Lompat ke isi

Petualangan Mantik

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Mantik melakukan petualangan di Situ Cisanti bersama kedua temannya, Mota dan Ulil, tetapi karena kecerobohan Mota dan Ulil mereka mengalami hal yang tidak terduga

Lakon[sunting]

  1. Merpati Cantik/ Mantik
  2. Marmot/ Mota
  3. Ulat daun / Ulil

Lokasi[sunting]

Lokasi Situ Cisanti
Keindahan Situ Cisanti

Situ Cisanti

Cerita Pendek[sunting]

Riak air seperti menari- nari  mengikuti ritme irama dan alunan nada, angin semilir menggoyang- goyangkan pucuk-pucuk pepohonan nan rindang, udara segar sangat terasa  bagi siapapun yang menghirupnya,  sang surya mulai menampakan sinarnya, sehingga semakin sempurnalah alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini.

Suasana yang indah dan cerah itu akan membuat siapapun ingin menikmatinya, termasuk Mantik, seekor burung merpati cantik yang menghuni kawasan tersebut. Burung Merpati termasuk dalam family Columbidae dari ordo Columbiformes, karena  keindahannya dan termasuk  burung yang pemeliharaannya tidak begitu sulit, burung merpati banyak  di perjual belikan dan dijadikan hewan peliharaan di rumah. Tapi tidak dengan Mantik, burung cantik dengan bulu putih disekujur tubuhnya itu termasuk salah satu  burung yang beruntung, beberapa tahun yang lalu komunitas kawargi Abah Alam  beserta Dansektor 1 Satgas Citarum Harum melepas Mantik beserta  9 pasang burung Merpati lainnya di Sebuah Situ, hal tersebut bertujuan untuk menjaga  keseimbangan ekosistem di wilayah Situ cisanti.

Beruntunglah Mantik dan kesembilan pasang burung lainnya masih bisa merasakan kebebasan hidup di alam, terbang dari  satu pohon ke pohon lainnya, melayang- layang bebas di udara dan mencari aneka jenis makanan yang mereka suka, banyak dari teman mereka yang terjebak dalam sebuah sangkar yang sempit di rumah- rumah pemiliknya.  

Situ Cisanti merupakan  titik nol atau  hulu sungai Citarum, disini ditampung  aliran dari tujuh  mata air yang ada disekitarnya, yaitu mata air Citarum, mata air Cikahuripan, mata air Cikoleberes,  mata air Cihaniwung, mata air Cisadane, mata air Cikawadukan  dan mata air Cisanti . Semua mata air ditampung di Situ Cisanti dengan mencapai debit air 200- 400 liter/ detik.

Situ Cisanti  berada  dekat dengan kawasan perkebunan teh pangalengan, tepatnya di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, dan dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya: gunung  Wayang, gunung Malabar, gunung  Bedil dan  gunung Rakutak, sehingga dengan dikelilingi gunung- gunung tersebut,semakin menambah keelokan Situ  Cisanti, dengan udara yang masih segar dan pemandangan yang masih alami, membuat semua yang berkunjung akan merasa betah berlama- lama di sana.

Sebelumnya Situ Cisanti ini belum banyak dikenal masyarakat, dengan pembenahan- pembenahan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat setempat, akhirnya situ Cisanti semakin dikenal masyarakat dan menjadi salah satu destinasi wisata di kabupaten Bandung.

Di hari  itu, seperti biasanya Mantik melayang- layang di udara, dia melihat-lihat pemandangan disekitarnya, matanya tertuju ke Situ yang ada di bawahnya, Situ dengan air yang begitu  jernih sampai kita dapat melihat apa saja yang ada di dasarnya. Meskipun Mantik sudah lama menjadi penghuni kawasan Situ tersebut tetapi belum sekalipun dia merasakan berlayar diatas perahu  mengelilingi tempat tinggalnya selama ini, hari ini terbersit dalam fikiran Mantik alangkah menyenangkannya jika ia bisa berlayar naik perahu mengelililingi Situ tersebut. Lalu Mantik berencana  akan membuat perahunya sendiri, dia melihat mentimun yang bertebaran di kebun ditepi Situ, mentimun- mentimun tersebut biasa ditanam petani sekitar untuk di jual ke pasar atau  dijadikan lalapan di rumah. Lalu munculah ide Mantik untuk membuat perahu dari mentimun-mentimun itu, berhari- hari ia merakit perahu tersebut, biji mentimun ia keluarkan dan ia memakai bagian daging mentimunnya saja, supaya lebih ringan jika dijadikan perahu, dan laju perahu akan lebih cepat, dia menggunakan beberapa mentimun supaya perahu yang dibuatnya berukuran besar, dia menyambungkan mentimun-mentimun tersebut menggunakan ranting kering, dan pada akhirnya  di hari yang ketiga  perahu Mantik sudah selesai, dia sangat bangga dengan hasil karyanya yang menurutnya sangat  luar biasa.

Hari yang di tunggu- tunggupun datang, pada hari ini Mantik akan mengelilingi Situ tempat tinggalnya ini dengan perahu buatannnya sendiri, dengan bernyanyi nyanyi kecil dia mulai mendayung perahu dengan kedua sayapnya, dia merasakan dinginnya air situ sekaligus kesegaran yang menjalar keseluruh tubuhnya, Mantik sangat bahagia akhirnya apa yang dia impikan terwujud.

Di tengah perjalanan ketika Mantik sedang asyik mendayung, ia melihat seekor Marmot yang terengah- engah berlarian di pinggir situ  mengejarnya, setelah semakin mendekat akhirnya terlihat jelas bahwa itu  Mota, Marmot dengan bulu lembut berwarna hitam dan putih, ia salah satu penghuni situ tersebut  sekaligus teman bermain Mantik, Marmot tergolong familia Sciuridae dengan Genus Marmota, mereka biasa tinggal di lubang- lubang dalam tanah, atau bersarang diantara rerumputan, Marmot di golongkan sebagai hewan pengerat yang memakan tumbuhan, Marmot memiliki  gigi untuk memotong dan mengerat makanan. Secara biologis Marmot memiliki banyak kesamaan dengan manusia sehingga sering di gunakan dalam penelitian- penelitian.

Mota terus berteriak memanggil Mantik, akhirnya Mantik mengayuh perahunya kearah tepi Situ.

“Hei mantik, kamu mau kemana? bolehkah aku ikut denganmu” ujar mota “aku juga belum pernah naik perahu, aku ingin naik perahu bersamamu” seru Mota “ayolah Mantik ,bolehkah aku ikut?” kali ini perkataan Mota menjadi lebih halus dan sedikit mengiba.

Mantik berfikir sejenak, dia merasa kasihan  kepada Mota, dan Mantik  juga berfikir mungkin perjalanan ini akan lebih menyenangkan  jika ada   teman yang menemaninya, akhirnya Mantik menganggukan kepalanya pertanda setuju.

Mota tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dia langsung melompat ke dalam perahu dengan mata yang berbinar dan  senyum yang mengembang dibibirnya.

Mereka bernyanyi- nyanyi  sepanjang perjalanan sambil bercerita  tentang keindahan alam  yang mereka lihat .

Setelah hampir setengah perjalanan mereka mengelilingi  situ, terdengar  ada suara  memanggil manggil nama mereka, tetapi  baik Mantik maupun  Mota tidak bisa mendengar dengan jelas karena suaranya  sangat pelan, akhirnya Mantik mengarahkan laju perahunya  ketepi situ tempat sumber suara itu berasal, ternyata suara itu berasal dari daun- daun yang rimbun, ooh…rupanya si Ulil, ulat daun yang memanggil  mereka, ulat daun mempunyai nama latin Diaphana Indica S merupakan serangga dari Ordo Lepidoptera Famili Crambidae. Ulat daun termasuk  hama yang menyerang tanaman Famili cucurbitaceae antara lain tanaman mentimun.

“Halo Mantik, halo Mota, kalian mau kemana? aku lihat dari kejauhan kalian begitu senang naik perahu itu”,ujar Ulil “

Benar katamu, aku sangat senang sekali menaiki perahu Mantik”  seru Mota Berseri- seri.

“Bolehkah aku ikut dengan kalian?” tanya ulil, “aku juga ingin mencoba naik perahu  bersama kalian”.

Mota mengok ke arah Mantik lalu Mantik berfikir sejenak,   melihat wajah Ulil yang penuh harap akhirnya Mantik menyetujuinya.

“Kalian boleh ikut naik perahu bersamaku, tapi dengan syarat  kalian  harus berhati- hati  dan saling menjaga”,kata Mantik.

“Baik Mantik”  Mota dan Ulil menjawab berbarengan  pertanda mereka menyetujui permintaan Mantik. Akhirnya Ulil pun naik perahu Mantik, dan sekarang mereka bertiga menaiki perahu, pengalaman ini merupakan pengalaman pertama dan pengalaman yang luar biasa bagi mereka, mereka sangat menikmati perjalanan  tersebut, diselingi tawa dan nyanyian- nyanyian kecil  dari ketiganya  membuat perjalanan hari  itu semakin menyenangkan.

Setelah mereka seharian berputar putar mengelilingi Situ itu, tiba- tiba perut Ulil berbunyi, krubuk…krubuk…krubuk…krubuk…, Ulil merasakan lapar yang luar biasa, pandangan Ulil langsung tertuju  pada perahu yang mereka tumpangi, mentimun-mentimun yang berjejer rapi  terlihat sangat menggiurkan, akhirnya karena sudah tidak tahan lagi Ulil mengutarakan idenya  dengan berbisik- bisik ke telinga Mota.

“Hei Mota apakah kamu lapar?"

“Iya” jawab Mota,

”Bagaimana kalau kita  mencicipi mentimun ini  sedikit saja”,kata Ulil.

Mota yang merasakan lapar dari tadi pun  langsung menganggukan kepalanya tanda menyetujui ide dari  Ulil, tanpa sepengatuhan Mantik  yang sedang sibuk mendayung perahunya, mereka mulai melancarkan aksinya, mereka mulai menggigit  bagian ujung perahu.

"Aaahh… benar saja  mentimun ini begitu lezat bisik ulil dalam hati”.

Mota pun merasakan hal yang sama, entah karena cuaca yang panas atau karena seharian belum makan ia merasakan mentimun itu sangat lezat,   karena merasa belum kenyang mereka terus memakan mentimun bagian belakang perahu.

Mantik yang sedang asyik mendayung terkejut  karena perahunya bergoyang  dan Mantik kehilangan keseimbangan, alangkah terkejutnya Mantik setelah menoleh ke belakang  dia melihat bagian belakang perahunya sudah tak utuh lagi.

“Mota, Ulil apa yang kalian lakukan?!! Seru Mantik menahan kemarahan.

Mota dan Ulil menunduk dan terdiam   merasa bersalah

“Maafkan kami Mantik  ujar ulil lirih”.

“Iya maafkan aku juga Mantik, Mota menimpali, kami sangat lapar, jadi kami memakan mentimun di perahumu”

Mantik belum sempat menjawab, tiba- tiba air sudah masuk kedalam perahu mereka, ketiganya terlihat panik.

“Apa yang telah kalian lakukan kata Mantik berteriak, kenapa kalian tidak berfikir panjang? kita sekarang ada dalam bahaya, perahu kita akan tenggelam karena ulah kalian!!!”

Mota dan ulil menunduk merasa bersalah

Mantik mencoba mengendalikan perahunya menyimbangkannya dengan  mendayung sekuat tenaga dengan sayapnya mengarahkan  laju perahunya ke tepi Situ, tetapi air semakin banyak dan cepat masuk kedalam perahu.

Mata Mota dan Ulil berkaca- kaca,air matanya hampir jatuh, namun mereka tahan, mereka tak bisa berkata apa- apa lagi, mereka menyadari bawa hidup mereka akan segera berakhir, penyesalan tak ada gunanya.

Mota dan ulil merasakan air Situ yang dingin seakan akan menusuk- nusuk tubuhnya, tubuh mereka dingin dan kaku  berselimut air situ, perahu mereka akhirnya tenggelam.

Mantik terbang rendah, masih berusaha  mencoba menyelamatkan mereka, mengais-ngais badan  Mota dan Ulil  dengan kedua sayapnya,  tetapi sudah terlambat, air situ sudah menyelimuti badan Mota dan Ulil, mereka akhirnya tenggelam dalam penyesalan dan rasa bersalah.

Mata mantik tertuju pada perahunya yang semakin mendekat ke dasar situ, karena jernihnya air situ sehingga terlihat jelas oleh Mantik, matanya berkaca- kaca, dia menyesal tidak bisa menyelamatkan teman- temannya dan merasakan kekecewaan  dalam hatinya, kenapa kedua temannya mengkhianatinya, mereka melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati.

Mantik menghela nafas panjang berkata lirih “aku memaafkan  kalian, tapi  maafkan aku juga  tidak bisa menyelamatkan nyawa  kalian”.

Tak terasa air mata mantik menetes, Mantik menghela nafas kembali, menyeka air matanya dengan kedua sayapnya, Mantik diam sejenak, lalu mengepakan sayap cantiknya dan dia terbang tinggi, semakin tinggi dengan membawa kesedihan yang mendalam.


TAMAT