, dan strategi. Permainan Tamiang merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Sihobuk

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Suku Batak Toba, Sumatera Utara, Indonesia. Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan sebuah bola kecil dan alat pemukul yang terbuat dari kayu atau bambu. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Sihobuk:

  1. Asal-usul: Sihobuk berasal dari Suku Batak Toba dan telah dimainkan sejak zaman dahulu. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa di daerah tersebut.
  2. Alat-alat: Sihobuk dimainkan dengan menggunakan sebuah bola kecil yang terbuat dari bahan kain atau plastik dan alat pemukul yang terbuat dari kayu atau bambu yang disebut dengan nama "tombak". Tombak memiliki ukuran yang bervariasi tergantung dari kemampuan pemainnya.
  3. Cara bermain: Pemain harus memukul bola kecil dengan tombak dan berusaha memasukkan bola kecil ke dalam lubang yang terletak di atas permukaan tanah. Pemain harus berusaha memasukkan bola kecil ke dalam lubang dengan jumlah pukulan yang paling sedikit dan secepat mungkin.
  4. Budaya: Sihobuk adalah permainan yang memiliki nilai budaya yang tinggi di Suku Batak Toba dan dapat membantu menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut. Permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan koordinasi mata-tangan dan keterampilan sosial seperti kerjasama tim dan persaingan sehat.

Permainan tradisional Sihobuk merupakan permainan yang sangat menarik dan dapat dimainkan oleh semua kalangan usia. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan koordinasi mata-tangan dan keterampilan sosial seperti kerjasama tim dan persaingan sehat. Permainan Sihobuk merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia dan perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Kelereng

[sunting]

adalah permainan tradisional yang telah dimainkan oleh anak-anak di berbagai belahan dunia selama berabad-abad. Permainan ini menggunakan bola kecil berbahan kaca atau marmer yang disebut kelereng dan biasanya dimainkan di atas permukaan datar seperti tanah atau papan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional kelereng:

  1. Asal-usul: Asal usul permainan kelereng tidak jelas, namun diperkirakan berasal dari Mesir kuno dan menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan. Di Indonesia, permainan kelereng telah dimainkan sejak zaman dahulu dan menjadi populer di kalangan anak-anak.
  2. Alat-alat: Permainan kelereng dimainkan dengan menggunakan bola kecil berbahan kaca atau marmer yang disebut kelereng. Pemain biasanya menggunakan kelereng untuk memukul kelereng lainnya dengan tujuan untuk memenangkan kelereng dari lawannya.
  3. Cara bermain: Ada banyak variasi cara bermain kelereng di seluruh dunia. Salah satu cara bermain kelereng yang umum adalah dengan menaruh beberapa kelereng ke dalam lingkaran yang dibuat di atas tanah atau papan, kemudian pemain harus menembak kelereng ke dalam lingkaran tersebut dengan menggunakan kelereng lainnya. Pemain yang berhasil memasukkan kelereng ke dalam lingkaran akan memenangkan kelereng tersebut.
  4. Budaya: Permainan kelereng memiliki nilai budaya yang tinggi karena telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak di banyak negara. Selain itu, permainan kelereng juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik dan konsentrasi anak-anak.

Permainan tradisional kelereng masih dimainkan hingga saat ini di banyak negara di seluruh dunia. Meskipun cara bermainnya bervariasi, nilai budaya dan manfaat yang diberikan oleh permainan ini tetap sama. Permainan kelereng merupakan bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Batu Seremban

[sunting]

adalah permainan tradisional yang populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan batu kecil yang disusun dan ditangkap dengan tangan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional batu seremban:

  1. Asal-usul: Asal-usul permainan batu seremban tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan telah dimainkan selama berabad-abad.
  2. Alat-alat: Batu seremban dimainkan dengan menggunakan batu kecil yang biasanya terbuat dari bahan seperti kain, kertas, plastik, atau tanah liat. Batu tersebut ditangkap dan dilemparkan dengan menggunakan tangan
  3. Cara bermain: Ada banyak variasi cara bermain batu seremban di berbagai negara. Namun, secara umum, permainan ini dimainkan dengan cara memegang batu-batu kecil dengan satu tangan dan melemparkannya ke atas, kemudian menangkap dan menumpuk batu-batu tersebut sebanyak mungkin dengan tangan yang sama. Setelah itu, pemain harus melemparkan batu-batu kecil tersebut ke udara dan menangkapnya satu per satu dengan tangan yang lain, hingga semua batu terangkat. Setelah itu, pemain harus melemparkan batu-batu tersebut lagi, namun kali ini hanya satu batu yang ditangkap dengan tangan yang sama. Proses ini berlanjut hingga semua batu telah ditangkap.
  4. Budaya: Batu seremban adalah permainan yang memiliki nilai budaya yang tinggi di Asia Tenggara dan sering dimainkan sebagai bentuk hiburan dan olahraga untuk anak-anak dan orang dewasa. Permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik dan koordinasi tangan-mata, serta mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama dan persaingan sehat.

Permainan tradisional batu seremban merupakan permainan yang menarik dan dapat dimainkan oleh semua kalangan usia. Permainan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membantu meningkatkan keterampilan motorik dan koordinasi tangan-mata. Permainan batu seremban merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia dan perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Tarik tambang

[sunting]

adalah permainan tradisional yang biasanya dimainkan di luar ruangan oleh dua tim yang terdiri dari beberapa orang. Tujuan permainan ini adalah untuk menarik tali dari pihak lawan ke arah tim sendiri sehingga tim lawan jatuh atau melewati garis yang telah ditentukan di tengah lapangan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tarik tambang:

  • Sejarah: Tarik tambang telah dimainkan selama berabad-abad di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Awalnya, permainan ini dimainkan untuk mengukur kekuatan dan keberanian antar kelompok masyarakat.
  • Alat-alat: Alat utama yang dibutuhkan untuk memainkan tarik tambang adalah tali yang kuat dan panjang, biasanya terbuat dari kapas atau nilon. Tali ini kemudian diikatkan pada pohon atau tiang yang kokoh di kedua ujungnya. Selain itu, sepatu yang sesuai dengan permukaan lapangan juga diperlukan untuk mencegah tergelincir.
  • Cara bermain: Dalam tarik tambang, dua tim saling berhadapan di kedua ujung tali dan berusaha menarik tali sekuat mungkin ke arah tim masing-masing. Pemenang ditentukan berdasarkan tim yang berhasil menarik tali hingga lawan mereka melewati garis tengah atau jatuh ke tanah. Ada beberapa variasi dalam cara bermain tarik tambang, misalnya membagi tim dengan jumlah pemain yang sama atau memberi penalti kepada tim yang melakukan kesalahan.
  • Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, tarik tambang juga memiliki manfaat fisik dan psikologis. Permainan ini dapat membantu meningkatkan kekuatan fisik dan koordinasi antar pemain dalam tim. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan tim, kerja sama, dan komunikasi dalam tim.

Permainan tradisional tarik tambang merupakan permainan yang sangat populer dan sering dimainkan di berbagai acara seperti festival, acara olahraga, atau kegiatan keluarga. Permainan ini dapat dimainkan oleh orang-orang dari segala usia dan merupakan cara yang bagus untuk membangun keterampilan tim dan meningkatkan kekuatan fisik dan koordinasi. Permainan tarik tambang merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia dan perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Gasing Pangkah

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan dengan menggunakan gasing. Gasing biasanya terbuat dari kayu atau logam, dan dimainkan dengan cara memutar gasing di atas tanah atau permukaan lainnya. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan gasing pangkah:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, Anda memerlukan gasing yang biasanya terbuat dari kayu atau logam. Gasing tersebut memiliki ukuran dan berat yang berbeda-beda, tergantung dari kebiasaan atau tradisi di daerah tertentu. Selain itu, Anda juga memerlukan bidang atau permukaan datar yang cukup luas untuk memutar gasing.
  2. Cara bermain: Pemain akan saling beradu gasing di atas permukaan tanah atau bidang yang datar. Ada dua cara umum dalam memainkan permainan gasing pangkah, yaitu memutar gasing menggunakan tali atau tanpa tali. Pada umumnya, pemain yang mampu membuat gasingnya berputar dengan waktu yang lama atau memiliki gasing yang lebih berat, akan memenangkan permainan.
  3. Aturan: Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini, seperti jumlah waktu yang diberikan untuk memutar gasing, cara menghitung skor, dan sebagainya. Aturan permainan dapat berbeda-beda tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, gasing pangkah juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan koordinasi tangan-mata. Selain itu, permainan ini juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan strategi dalam mengatur waktu dan kekuatan saat memutar gasing.

Permainan gasing pangkah merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia dan biasanya dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik dan mental. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti gasing pangkah perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Kasti

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan dengan menggunakan bola dan alat pemukul (kasti). Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak atau remaja, dan memerlukan minimal dua pemain. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan kasti:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, Anda memerlukan bola yang biasanya terbuat dari kain atau karet, serta kasti yang terdiri dari dua atau tiga batang kayu yang disusun membentuk huruf "V". Ukuran kasti biasanya bervariasi tergantung pada tradisi di daerah tertentu.
  2. Cara bermain: Pemain akan memukul bola dengan kasti, dan mencoba melempar bola sejauh mungkin ke arah lawan. Lawan harus menangkap bola dan melemparkannya kembali ke pemain pertama. Setiap kali bola dilempar dan berhasil ditangkap oleh lawan, pemain harus berlari mengelilingi area permainan sebelum bola dikembalikan ke pemain yang memukul bola tadi. Pemain yang berhasil melempar bola sejauh mungkin dan berhasil mengelilingi area permainan lebih cepat dari lawannya akan memenangkan permainan.
  3. Aturan: Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini, seperti jumlah pemain, ukuran lapangan, cara menghitung skor, dan sebagainya. Aturan permainan dapat berbeda-beda tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, kasti juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan koordinasi tangan-mata. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan fisik, serta mengembangkan keterampilan sosial dan tim.

Permainan kasti merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia, terutama di daerah Jawa dan Sumatera. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik dan sosial. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti kasti perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Galah Panjang

[sunting]

adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan menggunakan sebatang kayu panjang yang disebut "galah". Galah Panjang biasanya dimainkan oleh anak-anak di Kalimantan Selatan, tetapi masih cukup populer di beberapa daerah di Indonesia. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan Galah Panjang:

  1. Alat-alat: Alat utama yang dibutuhkan untuk memainkan Galah Panjang adalah sebuah galah kayu panjang yang biasanya terbuat dari kayu jati atau kayu bengkirai. Selain itu, dibutuhkan juga sebuah bola yang biasanya terbuat dari kain atau plastik.
  2. Cara bermain: Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari beberapa orang. Tim pertama akan melemparkan bola ke arah tim kedua, dan tim kedua harus menangkap bola tersebut menggunakan galah. Setelah berhasil menangkap bola, anggota tim kedua harus berlari sambil membawa bola dan melompati galah yang diletakkan di tanah oleh tim pertama. Setiap anggota tim kedua yang berhasil melompati galah dengan bola di tangan akan mendapatkan satu poin untuk timnya. Setelah semua anggota tim kedua selesai melakukan lompatan, giliran tim pertama untuk melemparkan bola dan menangkap bola yang dikembalikan oleh tim kedua.
  3. Manfaat: Galah Panjang merupakan permainan yang sangat menyenangkan dan dapat membantu mengembangkan keterampilan motorik dan koordinasi pada anak-anak. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan tim dan kerja sama antar pemain.

Referensi

[sunting]

Gobak Sodor

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan dengan mengelilingi pemain lawan dan mencoba menangkap mereka dengan menyentuh atau memukul tubuh mereka. Biasanya dimainkan oleh anak-anak di Indonesia, permainan ini memerlukan minimal 5-10 pemain.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan Gobak Sodor:

  1. Persiapan: Permainan ini tidak memerlukan alat khusus, namun dibutuhkan lapangan yang cukup luas dan pemain yang cukup banyak.
  2. Cara bermain: Permainan ini dimulai dengan pemilihan tim. Setiap tim memiliki satu atau dua pemain yang menjadi "raja" atau "ratu". Pemain-pemain yang lain mencoba untuk menangkap ratu lawan dengan menyentuh atau memukul mereka, sementara pemain yang menjadi raja atau ratu berusaha untuk melindungi diri dan menghindari serangan lawan. Jika pemain yang menjadi raja atau ratu ditangkap, maka ia menjadi pemain biasa dan bermain sebagai bagian dari tim yang menangkapnya. Permainan berakhir ketika semua pemain satu tim telah ditangkap.
  3. Aturan: Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini, seperti jumlah pemain, waktu, dan cara menghitung skor. Aturan permainan dapat bervariasi tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, Gobak Sodor juga dapat membantu meningkatkan kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan keterampilan sosial. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan fisik.

Permainan Gobak Sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang cukup populer di Indonesia dan sering dimainkan di lingkungan sekolah, taman, atau perkampungan. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik dan sosial. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti Gobak Sodor perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Sepak Raga

[sunting]

adalah sebuah permainan tradisional asal Indonesia yang dimainkan dengan menendang sebuah bola bulat yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua tim, masing-masing dengan lima sampai sepuluh orang pemain.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Sepak Raga:

  1. Persiapan: Sepak Raga tidak memerlukan banyak persiapan. Hanya dibutuhkan bola bulat yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan, dan sebuah lapangan yang cukup luas.
  2. Cara Bermain: Permainan dimulai dengan sebuah lemparan koin atau dadu untuk menentukan tim mana yang akan memulai permainan. Setiap tim mencoba untuk mengirim bola ke lapangan lawan dengan menendangnya. Bola yang sudah berada di lapangan lawan tidak boleh disentuh oleh pemain yang sedang bermain di lapangan itu sendiri, kecuali oleh penjaga gawang yang bertugas menjaga gawang dari serangan lawan. Jika bola berhasil masuk ke gawang lawan, maka tim yang melakukan gol akan mendapatkan poin. Permainan berakhir ketika waktu habis atau ketika salah satu tim telah mencapai jumlah poin tertentu.
  3. Aturan: Sepak Raga memiliki beberapa aturan yang harus diperhatikan, seperti jumlah pemain, waktu, dan cara menghitung skor. Aturan permainan dapat bervariasi tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, Sepak Raga juga dapat membantu meningkatkan kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan keterampilan sosial. Selain itu, permainan ini juga dapat membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan fisik.

Sepak Raga merupakan salah satu permainan tradisional yang cukup populer di Indonesia dan sering dimainkan oleh masyarakat di pedesaan. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik dan sosial. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti Sepak Raga perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Lompat Tali

[sunting]

adalah sebuah permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan seutas tali yang diikatkan pada kedua ujungnya dan kemudian diputar. Pemain kemudian melompati tali dengan cara yang telah ditentukan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Lompat Tali:

  1. Persiapan: Permainan Lompat Tali tidak memerlukan banyak persiapan. Hanya dibutuhkan seutas tali yang cukup panjang dan lapangan yang cukup luas.
  2. Cara Bermain: Permainan dimulai dengan satu orang yang memutar tali, sementara pemain lainnya berdiri di dekatnya dan siap untuk melompati tali. Pemain kemudian melompati tali dengan cara yang telah ditentukan, seperti melompat dengan kedua kaki sekaligus, atau hanya dengan satu kaki. Setiap kali pemain berhasil melompati tali, tali akan diputar dengan lebih cepat dan pemain harus melompati tali dengan lebih cepat pula. Jika seorang pemain gagal melompati tali, maka giliran berikutnya akan diberikan pada pemain lain.
  3. Aturan: Lompat Tali memiliki beberapa aturan yang harus diperhatikan, seperti jumlah pemain, cara melompati tali, dan cara menghitung skor. Aturan permainan dapat bervariasi tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, Lompat Tali juga dapat membantu meningkatkan kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan keterampilan motorik. Permainan ini juga dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru.

Lompat Tali adalah salah satu permainan tradisional yang sangat populer dan sering dimainkan di Indonesia. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti Lompat Tali perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Kubu

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari beberapa orang. Permainan ini berasal dari Sulawesi Selatan dan sering dimainkan oleh masyarakat Bugis-Makassar. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Kubu:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan lapangan yang cukup luas dan terbagi menjadi dua wilayah untuk masing-masing tim. Selain itu, dibutuhkan juga sebuah bola atau benda lain yang dapat dilemparkan.
  2. Cara Bermain: Dalam permainan ini, dua tim saling berhadapan di lapangan yang sudah terbagi menjadi dua wilayah. Tujuan dari permainan ini adalah untuk melemparkan bola ke wilayah lawan dan menghindari bola yang dilemparkan oleh lawan. Setiap kali bola berhasil masuk ke wilayah lawan, tim tersebut akan mendapatkan poin. Tim dengan jumlah poin terbanyak pada akhir permainan akan menjadi pemenang.
  3. Aturan: Permainan tradisional Kubu memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua pemain. Misalnya, pemain tidak diizinkan untuk menangkap bola menggunakan tangan, dan jika terjadi pelanggaran, maka pemain tersebut akan didiskualifikasi dari permainan. Selain itu, terdapat juga aturan tentang cara menghitung skor dan durasi permainan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, Kubu juga dapat membantu meningkatkan kekuatan fisik, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, serta daya konsentrasi. Permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti sportivitas, kerjasama, dan kejujuran.

Permainan tradisional Kubu merupakan salah satu permainan yang cukup populer di Sulawesi Selatan dan dapat dimainkan oleh semua kalangan. Meskipun terlihat sederhana, permainan ini membutuhkan strategi dan kerjasama antar tim agar dapat meraih kemenangan. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti Kubu perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Bola Tampar

[sunting]

atau sering disebut dengan "sepak takraw" adalah permainan yang populer di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memukul bola dengan bagian-bagian tubuh ke area lawan sehingga bola jatuh ke lapangan lawan dan tidak bisa dijangkau oleh lawan.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional bola tampar:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan bola yang terbuat dari anyaman rotan atau plastik, dan lapangan yang terbagi menjadi dua wilayah yang dipisahkan oleh net. Lapangan dapat berupa lapangan rumput atau lapangan keras dengan ukuran standar yang sudah ditetapkan.
  2. Cara Bermain: Setiap tim akan berusaha memukul bola ke area lawan menggunakan kaki, dada, atau kepala. Ketika bola jatuh ke lapangan lawan dan tidak bisa dijangkau oleh lawan, maka tim tersebut akan mendapatkan poin. Tim dengan jumlah poin terbanyak pada akhir permainan akan menjadi pemenang.
  3. Aturan: Permainan tradisional bola tampar memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua pemain. Misalnya, pemain tidak diperbolehkan menyentuh bola lebih dari tiga kali berturut-turut, atau bola tidak boleh disentuh dengan tangan. Selain itu, terdapat juga aturan tentang cara menghitung skor dan durasi permainan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, bola tampar juga dapat membantu meningkatkan kekuatan fisik, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, serta daya konsentrasi. Permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti sportivitas, kerjasama, dan kejujuran.

Permainan tradisional bola tampar merupakan salah satu permainan yang populer di Asia Tenggara dan dapat dimainkan oleh semua kalangan. Meskipun terlihat sederhana, permainan ini membutuhkan keterampilan dan koordinasi yang baik antara anggota tim untuk meraih kemenangan. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti bola tampar perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Mariam Buluh

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari tanah Melayu dan populer dimainkan di daerah-daerah Indonesia juga. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan sebatang buluh dan bola kecil yang terbuat dari getah.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Mariam Buluh:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan sebatang buluh yang berukuran sekitar 1,5-2 meter dan bola kecil yang terbuat dari getah. Buluh biasanya dipotong dan dihaluskan pada bagian ujungnya sehingga menjadi runcing.
  2. Cara Bermain: Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari masing-masing tiga hingga lima orang. Setiap tim berdiri di sisi yang berlawanan dan memegang buluh di tangan kanan. Sebuah bola kecil terbuat dari getah kemudian dilemparkan ke udara dan tim lain harus menangkapnya menggunakan buluh yang mereka pegang.
  3. Aturan: Terdapat beberapa aturan dalam permainan ini, antara lain tidak boleh memegang bola dengan tangan, bola tidak boleh disentuh dengan bagian tubuh selain buluh, dan bola harus ditangkap dengan cara memukulnya dengan buluh. Setiap kali bola jatuh ke tanah, tim yang melakukan kesalahan harus memberikan poin kepada tim lawan.
  4. Manfaat: Permainan tradisional Mariam Buluh dapat membantu meningkatkan koordinasi tangan dan mata, konsentrasi, dan ketepatan dalam memukul bola. Selain itu, permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, kejujuran, dan fair play.

Permainan tradisional Mariam Buluh adalah salah satu permainan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting. Oleh karena itu, permainan ini perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Teng-teng

[sunting]

adalah permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak di Indonesia. Permainan ini cukup sederhana dan tidak memerlukan alat atau bahan yang rumit.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Teng-teng:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan lima buah biji kacang hijau atau biji-bijian lainnya yang berukuran kecil. Biji-bijian ini kemudian diikatkan menjadi satu dengan menggunakan benang atau tali.
  2. Cara Bermain: Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih. Setiap pemain harus mempunyai sepasang batu yang disebut sebagai "teng-teng". Cara bermainnya adalah dengan membuang biji-biji kacang tersebut ke atas dan kemudian memukulnya dengan teng-teng hingga biji-biji tersebut jatuh ke tanah. Pemain kemudian harus mengambil biji-biji tersebut satu per satu tanpa membiarkan teng-teng tersebut terkena biji-biji tersebut. Jika berhasil, pemain akan lanjut ke tingkat selanjutnya dengan menambah jumlah biji-biji tersebut hingga mencapai lima biji-biji.
  3. Aturan: Terdapat beberapa aturan dalam permainan ini, seperti tidak boleh menangkap biji-biji kacang dengan tangan atau membiarkan teng-teng terkena biji-biji tersebut. Jika salah satu aturan dilanggar, giliran pemain tersebut akan berakhir dan giliran akan dialihkan kepada pemain berikutnya.
  4. Manfaat: Permainan tradisional Teng-teng dapat membantu melatih koordinasi mata dan tangan, serta mengasah konsentrasi dan ketepatan dalam mengambil biji-biji kacang. Selain itu, permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, kejujuran, dan fair play.

Permainan tradisional Teng-teng masih banyak dimainkan oleh anak-anak di Indonesia, terutama di pedesaan. Permainan ini dapat menjadi alternatif permainan yang menyenangkan dan mengasah keterampilan motorik dan konsentrasi bagi anak-anak.

Kuda Kepang

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari Jawa dan biasanya dimainkan oleh sekelompok pemuda atau dewasa dengan menggunakan topeng kuda kepang dan kain berwarna-warni yang diikatkan pada bambu. Kuda kepang adalah istilah yang merujuk pada tari-tarian atau gerakan yang dilakukan oleh sekelompok pemain yang membentuk satu kelompok. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Kuda Kepang:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan topeng kuda kepang dan kain berwarna-warni yang diikatkan pada bambu. Selain itu, pemain juga memerlukan alat musik seperti kendang dan angklung untuk mengiringi tarian kuda kepang.
  2. Cara Bermain: Permainan ini dimainkan oleh sekelompok pemain yang membentuk satu kelompok dengan menggunakan topeng kuda kepang dan kain berwarna-warni yang diikatkan pada bambu. Kelompok ini kemudian menari dan menggerakkan kuda kepang dengan irama musik yang dimainkan oleh kendang dan angklung. Gerakan kuda kepang dipercayai dapat memanggil roh nenek moyang dan membawa keberuntungan.
  3. Aturan: Permainan tradisional Kuda Kepang tidak memiliki aturan yang ketat. Namun, perlu diingat bahwa permainan ini dilakukan dengan tujuan yang baik dan positif, yaitu untuk menghibur dan membawa keberuntungan. Oleh karena itu, setiap pemain harus mematuhi aturan sopan santun dan etika yang berlaku.
  4. Manfaat: Permainan tradisional Kuda Kepang dapat memberikan manfaat bagi pemainnya, seperti meningkatkan kepercayaan diri, keterampilan sosial, keterampilan musik, dan kreativitas. Selain itu, permainan ini juga dapat mempererat hubungan sosial antar pemain dan masyarakat sekitarnya.

Permainan tradisional Kuda Kepang masih sangat populer di Indonesia dan sering dipertunjukkan dalam acara-acara tertentu, seperti perayaan hari besar keagamaan atau perayaan tradisional lainnya. Permainan ini tidak hanya menghibur tetapi juga melestarikan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Referensi

[sunting]

Congklak

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan papan congklak dan biji-bijian kecil sebagai permainannya. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di Indonesia dan populer di berbagai daerah di Indonesia.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional congklak:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan papan congklak yang terdiri dari 2 baris lubang dan biji-bijian kecil sebagai permainannya. Papan congklak dapat dibuat dari kayu atau bahan lainnya dan dapat ditemukan di toko mainan atau pasar tradisional.
  2. Cara Bermain: Pemain akan duduk berhadapan di sisi papan congklak yang berlawanan. Setiap pemain akan memiliki 7 lubang di depannya dan 1 lubang besar di sisi kanannya. Bijian-bijian akan diletakkan di setiap lubang kecuali di lubang besar. Pemain harus mengambil bijian dari lubang dan meletakkan satu per satu di setiap lubang berikutnya secara berlawanan arah jarum jam. Jika bijian yang diambil berakhir di lubang besar, pemain dapat mengambil bijian dari lubang di sisi lawan.
  3. Tujuan: Tujuan permainan ini adalah untuk mengumpulkan bijian-bijian sebanyak mungkin di lubang besar milik pemain. Pemain dengan bijian terbanyak di lubang besar di akhir permainan adalah pemenangnya.
  4. Aturan: Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan saat memainkan congklak. Jika bijian terakhir jatuh di lubang kosong milik lawan, pemain dapat mengambil bijian dari lubang di sebelahnya. Jika bijian terakhir jatuh di lubang milik pemain dan membuat bijian di lubang berikutnya milik lawan menjadi ganjil, pemain dapat mengambil bijian tersebut. Jika bijian terakhir jatuh di lubang milik pemain dan membuat bijian di lubang berikutnya milik lawan menjadi genap, bijian-bijian tersebut akan diambil oleh lawan dan dimasukkan ke dalam lubang besar.
  5. Manfaat: Permainan tradisional congklak dapat memberikan manfaat bagi pemainnya, seperti meningkatkan keterampilan kognitif, keterampilan strategi, konsentrasi, dan keterampilan sosial. Selain itu, permainan ini juga dapat mempererat hubungan sosial antar pemain dan masyarakat sekitarnya.

Permainan tradisional congklak masih sering dimainkan di Indonesia dan menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. Permainan ini tidak hanya menghibur tetapi juga melestarikan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Referensi

[sunting]

Engklek

[sunting]

merupakan permainan yang berasal dari Indonesia dan biasanya dimainkan oleh anak-anak. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan batu atau kelereng sebagai media permainan.

Cara bermain engklek adalah dengan menyiapkan sebuah kotak yang biasanya dibuat dari kayu atau karton, dengan ukuran yang cukup besar untuk memasukkan batu atau kelereng. Selanjutnya, kotak tersebut diisi dengan batu atau kelereng sebanyak 10 sampai 12 buah.

Dalam permainan ini, pemain harus membuang satu buah batu ke udara dan kemudian memungut satu buah batu dari kotak tersebut dan menangkap kembali batu yang dilemparkan ke udara sebelum jatuh ke tanah. Setelah itu, pemain harus melemparkan kembali batu ke udara dan mengambil dua buah batu dari kotak tersebut dan menangkap kembali batu yang dilemparkan ke udara sebelum jatuh ke tanah.

Proses ini terus dilakukan hingga pemain berhasil mengambil semua batu dari kotak tersebut. Jika pemain melakukan kesalahan dalam menangkap batu yang dilemparkan ke udara atau saat mengambil batu dari kotak, maka giliran akan berpindah ke pemain berikutnya. Pemain yang berhasil mengambil semua batu dari kotak tersebut akan menjadi pemenang dalam permainan ini.

Referensi

[sunting]

Rengginang

[sunting]

merupakan salah satu permainan yang berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan benda-benda seperti rengginang, gelas, dan batu kecil. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memenangkan poin sebanyak-banyaknya dengan cara melempar rengginang ke dalam gelas yang diisi dengan batu kecil.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional rengginang:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan beberapa benda seperti rengginang, gelas kecil, dan batu kecil. Rengginang yang digunakan biasanya terbuat dari beras yang telah digoreng hingga kering. Gelas diisi dengan batu kecil sebanyak dua pertiga dari kapasitas gelas.
  2. Cara Bermain: Pemain akan melemparkan rengginang ke arah gelas yang diisi dengan batu kecil dari jarak yang ditentukan. Setiap kali rengginang masuk ke dalam gelas, pemain akan mendapatkan poin. Pemain dengan poin terbanyak dianggap sebagai pemenang.
  3. Aturan: Permainan tradisional rengginang memiliki beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh semua pemain. Misalnya, jarak yang ditentukan antara pemain dan gelas harus sama untuk semua pemain. Selain itu, terdapat juga aturan tentang cara melemparkan rengginang dan penilaian poin.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, permainan tradisional rengginang juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik, konsentrasi, dan ketepatan dalam melihat jarak. Selain itu, permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama dan persaingan yang sehat.

Permainan tradisional rengginang merupakan salah satu permainan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting di Jawa Tengah. Oleh karena itu, permainan ini perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Tebak Kelereng

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan dengan menggunakan kelereng. Tujuan permainan ini adalah untuk menebak di mana letak kelereng yang disembunyikan oleh pemain lain di antara sejumlah kelereng lainnya yang diacak. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tebak kelereng:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, Anda memerlukan sejumlah kelereng yang biasanya terbuat dari gelas atau batu-batuan kecil. Sejumlah kelereng yang diambil dan dimainkan disebut sebagai "lubang". Sebelum permainan dimulai, pemain yang bertindak sebagai "tuan rumah" akan menyembunyikan satu kelereng di antara beberapa kelereng lainnya yang diacak.
  2. Cara bermain: Setelah satu kelereng disembunyikan, pemain lain akan mencoba menebak di mana letak kelereng tersebut berada. Setiap pemain memiliki beberapa kesempatan untuk memilih lubang yang berbeda-beda dan menebak apakah kelereng berada di dalamnya atau tidak. Jika tebakannya benar, ia berhak mendapatkan kelereng-kelereng yang telah dipilih oleh pemain lain. Namun, jika tebakannya salah, maka ia harus memberikan kelerengnya kepada pemain yang memiliki giliran selanjutnya untuk menebak.
  3. Aturan: Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini, seperti jumlah kesempatan yang diberikan kepada setiap pemain untuk menebak, cara menghitung kelereng yang didapat, dan sebagainya. Aturan permainan dapat berbeda-beda tergantung pada daerah atau komunitas tempat permainan ini dimainkan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, tebak kelereng juga dapat membantu meningkatkan keterampilan visual dan koordinasi tangan-mata. Selain itu, permainan ini juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan strategi dalam memilih lubang yang akan ditebak.

Permainan tebak kelereng merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia dan biasanya dimainkan oleh anak-anak. Meskipun sederhana, permainan ini memiliki manfaat yang cukup besar dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan anak-anak. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti tebak kelereng perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Kipas Bangsawan

[sunting]

atau biasa juga disebut "Sampyong" adalah sebuah permainan tradisional yang cukup populer di Indonesia. Permainan ini melibatkan seorang pemain yang akan menggerakkan sebuah kipas dengan tujuan menghindari serangan dari lawan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional Kipas Bangsawan:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, hanya dibutuhkan sebuah kipas dan dua pemain atau lebih.
  2. Cara Bermain: Dalam permainan ini, satu pemain akan memegang kipas dan menggunakan kipas tersebut untuk menghalau serangan lawan. Lawan akan mencoba menyerang pemain dengan menggunakan tangan atau alat lainnya. Pemain yang memegang kipas harus bisa menggerakkan kipas dengan cepat dan tepat sehingga bisa menghindari serangan lawan. Pemain yang berhasil menghindari serangan lawan dan tidak terkena serangan akan memperoleh poin.
  3. Aturan: Kipas Bangsawan memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua pemain. Misalnya, pemain tidak diizinkan menyerang lawan dengan cara yang membahayakan atau melukai, dan jika terjadi pelanggaran, maka pemain tersebut akan didiskualifikasi dari permainan. Selain itu, terdapat juga aturan tentang cara menghitung skor dan cara memulai permainan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, Kipas Bangsawan juga dapat membantu meningkatkan koordinasi mata dan tangan, kelincahan, serta daya konsentrasi. Permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti sportivitas, kerjasama, dan pengendalian diri.

Kipas Bangsawan atau Sampyong adalah salah satu permainan tradisional yang unik dan menarik untuk dimainkan. Meskipun terlihat sederhana, permainan ini membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam menggerakkan kipas. Oleh karena itu, permainan tradisional seperti Kipas Bangsawan perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Referensi

[sunting]

Gasing

[sunting]

merupakan salah satu permainan tradisional yang populer di Indonesia. Permainan ini dimainkan dengan cara memutar gasing di atas permukaan tanah datar atau di dalam arena yang khusus dibuat. Gasing terbuat dari bahan kayu atau logam dengan berbagai ukuran dan bentuk.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang permainan tradisional gasing:

  1. Persiapan: Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan gasing, tali untuk memutar gasing, dan permukaan tanah yang datar. Gasing terbuat dari bahan kayu atau logam dengan berbagai ukuran dan bentuk. Pada bagian atas gasing terdapat penyangga berbentuk kerucut yang akan berputar saat gasing diputar dengan tali.
  2. Cara Bermain: Pemain akan memutar gasing dengan tali hingga mencapai kecepatan yang tinggi. Setelah itu, gasing dilemparkan ke permukaan tanah datar atau di dalam arena yang khusus dibuat. Pemain yang gasingnya berputar paling lama dianggap sebagai pemenang.
  3. Aturan: Permainan tradisional gasing memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua pemain. Misalnya, pemain harus memutar gasing dengan tali dan tidak diperbolehkan menggunakan tangan. Selain itu, terdapat juga aturan tentang ukuran dan bentuk gasing yang digunakan.
  4. Manfaat: Selain sebagai permainan yang menyenangkan, permainan tradisional gasing juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik, konsentrasi, dan ketahanan fisik. Selain itu, permainan ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kesabaran, kerja keras, dan sportivitas.

Permainan tradisional gasing merupakan salah satu permainan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting. Oleh karena itu, permainan ini perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Di Indonesia, terdapat beberapa daerah yang terkenal dengan permainan gasing, seperti Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Referensi

[sunting]

Panjat Pinang

[sunting]

adalah permainan yang biasanya dilakukan dalam rangka perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia atau saat acara-acara besar lainnya. Permainan ini dimainkan dengan menaiki tiang yang telah dilumasi dengan minyak dan dihiasi dengan berbagai hadiah yang ditempelkan di puncak tiang.

Cara bermain permainan tradisional panjat pinang adalah dengan menyiapkan sebuah tiang yang tingginya mencapai beberapa meter, biasanya sekitar 10-15 meter. Tiang tersebut kemudian dilumasi dengan minyak atau lemak hewan sehingga permukaannya menjadi sangat licin dan sulit untuk dipanjat.

Pemain kemudian berusaha untuk memanjat tiang tersebut dan mencapai puncaknya, dimana terdapat berbagai hadiah yang ditempelkan di sana, seperti uang, mainan, atau makanan. Pemain yang berhasil mencapai puncak dan mengambil hadiah tersebut akan menjadi pemenang dalam permainan ini.

Namun, memanjat tiang yang sangat licin dan tinggi tentu saja tidak mudah. Biasanya, para pemain akan berusaha untuk membentuk sebuah piramida dengan menumpuk tubuh mereka satu sama lain untuk mencapai puncak tiang. Permainan tradisional panjat pinang sering kali menyedot perhatian penonton yang menyaksikan dan memberikan kesan yang sangat spektakuler.

Referensi

[sunting]

Bakiak

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari Jawa Timur, Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak atau remaja dengan cara mengenakan kayu kecil yang berbentuk seperti sepatu (bakiak) pada kaki mereka dan berjalan di atasnya.

Cara bermain permainan tradisional bakiak adalah dengan menyiapkan dua buah bakiak kayu untuk setiap pemain. Pemain kemudian menempatkan kaki mereka pada bakiak tersebut, sambil memegang bakiak dengan tangan mereka.

Setelah itu, pemain berusaha untuk berjalan di atas bakiak tersebut, dengan cara mengayunkan kaki mereka dan memindahkan beban tubuh mereka dari satu bakiak ke bakiak yang lainnya. Tantangannya adalah untuk menjaga keseimbangan dan menghindari jatuh dari atas bakiak.

Permainan tradisional bakiak biasanya dimainkan dalam tim, di mana dua tim bersaing satu sama lain untuk melintasi jarak tertentu dengan bakiak mereka. Tim yang berhasil melintasi jarak tersebut dengan cepat dan tanpa jatuh dari atas bakiak adalah pemenangnya.

Permainan tradisional bakiak tidak hanya menyenangkan untuk dimainkan, tetapi juga dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh. Selain itu, permainan ini juga menjadi bagian dari tradisi dan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Referensi

[sunting]

Terompah Gergasi

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Malaysia. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan terompah kayu yang berukuran besar dan berat, sehingga membutuhkan kekuatan dan ketangkasan untuk memainkannya.

Cara bermain permainan tradisional Terompah Gergasi adalah dengan menempatkan terompah kayu yang berukuran besar di depan pemain. Pemain kemudian harus memegang terompah tersebut dengan tangan mereka dan mengangkatnya di atas kepala mereka.

Tantangannya adalah untuk mengayunkan terompah tersebut ke belakang dan kemudian mendorongnya sejauh mungkin dengan satu tendangan. Pemain yang berhasil mengirim terompah tersebut sejauh mungkin akan menjadi pemenangnya.

Permainan tradisional Terompah Gergasi sering dimainkan dalam acara-acara perayaan seperti Hari Raya atau acara adat lainnya. Selain sebagai bentuk hiburan, permainan ini juga melatih kekuatan dan ketangkasan tubuh serta memupuk semangat persaingan yang sehat dan kebersamaan.

Referensi

[sunting]

Egrang

[sunting]

atau biasa juga disebut dengan stilt walking adalah permainan tradisional yang biasa dimainkan dengan menggunakan alat yang disebut egrang. Alat ini terbuat dari dua potongan kayu yang dipasang bersilangan dan diikat pada kedua ujungnya dengan seutas tali.

Cara bermain permainan tradisional egrang adalah dengan memasang egrang pada kaki dan melangkah ke atas egrang tersebut. Setelah berhasil berdiri di atas egrang, pemain kemudian berjalan atau berlari dengan menggunakan egrang.

Tantangan dalam permainan egrang adalah untuk menjaga keseimbangan saat berjalan atau berlari di atas egrang, karena egrang tersebut tinggi dan tidak stabil seperti saat berjalan biasa.

Permainan tradisional egrang biasanya dimainkan dalam acara perayaan seperti Hari Raya atau perayaan adat lainnya. Selain sebagai bentuk hiburan, permainan ini juga melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh serta memupuk semangat persaingan yang sehat dan kebersamaan.

Referensi

[sunting]

Dakon

[sunting]

adalah sebuah permainan yang dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan papan berlubang dan biji-bijian sebagai alat mainnya. Permainan ini biasanya dimainkan di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara Asia lainnya.

Papan dakon terbuat dari kayu atau bambu, dan terdiri dari dua baris lubang sebanyak tujuh buah untuk setiap barisnya. Pada salah satu ujung papan terdapat dua buah lubang yang lebih besar, yang disebut sebagai rumah atau gudang.

Cara bermain permainan tradisional dakon adalah dengan menempatkan 7 biji-bijian pada masing-masing lubang kecuali pada lubang rumah atau gudang. Pada giliran pemain, ia akan mengambil semua biji dari satu lubang di baris miliknya dan membagi-bagikan satu per satu ke dalam lubang yang bersebrangan dengan lubang tersebut, termasuk lubang rumah atau gudang. Jika pemain berhasil memasukkan biji ke dalam lubang gudang, maka ia mendapat kesempatan untuk bermain lagi. Pemain yang berhasil mengambil semua biji dari baris miliknya dan memasukkannya ke dalam lubang gudang lebih banyak dari lawannya, maka ia dinyatakan sebagai pemenang.

Permainan tradisional dakon memperkuat otak dalam berpikir, membuat perhitungan dan strategi yang efektif, serta meningkatkan kemampuan konsentrasi. Selain itu, permainan ini juga memupuk semangat persaingan yang sehat dan kerja sama tim.

Referensi

[sunting]

Jangkrik Genggong

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan dengan menggunakan jangkrik dan alat musik genggong. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di Indonesia, terutama di daerah Jawa.

Cara bermain permainan tradisional jangkrik genggong adalah dengan menangkap jangkrik liar yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal. Jangkrik kemudian diletakkan di dalam sebuah wadah kecil, seperti botol plastik bekas. Setelah itu, pemain akan memainkan alat musik genggong yang terbuat dari bambu, dengan cara meniup bagian ujungnya.

Tujuan dari permainan ini adalah untuk membuat jangkrik tersebut tertarik dan datang mendekati alat musik genggong yang dimainkan. Jangkrik kemudian akan mencoba memanjat alat musik genggong, dan pemain harus berusaha menangkap jangkrik tersebut dengan cepat dan tepat.

Pemain yang berhasil menangkap jangkrik tersebut, maka jangkrik tersebut akan menjadi miliknya dan bisa dimainkan kembali pada kesempatan bermain selanjutnya. Permainan ini mengasah keterampilan motorik halus, kecepatan tangan, dan konsentrasi. Selain itu, permainan tradisional jangkrik genggong juga bisa memupuk kecintaan terhadap alam dan hewan-hewan kecil di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Benthik

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan bola kecil yang terbuat dari rotan dan kayu.

Cara bermain permainan tradisional benthik adalah dengan dua tim yang saling berhadapan. Setiap tim terdiri dari beberapa pemain, dan masing-masing pemain harus melempar bola ke tim lawan dengan menggunakan tangan mereka. Tujuannya adalah untuk memukul pemain lawan dengan bola tersebut.

Jika bola tersebut berhasil mengenai pemain lawan, maka pemain tersebut akan dikeluarkan dari permainan dan tim lawan akan mendapatkan poin. Namun, jika pemain lawan berhasil menangkap bola tersebut, maka dia memiliki kesempatan untuk membalas dan melempar bola ke tim lawan.

Permainan ini berlangsung dalam beberapa putaran, dan tim dengan jumlah pemain terakhir yang tersisa adalah pemenangnya. Permainan tradisional benthik mengasah keterampilan motorik dan kecepatan tanggapan pemain, serta kerja sama tim. Permainan ini sering dimainkan pada acara-acara tradisional, seperti pernikahan atau festival lokal.

Referensi

[sunting]

Capit

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Jawa. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan sebuah alat yang terbuat dari kayu atau bambu yang bentuknya menyerupai kapak kecil yang disebut "capit".

Cara bermain permainan tradisional Capit adalah dengan melemparkan Capit ke udara dan menangkapnya dengan telapak tangan. Setelah berhasil menangkap Capit, pemain harus memegang Capit dengan satu tangan dan melemparkannya ke atas dengan satu tangan yang lainnya. Pemain harus terus menerus melempar dan menangkap Capit secara bergantian.

Selama bermain, pemain harus menghindari terjadinya kesalahan seperti menjatuhkan Capit atau gagal menangkap Capit. Jika terjadi kesalahan, maka pemain harus memberikan kesempatan bermain kepada pemain lainnya. Pemain yang berhasil bertahan sampai akhir tanpa melakukan kesalahan adalah pemenangnya.

Permainan tradisional Capit bisa dimainkan secara individu atau berkelompok. Selain menjadi permainan yang menyenangkan, permainan tradisional Capit juga dapat melatih keterampilan motorik, koordinasi mata dan tangan, serta konsentrasi pemain. Permainan ini biasanya dimainkan pada saat perayaan seperti Hari Raya Idul Fitri atau acara-acara tradisional lainnya.

Besimbon

[sunting]

dalam bahasa Bulungan berarti melambungkan benda dari telapak tangan dan kemudian disambut dengan belakang tangan (punggung tangan), adalah nama jenis permainan . . Sesuai dengan namanya maka jenis permainan demikian pula cara memainkannya yaitu , beberapa benda kecil dilambungkan kemudian ditangkap dengan belakang (punggung tangan). Jenis permainan ini tidak saja terdapat di daerah Bulungan tetapi daerah Samarinda pun dikenal yang disebut "Rujak" demikian pula di daerah Berau disebut "Bassimbon" .

  1. Pemain : terdiri dari anak-anak mulai usia 7 tahun sampai 15 tahun. Dimainkan oleh anak-anak wanita dan kadang-kadang mereka bermain bersama-sama dengan anak-anak pria. Para pemain tidak terbatas dan paling sedikit dua orang.
  2. Perlengkapan : lima butir biji-bijian, misalnya biji kacang tanah. biji jagung dan sekarang digunakan batu kerikil atau tutup botol yang terbuat dari seng.
  3. Cara Bermain :
    • Pemain pertama dari kelompok A bermain dahulu setelah mati dilanjutkan oleh pemain pertama dari kelompok B, demikian seterusnya sampai salah satu kelompok dapat menyelesaikan jumlah yang telah ditentukan. Kelima batu atau biji-bijian disebarkan di lantai. Yang sudah bertebaran oleh si pemain diambil salah satu, dan biasanya di pilih yang sekiranya mengganggu biji-biji yang lain apabila dijentik, dempet. Karena apabila goyang pada waktu mengambil, permainan dinyatakan mati dan digantikan oleh pemain berikutnya. Dengan catatan bahwa pasangan yang dijentik itu harus dipilihkan atau ditunjuk oleh musuhnya dan biasanya di pilihkan yang paling sulit.
    • Biji-biji yang bertebaran itu apabila dijentik mengenai sasarannya semua tanpa ada yang menyinggung biji-biji yang lain maka si pemain melanjutkan permainan berikutnya yaitu yang disebut "simbon" yaitu biji-bijian itu semua atau batu-batu yang dipergunakan sebagai alat permainan itu semua dilambungkan, kemudian disambut dengan belakang telapak tangan.
    • Berapa jumlah yang dapat disambut itulah jumlah nilai yang diperolehnya. Misalnya kalau disambut lima ia mendapat nilai lima, kalau dapat tiga maka nilainya tiga dan seterusnya. Berarti dalam permainan pertama ia mendapat nilai sejumlah sambutannya itu. Kemudian permainan dilanjutkan seperti semula tadi sampai selesai. Demikian seterusnya diulang beberapa kali sampai mati. Apabila pada waktu menyambut atau menangkap ada yang tercecer maka permainan dinyatakan mati. Permainan ini dikatakan mati apabila pada waktu menjentik tidak mengenai sasarannya atau pada waktu "menyimbon" tidak ada yang dapat disambutnya. Bila pemain pertama mati, permainan diteruskan pula oleh pemain giliran berikutnya seperti pemain semula. Demikian seterusnya secara berganti-ganti sampai ada pemain terakhir yang belum dapat mencapai jumlah yang telah ditentukan. Inilah yang disebut pemain yang kalah. Bila pada permainan urutan giliran telah semua pemain melakukan permainan sedangkan jumlahnya belum tercapai maka permainan diulangi mulai dari urutan pertama.

Perrnainan ini sampai sekarang berlangsung baik, serta akan mengandung unsur kejujuran perasaan, disiplin dan kreatifitas anak. Hanya pada suatu daerah beberapa kelompok kecil orang tua yang menganggap perrnainan ini pantangan. Ini disebabkan oleh ceritera-ceritera masa yang silam atau dongeng masa lampau.

Referensi

[sunting]

Mendem Bokor

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini biasanya dimainkan oleh sekelompok anak-anak pada malam hari, dengan cara bersembunyi dan menangkap satu sama lain di antara bokor atau pot tanaman yang diletakkan di halaman rumah atau tempat yang telah disepakati sebelumnya.

Satu orang menjadi "takluk" dan ditugaskan untuk menemukan semua pemain lain yang bersembunyi di antara bokor tersebut. Jika seorang pemain berhasil ditangkap, maka ia akan menjadi "takluk" dan membantu mencari pemain lain yang masih bersembunyi. Permainan ini terus berlanjut hingga semua pemain berhasil ditangkap atau hingga waktu yang disepakati habis.

Permainan mendem bokor tidak hanya mengajarkan keterampilan fisik dan koordinasi, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama dan strategi. Selain itu, permainan ini juga menumbuhkan keberanian dan kemandirian pada anak-anak.

Bebetisan

[sunting]

adalah nama perrnainan yang dipakai oleh masyarakat Kutai Pesisir. Suku Tunjung dan Benuaq menyebutnya dengan istilah beloji atau bedokar. Walau bahasa Bulungan disebut betis randu artinya kaki panjang. Di daerah Kutai lazimnya disebut "bebetisan buluh", karena alat yang dipergunakan terbuat dari bambu. Walau bahasa Tunjung Benua disebut "beloji"

  1. Pemain : Para pemainnya terdiri dari paling sedikit dua orang. Kalau pesertanya banyak diadakan perkelompok. Umumnya para pemain hanya pria, yang berusia antara 10 tahun sampai 16 tahun.
  2. Perlengkapan : Permainan menggunakan peralatan yang terbuat dari bambu atau kayu. "Betis": Terbuat dari bambu yang cukup tua atau kayu yang berukuran kira-kira 1,5 - 3 m dan besarnya kira-kira bergaris tengah 5 - 7 cm. Tergantung dari pemiliknya. Betis ini jumlahnya 2 bagi setiap orang. Jumlahnya sama dengan jumlah kaki manusia. "Tijakan" : Di bagian bawah betis itu dibuatkan tempat menginjak telapak kaki. Jaraknya dari bawah kira-kira seperempat kali panjangnya betis. Cara membuatnya kalau dari bambu diatas bukunya di lubangi sebagai tempat memasukkan tijakan dan di bagian bawah diberi sangga untuk menahan agar tidak jatuh. Kalau bahannya kayu, tinjakannya diikat atau dipaku dan diberi sangga seperti terdapat pada gambar. Letak tinjakan ini dapat dipindah-pindah sesuai dengan keinginan pemakaiannya.
  3. Cara Bermain : Setelah setiap pemain memiliki sepasang "betis", maka permainan ini dapat dirnulai. Permainan ini dapat dimainkan secara individu dan dapat pula berkelompok. Akan tetapi pada umumnya anak-anak menyukai bermain beramai-ramai. Bentuk permainan dari Bebetisan ini bermacam-macam antara lain :
    • Lomba Lari : Dalam lomba lari dengan mempergunakan alat ini biasanya melampaui jarak antara 50 - 100 meter. Untuk jenis lomba lari diperlukan suatu tanah lapang yang dilengkapi dengan garis start dan garis finish. Peraturan permainan ditetapkan dengan cara musyawarah, misalnya kalau jatuh tidak boleh lagi melanjutkan larinya dan dianggap kalah. Yang pertama sampai di finish tanpa kesalahan itulah yang menang. Pemenang berikutnya menurut-urutan kedatangan ke garis finish.
    • Lomba mengambil Uang Logam : Caranya bermain sama dengan lomba lari, hanya perbedaannya ialah pada garis finish. disediakan buah pepaya yang digantung sebanyak jumlah peserta. Pelaku harus mengambil uang logam yang dimasukkan sebagian ke dalam buah pepaya. Biasanya dipilih buah pepaya yang masak, sehingga agak sukar mengambilnya. Mengambil uang logam itu tidak boleh dengan tangan, harus dengan gigi. Apabila si pelaku terjatuh sedangkan , uangnya belum terambil ia dianggap batal dan permainan tidak boleh diulang lagi. Dia dianggap gugur atau kalah. Jadi pemenangnya ialah yang pertama dapat mengambil uang logam itu tanpa kesalahan. Pemenang berikutnya sesuai dengan urutan pelaku yang berhasil dengan baik, tanpa kesalahan.
    • Sepak Bola : Dalam pertandingan sepak bola ini semua pemain berada di atas betisnya, termasuk penjaga gawang. Bagi penjaga gawang cara sama dengan penjaga gawang dan permainan sepak bola, tetapi hanya sebelah tangan saja. Sedangkan tangan yang lain menggepit sebuah betis dan memegang betis yang satunya. Agar tidak jatuh dari betisnya pada saat tidak ada bola, harus berjalan-jalan di tempat, sehingga keseimbangan badan tidak hilang. Waktu (lamanya) permainan tidak terbatas, asal mereka sudah mersa puas, maka selesailah permainan tersebut. Demikan ketiga versi permainan bebetisan yang ada di daerah Kalimantan Timur.

Referensi :

[sunting]

Ampat Lima

[sunting]

adalah permainan tradisional dari Aceh yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Permainan ini membutuhkan kelincahan dan kecepatan dalam mengambil dan melempar batu.

Cara bermain Ampat Lima adalah dengan menentukan area permainan yang terdiri dari empat kotak yang diberi nomor 1 sampai 4. Kemudian, pemain melempar batu ke kotak nomor 1 sambil melompat dengan satu kaki. Pemain kemudian mengambil batu dari kotak nomor 1 dan melemparnya ke kotak nomor 2, lalu melompat dengan satu kaki ke kotak nomor 2 dan seterusnya.

Jika pemain berhasil melewati semua kotak dan kembali ke kotak awal, maka pemain tersebut mendapatkan poin. Namun, jika pemain gagal melempar batu ke kotak yang dituju atau gagal melompat dengan satu kaki, giliran bermain beralih ke pemain berikutnya. Pemain yang mendapatkan poin terbanyak dianggap sebagai pemenang.

[sunting]

adalah permainan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak pada masa lalu. Balogo sendiri adalah semacam mainan yang terbuat dari bambu yang dibuat menyerupai kuda atau sapi.

Cara bermain balogo adalah dengan cara memasukkan seutas tali ke dalam lubang pada balogo yang sudah diberi lubang sebelumnya. Kemudian, kedua ujung tali dipegang oleh dua orang pemain yang saling berhadapan. Mereka lalu saling menarik tali dengan kecepatan yang sama. Balogo yang ada di tengah akan berputar-putar dan pemain harus berusaha menangkapnya.

Setiap kali balogo berhasil ditangkap, pemain akan mendapatkan satu poin. Permainan akan berakhir setelah satu pemain mencapai jumlah poin yang sudah ditentukan sebelumnya. Permainan ini tidak hanya melatih kecepatan, tetapi juga ketepatan dalam menangkap balogo yang berputar-putar.

Referensi

[sunting]

Basandung

[sunting]

merupakan permainan tradisional yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih dan biasanya dimainkan di atas tanah lapang atau permukaan yang datar.

Cara bermain basandung adalah sebagai berikut:

  1. Siapkan sebatang bambu dengan panjang sekitar 60-70 cm dan diameter sekitar 2-3 cm. Bambu tersebut kemudian dipotong menjadi dua bagian dengan panjang yang sama.
  2. Setiap pemain akan memegang sebatang bambu tersebut di kedua ujungnya, lalu akan melemparkan bambu tersebut ke udara dengan cara diputar.
  3. Ketika bambu berada di udara, pemain harus berusaha untuk menangkap bambu tersebut dengan kedua tangan mereka.
  4. Jika berhasil menangkap bambu, pemain harus melemparkan bambu tersebut lagi ke udara dengan cara diputar dan menangkapnya kembali. Pemain harus terus melakukan hal ini tanpa terjatuh atau kehilangan kendali atas bambu.
  5. Jika seorang pemain gagal menangkap bambu, pemain tersebut akan dinyatakan kalah dan giliran pemain lain untuk mencoba.

Permainan basandung sangat baik untuk melatih keseimbangan, koordinasi, dan refleks. Permainan ini juga dapat dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa, sehingga dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk seluruh keluarga.

Kambang Kerbau

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari Sumatra Barat. Pada awalnya permainan ini dimainkan oleh anak-anak perempuan yang biasa bermain di pinggiran sungai atau danau.

Permainan ini dimainkan dengan cara berenang dan menaiki kerbau buatan dari anyaman bambu yang dilapisi dengan kain atau kertas. Kerbau buatan ini biasanya dihias dengan warna-warna cerah dan diikatkan pada tali yang terbuat dari rotan.

Para pemain saling beradu kecepatan dan kelincahan untuk menjaga keseimbangan dan menghindari jatuh dari kerbau buatan. Pemain yang berhasil sampai di garis finish adalah pemenangnya.

Selain sebagai permainan, Kambang Kerbau juga dijadikan sebagai acara perlombaan yang digelar pada saat perayaan tradisional seperti hari kemerdekaan atau perayaan adat. Permainan ini juga memperkenalkan kebudayaan dan keindahan alam Sumatra Barat yang kaya akan sungai dan danau.

Timbek Juluk

[sunting]

artinya tembakan memakai alat penusuk. Permainan ini diambil dari istilah bahasa Bulungan, Kalimantan Timur.000 Timbek artinya tembakan atau senapan, Juluk artinya tusuk atau tusukan. Dengan demikian "timbek juluk" adalah suatu permainan senjata atau tembakan dengan cara memakai tusukan. Disebut permainan tembakan karena dalam permainan ini terdengar bunyi letusan, seperti bunyi senjata :

  1. Pesertanya : Biasanya dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia an tara 5-15 tahun
  2. Perlengkapan : Alat permainannya terbuat dari bambu. Bentuknya ada dua macam, kalau yang dapat mengeluarkan bunyi (meletus) lubangnya kecil saja kira-kira kurang lebih Y2 cm dan sebagai alat penusuknya juga dari bambu yang sudah disisik sebesar lubang itu pula. Pada pangkal alat penusuk diberi berbulu sebagai tempat untuk memegang. Untuk jenis alat permainan ini dilengkapi dengan mempergunakan . biji jambu atau kertas yang dibasahi kemudian dipilih kecil-kecil dan dijadikan pelor.
  3. Aturan permainan:
    • Pada awal permainan ditetapkan beberapa peraturan yang disepakati bersama, misalnya pada waktu menembak, peluru tidak boleh diarahkan kepada lawan karena hal itu akan mendatangkan bahaya. Jadi arah peluru harus diarahkan ke atas. Apabila permainan dengan mempergunakan pelor maka yang unggul adalah yang alat permainannya mengeluarkan bunyi letusan yang keras, sedang bila mempergunakan air maka yang semprotan lebih jauh itulah yang unggul. Bila permainan ini dilakukan anak-anak banyak maka mereka membentuk group, biasanya dua group. Untuk jenis permainan yang mengeluarkan bunyi masing-masing group mulai berlomba mengisi peluru dan meletuskannya senjata masing-masing sehingga mengeluarkan bunyi bersahut-sahutan atau kemudian dua kelompok tadi saling serang.
    • Permainan ini tidak mempunyai batas waktu yang ditentukan. Biasanya asal anak-anak sudah bosan atau lelah, permainan akan selesai seperti telah disebutkan di atas bahwa permainan ini dapat dimainkan secara individuil yakni mana yang lebih keras mengeluarkan bunyi letusan atau mana yang lebih jauh menyemprotkan air itulah yang menang, dan dapat dimainkan dengan jalan kelompok yakni dengan . menirukan tentara-tentara. pada waktu sating serang menyerang.

Bentuk permainan ini di jaman sekarang sudah jarang dijumpai karena terdesak dengan permainan modern, terlebih-lebih lagi di daerah kota. Permainan ini diperbaharui bentuk dan penggunaannya dengan bermacam-macam jenis pestol-pestolan yang mengeluarkan suara atau yang mengeluarkan air (pesto! air). Sehingga karena alat permainan itu sudah tersedia, anak-anak sudah tidak terpikirkan lagi

Referensi

[sunting]

Kucing Poci

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak di Indonesia. Permainan ini membutuhkan minimal 3 orang untuk bermain, yang mana satu orang bertindak sebagai kucing dan yang lainnya sebagai pemain.

Cara bermainnya adalah dengan membuat lingkaran kecil di tanah dan memasukkan poci (teko kecil) di dalamnya. Pemain kemudian akan berdiri dalam jarak tertentu dari lingkaran dan melemparkan sepatu ke arah poci. Jika berhasil mengenai poci, maka pemain tersebut akan mengambil poci dan berlari menjauh dari lingkaran sambil membawa poci tersebut.

Sementara itu, kucing akan mencoba menangkap pemain yang membawa poci. Jika berhasil menangkap pemain, maka giliran kucing untuk menjadi pemain dan pemain yang tertangkap akan menjadi kucing berikutnya. Permainan ini sering dimainkan di lingkungan kampung dan menjadi salah satu permainan yang populer di kalangan anak-anak.

Menyeput

[sunting]

berasal dari bahasa: Bulungan, Kalimantan Timur dari kata seput (saput) yang artinya sumpn. Jadi menyeput menurut orang Bulungan adalah menyumpit, sedang dalam bahasa Dayak Kenyah disebut ngeleput (ngalaput). Sedang untuk orang-orang di Jawa menyebut tulup atau sumpitan. Untuk orang-orang Dayak lainnya ada yang menyebut sipit, sapot atau sipot :

Sumpitan adalah merupakan senjata pusaka bagi masyarakat Dayak di daerah pedalaman Kalimantan. Jenis senjata ini lebih populair di daerah Kalimantan karena daerah ini sebagian besar terdiri dari hutan dan bergunung-gunung. Lagi pula penduduk di Kalimanta ini sangat jarang sehingga kemungkinan senjata panah sangat kecil. Dari fungsinya sebagai senjata (tentunya disini adalah senjata berburu dan alat bela diri), maka kemudian anak-anak meniru 20 dengan membuat alat yang sen1pa dari bambu dan dipakai untuk menyumpit, yang kemudian permainan ini berkembang merembet ke daerah perkotaan dan kemudian hilang kembali di 4esak oleh bentuk-bentuk permainan baru.

  1. Perlengkapan : Sebatang sumpitan (keleput = bahasa Dayak Kenyah) yang panjang keseluruhannya 1,5 depa kira-kira 2,20 m
  2. Cara Bermain : Untuk jenis permainan yang dimainkan oleh anak-anak, biasanya anak-anak tersebut membagi groupnya menjadi dua kelompok tadi masing-masing bersembunyi dan saling menyerang seperti layaknya tentara yang sedang bertempur. Setiap anggota kelompok yang lebih dahulu melihat musuhnya segera menyerang dengan mempergunakan sumpitannya, siapa yang kena dianggap mati. Untuk membuktikan kena atau tidak tanah liat itu akan melekat pada sasarannya. Untuk menentukan siapa yang kalah di hitung regu mana yang banyak mati. Demikian seterusnya sampai mereka lelah bermain.

Sampai sekarang menyumpit ini masih terdapat di daerah pedalaman Kalimantan Timur. Bagi masyarakat pedalaman pekerjaan menyumpit sudah menjadi adat mereka bahwa setiap manusia harus memiliki sumpitan terutama sebagai alat berburu dan senjata. Jadi keterampilan menyumpit masih diperlukan mereka. Kelihatannya permainan ini mulai berkembang ke arah olah raga seperti halnya memanah. Dengan demikian untuk permainan menyumpit ini tanggapan masyarakat sangat positif untuk menerima dan melestarikan kembali.

Referensi

[sunting]

Lapit Baju

[sunting]

adalah permainan tradisional yang biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan di Indonesia. Permainan ini melibatkan minimal dua orang pemain dan maksimal tak terbatas.

Cara bermain permainan tradisional Lapit Baju adalah sebagai berikut:

  1. Para pemain membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan.
  2. Salah satu pemain akan berada di dalam lingkaran dan membawa selembar kain atau baju.
  3. Pemain yang membawa kain tersebut akan berputar-putar di dalam lingkaran dan melemparkan kain ke salah satu pemain di luar lingkaran.
  4. Pemain yang menerima kain tersebut harus segera mengejar dan menangkap pemain yang membawa kain tadi sebelum pemain tersebut berhasil kembali ke tempat awal.
  5. Jika pemain yang menerima kain berhasil menangkap pemain yang membawa kain, maka peran pemain tersebut akan bertukar.

Permainan Lapit Baju merupakan permainan yang mengasah ketangkasan dan kecepatan dalam bergerak serta dapat melatih kerjasama dan interaksi sosial antara pemain.

Cepli

[sunting]

artinya membanting. Sebutan ini dipergunakan untuk memberi nama sebuah permainan yang cara bermainnya adalah dengan jalan membanting alat permainannya. Permainan ini sebelum terdesak oleh alat permainan yang modern, dahulu di Kalimantan Timur berkembang di daerah:-daerah Bulungan, Berau dan Kutai. Tetapi sekarang sudah jarang kita jumpai lagi. Sedang dari mana asal-usul permainan ini sudah sulit untuk ditentukan.

  1. Perlengkapan : adalah mata uang logam ku~ ningan yang bernilai satu sen (Belanda). Salah satu permukaannya diasah sampai tipis, sehingga gambar pada bagian itu hilang. Jadi hanya salah satu gambar saja yang masih ada, yakni bagian yang tidak diasah. Maksud dan tujuan menipiskan mata uang logam ini adalah agar mudah terbalik-balik apabila dibanting.
  2. Cara Bermain: Sebelum bermain aturan-aturan permainannya haruslah disepakati bersama, misalnya kesepakatan tentang alat permainannya bagian yang mana yang menjadi milik lawan. Misalnya dalam kesepakatan tadi bagian yang halus (diasah adalah miliknya) sedang bagian yang kasar (yang tidak diasah) adalah milik lawan. Benda yang dipakai sebagai taruhan dan jumlah taruhannya pun harus ditetapkan pula. Apabila tidak dipergunakan benda taruhan (seperti misalnya kertas bungkus rokok dan sebagainya) makan untuk menentukan siapa pemenangnya biasanya ditentukan sampai seratus. Jadi siapa yang mencapai jumlah seratus lebih dulu itulah yang menang. Demikian sampai mereka lelah bermain. Mereka merasa bangga apabila ia bermain dengan baik dan menang.

Permainan ini saat sekarang sudah tidak kita temui lagi, kalau 33 pun masih ada pada jaman sekarang ini sangat berbahaya bagi anak-anak, karena sudah mengarah pada judi. Sehingga jenis permainan cepli atau uki ini tidak perlu dikembangkan.

Referensi

[sunting]

Melayung

[sunting]

adalah permainan tradisional dari Jawa Tengah yang dimainkan oleh dua kelompok pemain yang terdiri dari masing-masing 5 sampai 10 orang. Permainan ini dimainkan di sungai atau kolam yang dangkal dengan memanfaatkan rakit yang terbuat dari bambu dan kayu.

Tujuan dari permainan ini adalah untuk menangkap bendera yang tergantung di atas sungai atau kolam dan mempertahankan bendera sendiri agar tidak ditangkap oleh kelompok lawan. Setiap pemain dalam kelompok tersebut berada di atas rakit dan mengayuh untuk mencapai bendera yang berada di atas kolam atau sungai.

Permainan Melayung memiliki unsur keberanian, strategi, dan kerjasama antar anggota tim. Permainan ini sering dimainkan pada saat perayaan hari besar atau dalam acara adat di Jawa Tengah.

Sipek Bulu Manuk

[sunting]

terdiri dari kata-kata sipo' yang artinya tendang atau sepak dan bulu manuk artinya bulu ayam. Jadi dalam istilah Bulungan, Kalimantan Timur berarti menendang bulu ayam ke arah atas atau melambung.

Pada mulanya permainan ini berkembang di daerah pedesaan, karena alat yang dipergunakan adalah bahan-bahan di sekitar ladang para petani. Lambat laun jenis permainan ini merembes sampai di kota-kota dengan alat permainan yang lain pan bahkan dengan mempergunakan istilah-istilah lain. Jadi permainan ini adalah milik anak-anak dari segala lapisan baik desa, kota maupun · bangsawan.

  1. Pemain : anak-anak pria dan wanita antara enam sampai lima belas tahun. Jumlah pemain tidak terbatas paling sedikit dua orang dan apabila dimainkan secara berkelompok.
  2. Perlengkapan : adalah dengan jalan menoreh pohon karet untuk mendapatkan getahnya. Getah yang diperoleh dikumpulkan pada daun, biasanya daun karet itu sendiri selama kira-kira lima menit. Apabila sudah mengental dikumpulkan menjadi satu dan pada getah karet yang sudah kental dan kenyal itulah bulu ayam-bulu ayam yang sudah dikumpulkan ditusuk-tusukkan (ditancapkan) pada getah karet tersebut sehingga ·bulu ayam itu pada bulu-bulunya mekar seperti bunga yang sedang mekar.
  3. Cara bermain : Di awali dari pemenang undian pertama yang berhak rnengepakan bulu ayam yang sudah dipersiapkan. Bulu ayam tersebut disepak dengan pinggiran telapak kaki atau punggung kaki sampai melambung ke atas lagi. Pekerjaan melarnbungkan ini dilakukan terus menerus secara berangkaian tidak boleh berhenti sebelum bulu ayam itu jatuh ke tanah. Bulu ayam yang dilambungkan tidak boleh ditangkap (diterima) dengan tangan. Apabila terjadi demikian mati dan pemain harus digantikan oleh pemenang undian berikutnya yang melakukan permainan seperti pemain terdahulu. Demikian seterusnya sampai gilirannya selesai.

Permainan ini melatih keterampilan menyepak dan mendidik kesabaran dan ketenangan. Seperti pekerjaan memancing permainan ini melatih manusia untuk bersifat sabar. Sebab apabila tidak sabar dan tenang maka pada waktu menyepakan ,pmeskipun dia treampil melakukannya, akan elalu jatuh, oleh sebab itu permainan ini sangat baik untuk dikembangkan.

Referensi

[sunting]

Niniak Manak

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari Sumatera Barat, Indonesia. Permainan ini dimainkan oleh sekelompok anak perempuan dengan jumlah yang tidak terbatas.

Cara bermain permainan Niniak Mamak adalah dengan memilih seorang anak perempuan sebagai "niniak mamak" atau pemimpin. Kemudian, anak-anak perempuan lainnya akan menjadi pengikutnya. Mereka akan mengikuti perintah yang diberikan oleh "niniak mamak".

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan terbuka dengan menggunakan sebuah bambu yang disebut "canang". Niniak mamak akan memukul canang ke tanah dan mengeluarkan perintah, kemudian para pengikutnya harus melakukan gerakan yang disebut "ambun".

Gerakan "ambun" dilakukan dengan cara menarik lutut ke atas dan merapatkan tangan ke depan dada. Gerakan ini dilakukan secara bergantian oleh setiap anak perempuan yang menjadi pengikut niniak mamak.

Setelah beberapa kali memukul canang dan memberikan perintah, niniak mamak akan berhenti dan memilih pengikut yang melakukan gerakan "ambun" dengan paling lambat atau salah melakukan gerakan. Pengikut yang kalah akan menjadi niniak mamak selanjutnya dan memimpin permainan berikutnya.

Permainan Niniak Mamak mengajarkan kerjasama, kedisiplinan, dan kekompakan. Selain itu, permainan ini juga dapat meningkatkan kreativitas anak-anak dalam menciptakan gerakan-gerakan baru yang dapat ditambahkan ke dalam permainan.

Belincar

[sunting]

artinya melempar dengan mendatar di tanah dengan benda yang lepek. Alat pelempar ini diberi nama "kebot" dalam bahasa daerah Bulungan. Dengan kata lain "kebot" dalam permainan ini adalah alat pelempar yang harus mengenai sasarannya. Berasal dari Kalimantan Timur dan dalam bahasa Jawa disebut "Gaco" .

  1. Pemain : Pada umumnya para pemain terdiri dari anak-anak yang berumur antara lima sampai lima belas tahun, dan kebanyakan dimainkan oleh anak-anak pria saja. Tetapi kadang-kadang anakanak wanita juga ikut dalam penrmanan ini. Tentu saja pada kelompok anak-anak wanita.
  2. Perlengkapan : Kebot yang terbuat dari kayu dan di pilih kayu yang keras dan berat sebagai alat pelempar. Di pilih yang berat sebagai alat pelempar agar apabila dilempar tidak melayang-layang, sehingga tepat mengenai sasarannya. Selain "kebot" yang dibuat dari kayu, kadang-kadang "kebot" ini dibuat dari pecahan genting atau batu yang lepek.
  3. Cara bermain :
    • Permainan dimulai dari pemenang undian pertama, dan apabila permainan pemain pertama mati maka dilanjutkan oleh pemenang undian berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada undian terakhir. Apabila pemenang undian terakhir mati pemainnya, maka permainan dilanjutkan kembali oleh pemenang undian pertama. Jumlah pasangan yang diberikan sebagai dasaran untuk setiap pemain harus sama jumlahnya atau nilainya. Hal ini biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian bersama. Misalnya masing-masing pemain harus mengarahkan dua lembar daun sebagai pasangannya. Sedang apabila memakai kertas bekas bungkus rokok ditentukan menurut nilai yang sudah ditetapkan. Biasanya nilai setiap pembungkus rokok sudah disepakati bersama (seragam dalam satu kampung). Tempat meletakkan sasaran ini diberi batas garis, berupa garis segi empat ataupun lingkaran.
    • Pemainnya dari garis batas melemparkan "kebotnya" dari garis baas tempat melempar. Pada saat akan melepaskan lemparan, badan condong ke belakang dan berat badan terletak pada kaki kanan (kaki yang terletak di belakang). Kebot yang dipegang ditarik ke belakang sejajar dengan mata, maksudnya adalah, untuk mengeker sasarannya setelah itu dilepaskan dengan mengayunkan tangan sejajar dengan pinggang serta diiringi gerakan badan ke depan. Kedua kaki pada waktu itu melempar tidak boleh melompat melewati garis. Apabila terjadi hal yang demikian berarti melanggar peraturan/tata tertib permainan dan dianggap tidak jujur. Apabila lemparan tersebut terkait mengenai sasarannya maka pasangan yang kena dan terlepas atau keluar dari garis batas pasangan diambil dan menjadi milik si pelempar.

Jenis permainan ini dapat melatih anak-anak untuk dipersiapkan pada ketangkasan olah raga atletik. Misalnya lempar cakram dan lain-lain. Dengan demikian sangat disayangkan apabila hilang terdesak oleh permainan modern.

Referensi

[sunting]

Nuluk-nuluk

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari Aceh, Indonesia. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari 5-10 orang. Setiap tim memiliki seorang pemain yang menjadi "nuluk", yang merupakan pemain terkuat dan tercepat di tim.

Cara bermainnya adalah dengan melempar bola yang terbuat dari kain atau bulu ayam ke arah lawan dan mencoba untuk menangkap bola yang dilemparkan oleh lawan. Setiap kali bola berhasil ditangkap, pemain yang menangkap bola harus berlari menuju markas lawan dan mencoba memukul tongkat kayu yang berada di markas lawan menggunakan bola yang ditangkapnya. Setiap kali tongkat kayu berhasil dipukul, tim tersebut akan mendapatkan satu poin.

Permainan nuluk-nuluk ini dapat dimainkan di tempat terbuka seperti lapangan atau pantai. Selain dapat dimainkan sebagai permainan rekreasi, nuluk-nuluk juga dipertandingkan dalam ajang olahraga tradisional di Aceh.

Bemancek

[sunting]

artinya menari-nari seperti gerakan pencak. Permainan ini diperkirakan dibawa oleh orang-orang yang datang dari daerah Bugis (Sulawesi Selatan), ke Bulungan dan Samarinda.

  1. Perlengkapan : Alat yang dipergunakan untuk bermain adalah sebuah tongkat yang terbuat dari rotan. Panjang tongkat kira-kira 75 cm sampai 100 cm. Dengan: garis tengah kira-kira satu sampai satu setengah centimeter.. Afat permainan ini terbuat dari rotan dengan maksud dapat melenting apabila dipukul.
  2. Cara bermain : Pemainnya dua orang, dimainkan satu melawan satu seperti halnya permainan pencak, silat, yudo dan karate. Biasanya dimainkan oleh anak-anak laki-laki remaja dan orang tua. Dimainkan dengan lemah gemulai dan cekatan, seakan-akan sebuah tarian. Gerak yang dipergunakan dalam l permainan ini adalah gerak memukul dan menangkis. Gerak memukul yaitu tongkat diayunkan dari atas ke bawah dengan gerakan setengah pukulan. Gerakan in,i tidak keras sehingga tidak mengenai badan. Jadi permainan ini diharapkan jangan sampai menyakiti jasmani · lawan bermain. Yang dinilai adalah bagus tidaknya bermain yaitu cara menggunakan tongkat untuk memukul dan menangkis.

Permainan ini sangat digemari oleh masyarakat, sayang sekarang sudah tak ada lagi, dan melihat jenis gerakannya adalah gerakan melawan atau menangkis maka boleh dikatakan bahwa permainan ini sudah berkembang pada olahraga pencak. ·

Referensi

[sunting]

Rarong

[sunting]

berasal dari Kepulauan Riau, Sumatera. Rarong merupakan permainan yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari 5-7 pemain.

Cara bermain permainan rarong adalah dengan menggiring bola dari tim lawan dan mencetak gol ke gawang lawan. Namun, bola yang digunakan dalam permainan ini tidak biasa seperti bola sepak, melainkan bola yang terbuat dari rotan atau bambu yang diikat dan dijalin sedemikian rupa sehingga membentuk bola.

Selain itu, permainan rarong juga memiliki aturan khusus dalam cara memegang bola, seperti hanya boleh dipegang dengan kaki, dada, atau kepala, dan tidak boleh dipegang dengan tangan. Permainan rarong biasanya dimainkan pada festival atau acara adat di Kepulauan Riau.

Depri

[sunting]

asalnya dari kata pril yang artinya berhamburan. Jadi permainan ini adalah bermain dengan menghamburkan atau menaburkan biji buah karet. Berkembang di Kalimantan Timur seperti di daerah Bulungan, Kutai dan Berau.

  1. Pemain : adalah anak-anak laki-laki umur sembilan sampai lima belas tahun.
  2. Perlengkapan : Alat bermainnya adalah biji buah karet yang sudah tua. Bentuk biji buah karet ini bulat lonjong dan keras, seperti biji buah pala tetapi agak kecil.
  3. Cara bermain : Sebelum bermain diadakan undian lebih dahulu, yaitu dengan jalan memutarkan biji karet masing-masing yang dipakai sebagai "kebot" tadi ke arah lobang. Tentu saja jarak tempat memutarkan kebot ke arah lubang juga dengan perjanjian yang sudah disepakati bersama. Biasanya di bidikkan dari batas garis tempat membidik. Usaha untuk menentukan urutan pemain 59 ini disebut "ngipik". Cara memutarnya ialah dengan memegang biji karet tersebut diantara jari telunjuk dan ibu jari. Sedang jari berfungsi sebagai alat memutar. Biji karet tersebut dapat berputar seperti gasingan. Bagi yang terampil biji karet tersebut dapat masuk ke dalam lubang dan yang masuk ke dalam lubang itulah yang nomor satu dan berhak untuk bermain lebih dulu. Sedang urutan berikutnya adalah dengan melihat jarak antara biji buah karet tersebut dengan lubang permainan yang paling dekat dengan lubang itulah pemain nomor dua (pemain pertama apabila tidak ada yang berhasil masuk lubang) sedang yang agak jauh adalah pemain berikutnya demikian seterusnya. Jadi urutan pemain dalam permainan ini ditentukan oleh jarak antara biji buah karet dengan lubang. Apabila yang masuk lubang ada dua orang pemain yang mempunyai jarak yang sama maka antara dua pemain tersebut diadakan undian kembali untuk mencari pemain pertama dan kedua atau urutan pemain yang lain.

Jenis permainan ini cukup menggembirakan bagi anak-anak dan melatih ketrampilan anak-anak, oleh sebab itu apabila ada kesadaran diantara anak-anak, permainan ini sebetulnya dapat diganti alat permainannya dari biji buah karet menjadi kelereng. Meskipun permainan kelereng saat ini populair untuk menambah perbendaharaan permainan kelereng, dapatlah kiranya permainan "depril" ini dimasukkan dalam ragam permainan kelereng.

Referensi

[sunting]

Sibele

[sunting]

adalah permainan yang berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Sibele merupakan permainan tradisional yang dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan sebuah bola dari anyaman bambu yang disebut "sibele". Cara bermainnya adalah dengan melempar bola sibele ke udara dan menangkapnya dengan menggunakan tangan atau bagian tubuh lainnya. Setiap pemain akan mendapat giliran melempar dan menangkap bola sibele tersebut, dan permainan berakhir ketika salah satu pemain tidak dapat menangkap bola sibele dengan benar atau terjatuh dari tempat bermain. Permainan sibele sering dimainkan pada acara-acara adat seperti pernikahan atau pesta rakyat di daerah Minahasa.

Bepukungan Rotok

[sunting]

yang apabila diterjemahkan; bepukungan artinya menyembunyikan dan rotok atau juga ratik artinya adalah "kotoran sampah". Jadi kalau diterjemahkan keseluruhan berarti menyembunyikan kotoran sampah. Dikatakan demikian sebab dalam permainan ini yang disembunyikan adalah benda-benda apa saja yang di dapatkan asalkan cukup dapat disembunyikan dalam genggaman tangan.

  1. Pemain : anak laki-laki maupun anak perempuan tetapi juga boleh campuran (laki-laki dan perempuan). Usia para pemainnya antara yang berumur enam sampai dengan dua belas tahun. Jumlah pemainnya paling sedikit tiga orang. Jadi dimainkan secara kelompok.
  2. Perlengkapan : Alat yang dipakai adalah benda kecil yang dapat ,digenggam misalnya serpihan kayu, kertas, batu kerikil, biji buah atau benda lain. Jumlahnya hanya satu.
  3. Cara bermain :
    • Setiap peserta dalam permainan meletakkan kedua belah tangannya di atas punggung temannya yang tertelungkup tadi (yang kalah). Tetapi dapat pula hanya sebelah tangannya saja yang diletakkan di atas punggungnya. Kemudian salah seorang pemain yang dianggap sebagai pemimpin mulai beraksi dengan menekankan tangannya yang berisi "rotok" (bata kerikil misalnya) tadi ke dalam tangan pemain lainnya. Tangan anak. yang membagikan rotok tadi boleh menurut putaran jarum jam atau sebaliknya. Sambil membagikan rotok tadi diucapkanlah kata-kata sebagai berikut: Cuk, cuk merangin merangin sayup kupang sayup janji kelingking anak naga. Tempeto remo remo. (Untuk kalimat tempeto remo-remo diulang beberapa kali) hingga si pemain yang bersujud tadi sudah menerka siapa yang tangannya menyembunyikan rotok.
    • Perlu diketahui disini bahwa pada waktu kata-kata diucapkan sampai pada kata "naga" maka "rotok" harus sudah diserahkan atau sudah dilepaskan ke dalam tangan siapa saja yang dikehendaki, dan kemudian tangan yang diletakkan di atas punggung tad! diangkat sambil digenggam dan diputar-putar secara berselisihan. Pemain yang bersujud tadi bangun dan melihat-lihat serta menebak pada tangan yang mana yang memegang rotok tadi.
    • Sementara si penembak berfikir siapa yang memegang rotok tadi maka pemain yang lain tetap memutarkan tangannya seperti gerakan yang telah disebutkan di atas. Sebelum berhasil ditebak maka kata-kata "tempeto remo remo" terus diucapkan. Tetapi setelah disebutkan orangnya kata-kata "ternpeto remo-remo" berhenti diucapkan secara serentak dan tangan anak yang ditunjuk atau ditebak tadi di buka.
    • Apabila benar maka ia menggantikan menjadi pemain yang harus menebak, tetapi apabila terkaannya salah, maka ia tetap kalah dan kembali mengulangi tugasnya sebagai penebak. Apabila terus-terusan kalah disebut "jeret''.

Permainan ini masih disenangi masyarakat, karena sifatnya yang sederhana dengan peralatan yang sederhana pula, serta mendatangkan rasa gembira.

Referensi

[sunting]

Haka-haka

[sunting]

adalah permainan tradisional dari Jawa Timur, Indonesia. Haka-Haka biasanya dimainkan oleh anak-anak pada waktu senggang atau saat mereka menunggu sesuatu.

Cara bermain Haka-Haka cukup sederhana. Pemain akan berdiri dalam lingkaran dan memegang tangan satu sama lain. Kemudian, pemain yang menjadi pemimpin akan memilih satu orang dari lingkaran untuk dimintai jawaban atas sebuah pertanyaan atau melakoni sebuah tantangan.

Setelah menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tantangan, pemain yang dipilih akan menjadi pemimpin selanjutnya dan memilih pemain berikutnya untuk melanjutkan permainan. Permainan ini bisa berlanjut selama beberapa putaran dan biasanya dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional.

Permainan Haka-Haka mengajarkan anak-anak untuk saling bergantian dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu, permainan ini juga dapat meningkatkan keterampilan verbal dan sosial anak-anak.

Tam-tam Ular

[sunting]

adalah sejenis permainan yang berbentuk ular-ularan melingkar. Permainan ini dilakukan pada waktu cuaca cerah (musim kemarau) atau kalau malam pada saat bulan purnama dan tidak hujan. Tidak terikat oleh upacara.

  1. Pemain: Berkelompok paling sedikit 10 orang anak wanita. Yang berusia antara 6 - 12 tahun. Sepuluh orang itu dibagi menjadi dua kelompok.
  2. Cara bermain :
    • Setelah para pemainnya berkumpul, untuk memulai permainan maju dua orang sebagai pimpinan permainan. Hal ini tidak melalui penunjukan hanya secara spontanitas saja. Kedua pemain itu mengganti namanya menjadi bintang dan bulan. Kedua tangan mereka berpegangan dengan posisi direntangkan ke atas. Lalu kelompok-kelompoknya berbaris di belakang masing-masing. Nama kedua pemimpin yang telah disepakati oleh kedua pemain tadi dirahasiakan, agar pemain lain tidak mengetahuinya. Seandainya ada di antaranya yang telah tahu harus dirahasiakan kepada teman-temannya yang lain.
    • Karena setiap pemain harus berlaku jujur maka rahasia ini akan tetap terpelihara. Para pemain yang ada di belakang pimpinannya, mereka berganti-ganti memasuki kedua rentangan tangan pemimpinnya tadi sambil menyanyi lagu. ·"Tam-tam buku keliling danda lima mata amping mata satu tangkap belimbing tangkap satu" Pada saat mengucapkan kita tangkap satu, maka kepada pemain yang bertepatan berada di antara kedua teman yang berpegangan tangan tadi, langsung saja ditangkap (dikurung) dengan kedua tangan pemimpinnya dan ditanyakan oleh kedua pemimpinnya tadi dengan bisik-bisik dengan kalimat "kamu ikut siapa?". Ikut bintang atau bulan?. Apabila ikut bintang maka pemain yang ditahan tadi berdiri di belakang pemimpin yang dalam perjanjian pertama tadi menggantikan namanya, menjadi "bintang" dan bila "bulan" ia berdiri di belakang pemimpin yang bernama bulan. Permainan terus berlangsung sarnbil menyanyi lagu tersebut sampai semua pemain berdiri berpegangan di belakang pemimpinnya masing-masing. Arah jalan anak-anak yang berbaris itu setelah masuk di antara tangan yang direntangkan tadi mereka membelah ke kanan, menyelingi pemimpinnya masuk lagi di antara tangan yang direntangkan lalu membelok kc kiri, masuk lagi membelok ke kanan demikian seterusnya.

Permainan ini digemari oleh masyarakat dan di samping itu dapat melatih cara berfikir serta kejujuran.

Referensi

[sunting]

Lawak air

[sunting]

adalah permainan yang dimainkan di Desa Lamo, Sulawesi Tengah, Indonesia. Permainan ini melibatkan dua kelompok pemain, masing-masing terdiri dari 7-10 orang.

Cara bermainnya adalah sebagai berikut: setiap kelompok memilih seorang pemain sebagai "pembawa air", yang bertugas membawa air dalam bak besar dari satu titik ke titik lain tanpa tumpah. Para pemain lainnya dari kelompok yang sama bertindak sebagai pelindung dan pembantu pembawa air.

Sementara itu, kelompok lawan berusaha menghalangi dan merusak perjalanan pembawa air dengan cara menendang bak atau merusak jalur yang dilalui. Jika air tumpah, maka kelompok lawan dinyatakan menang.

Permainan lawak air dipercaya berasal dari kebiasaan masyarakat Sulawesi Tengah dalam mengambil air dari sungai untuk kebutuhan sehari-hari, di mana mereka harus berjalan jauh dan melintasi rintangan untuk membawa air kembali ke rumah. Permainan ini kemudian menjadi bentuk hiburan dan ajang persaingan antar kelompok.

Bepanca

[sunting]

diambil dari istilah panca yang artinya lima. Istilah ini mendapat awalan ber yang dalam bahasa Kutai berubah menjadi be. Jadi istilah permainan ini apabila diterjemahkan secara harpiah berarti "berlima". Istilah berlima ini bukan berarti orangnya tetapi karena permainan ini mempergunakan lima jari sebagai alat permainannya.

  1. Peserta : 2 orang laki-laki, jika lebih diadakan penggantian pemain menurut ranking yang ditentukan : Usia pemain : 5 - 40 tahun. Permainan ini sering dilakukan oleh kaum pria saja. Hal ini, karena dalam permainan ini untuk mengalahkan kekuatan seseorang.
  2. Syarat : Sebelum bermain di dahului dengan suatu perjanjian yang disepakati bersama, misalnya pemain apabila bermain tangan tidak boleh bengkok, tidak boleh mendorong lawan, tidak boleh menekan tangan lawan ke bawah, tangan harus lurus ke depan dan masih ada larangan-larangan lainnya yang sifatnya melemahkan pertahanan lawan.
  3. Aturan :
    • Permainan dimulai dengan suatu hitungan, satu, dua, tiga. Setelah perjanjian itu disepakati bersama mulailah mereka melakukan permainan ini. Tangan yang akan berpanca harus sama. Misalnya kalau yang satu mempergunakan tangan sebelah kanan lawannya juga harus tangan sebelah kanan. Masing-masing tangan direntangkan lurus ke depan setinggi bahu dan tidak boleh salah satunya berubah.
    • Jari-jari kedua pemain saling dimasukkan diantara sela-sela jari lawannya yaitu jari-jari pemain pertama dimasukkan kepada jari-jari pemain kedua sebagai berikut. Jari kelingking pemain pertama dimasukkan antara jari tengah dan jari manis pemain kedua, telunjuk pemain pertama dimasukkan antara jari manis dan kelingking pemain kedua, sedang ibu jari masing-masing pemain terletak di sebelah luar. Apabila jari-jari mereka sudah dimasukkan satu sama lainnya maka jari-jari mereka masing-masing dirapatkan dan agak merenggang. Kemudian kedua pemain bersama-sama memutarkan (memulas) tangan lawan ke arah yang berlawanan dengan arah putarannya dan tidak dapat membalikkan kembali itulah yang kalah.

Bentuk permainan ini dapat dikembangkan dengan mengatur cara permainannya yang lebih baik dan ditentukan peraturan permainannya agar seragam. Karena permainan ini mengandung unsur keterampilan dan teknik tersendiri yang merupakan kompetisi yang sehat dan berbentuk olah raga.

Referensi

[sunting]