Petualangan Pertamaku
Sinopsis
[sunting]Narendra, seorang siswa kelas empat SD yang mendapatkan pengalaman berharga saat berlibur di Yogya.
Lakon
[sunting]- Narendra
- Anggara
- Kakek Sulaiman
Lokasi
[sunting]Yogyakarta
Cerita Pendek
[sunting]Liburan di Yogya
[sunting]Libur sekolah telah tiba. Narendra atau yang akrab disapa Nare mendapat libur semester selama 2 minggu. Nare sangat antusias menyambut liburan sekolahnya kali ini, karena dia akan mudik ke rumah nenek dan kakeknya di Yogyakarta. Rumah Nenek dan Kakek Nare terletak di sebuah desa di salah satu kabupaten di Yogyakarta. Jalan menuju rumah neneknya masih asri dan banyak pepohonan seperti pohon jati, mahoni, pinus, juga terdapat perbukitan di sekelilingnya.
Nenek dan Kakek Nare adalah seorang petani yang juga memelihara dua sapi jantan dan betina di kandang samping rumah mereka. Ketika berlibur di sana, Nare akan ikut Kakek ke ladang untuk menanam atau memanen hasil tanamannya. Sesekali ia dan sepupunya Anggara yang biasa disapa Gara, akan mengikuti Kakek Sulaiman mencari rumput untuk memberi makan sapi. Sehingga Nare selalu antusias menyambut liburannya kali ini. Selain kangen dengan kakek dan neneknya, juga sepupu-sepupunya yang di Yogya, Nare tidak sabar memulai petualangannya di sana.
Pagi itu, Nare bersama ayah dan ibunya berangkat ke Yogya mengendarai mobil dari Semarang. Perjalanan Semarang - Yogya memakan waktu selama kurang lebih 4 jam dengan mobil. Ayah Nare mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sesaat sebelum sampai rumah neneknya, Nare terkejut karena berpapasan dengan banyak bus pariwisata yang melalui jalan tersebut. Padahal saat liburan sebelumnya, jalan yang ia lalui masih terlihat sepi dan lengang. Namun sekarang sudah banyak kendaraan berlalu lalang, bahkan sudah berjajar pertokoan di sepanjang jalan. Nare heran juga kagum karena banyaknya perubahan di desa ini. Hal ini karena semakin banyaknya tempat pariwisata yang dibuka di desa tersebut. Salah satunya pariwisata hutan pinus. Pariwisata tersebut dikelola oleh warga dengan bantuan pemerintah. Dengan harapan warga akan mendapat manfaat dari dibukanya tempat pariwisata di daerah mereka.
Sesampainya di rumah nenek, Nare disambut pelukan hangat dari kakek dan neneknya. Sepupunya pun sudah berkumpul semua. Suasananya ramai sekali. Ada Bude, Pakde, Om, Tante, kakak dan adik sepupunya, semua lengkap. Bahkan tetangga - tetangga pun ada yang ikut menyambut kedatangan keluarga Nare. Sungguh sebuah desa yang hangat.
Setelah mencuci tangan dan kaki, Nare segera masuk ke rumah neneknya. Suasananya ramai karena semua berkumpul. Mereka lalu diajak ke ruang makan untuk makan siang. Meja ruang makan nenek Sri penuh dengan berbagai macam hidangan. Nasi dan semua lauk pauknya lengkap. Ada berbagai macam sayur, serta lauk seperti ayam, lele, dan daging sapi.
Selesai makan, Nare diajak oleh sepupunya pergi ke balai desa. Di sana akan ada pertunjukan jatilan, atau orang sering menyebutnya kuda lumping. Sebuah kesenian tari dengan kuda yang terbuat dari anyaman. Ternyata hari itu adalah hari merti dusun atau bersih dusun atau orang di desa itu sering menyebutnya “rasulan”. Sebuah tradisi di desa sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rezeki dan keberkahan yang mereka terima. Pantas saja semua saudaranya berkumpul lengkap, dan tersedia bermacam hidangan. Setiap rasulan selain sebagai wujud syukur, juga dijadikan sebagai ajang berkumpulnya keluarga terutama yang tinggal berjauhan, selain di hari raya lebaran.
Saat rasulan seperti ini, akan diadakan banyak pertunjukan untuk masyarakat. Selain jatilan yang saat ini disaksikan Nare, malam harinya akan diadakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Esok harinya akan diadakan lomba kirab dari masing-masing RT dimulai dari balai desa dan berakhir di lapangan desa. Setelah itu malam harinya akan diadakan pengajian di balai desa. Nare sangat antusias. Dia jarang mengikuti acara-acara desa karena rumah orangtuanya terletak di sebuah perumahan di tengah kota. Sehingga jarang mengadakan acara seperti ini.
Saat melihat pertunjukan jatilan, Nare terkagum. Penari jatilan tidak hanya dari kalangan bapak-bapak atau orang tua, namun ada remaja putra dan putri, bahkan anak-anak yang seusianya. Mereka menari dengan luwesnya sesuai irama gamelan yang ditabuh. Selesai menari sesuai irama gamelan, para penari kemudian jatuh terkapar di tanah, dan ketika bangun para penari tersebut seperti orang bertingkah aneh. Ada yang memakan bunga tujuh rupa yang dikasih air, memanjat pohon kelapa dan melakukan atraksi - atraksi ekstrim lainnya. Orang-orang di desa menyebutnya “ndadi” atau kesurupan.
Setelah pertunjukan jatilan selesai, Nare dan sepupunya bergegas pulang. Sampai di rumah, mereka melihat kakek Man sedang memberi makan sapinya. Nare menghampiri kakeknya, dan bergegas membantu memasukkan rumput ke dalam kotak di depan kandang sapi. Sambil mengelus kepala sapi, Nare bertanya
“Kek, tradisi rasulan itu apa? Dan kenapa ada tradisi semacam ini?”
“Rasulan itu bersih desa, nak. Bersih desa itu sebagai wujud syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diberikan. Panen melimpah, masyarakat sehat, makanya masyarakat mengadakan acara ini.” Jelas kakek man.
“Besok pagi akan ada lomba kirab di balai desa. Nare mau ikut?” tanya kakek man.
“Kirab itu apa kek?” tanya Nare Lagi.
“Kirab itu warga akan mengarak gunungan yang terbuat dari hasil panen sebelum dibagi-bagikan. Selain itu, besok juga akan diadakan lomba berpakaian sesuai tema atau kreasi kelompok masing-masing selama kirab berlangsung. Kalau Nare mau ikut, akan kakek daftarkan ke Pak RT.”
“Mau kek. Nare penasaran acaranya seseru apa.” Seru Nare antusias.
“Oiya kek, tadi Nare dengar dari Dimas nanti malam aka nada pertunjukan wayang semalam suntuk. Nare mau ikut nonton kek.” Kata nare lagi.
“Boleh, Nanti malam kita nonton bareng. Kakek sangat suka pertunjukan wayang. Apa Nare tahu cerita wayang?” tanya kakek lagi.
“Nare hanya tahu sekilas kek, tentang pandawa lima dan kurawa. Selebihnya Nare kurang tahu kek,” jawab Nare.
“Nanti malam kita nonton bareng, akan kakek jelaskan yang Nare belum tahu.”
“Terima kasih kek.” Nare tersenyum ceria.
Malam harinya, Nare bersama kakek, ayah, dan saudara-saudaranya pergi menonton wayang. Sedangkan nenek, ibu, dan saudara perempuan lainnya pergi ke tempat Pak RT untuk menghias gunungan dan menyiapkan keperluan untuk kirab esok hari.
Petualanganku
[sunting]Keesokan harinya seusai solat subuh, Kakek memberitahu Nare dan Gara untuk segera mandi dan bersiap ke rumah Pak RT untuk persiapan mengikuti kirab. Nare dan Dimas diantar oleh kakek ke rumah Pak RT. Di sana sudah banyak orang mulai dari orang tua, remaja, dan anak - anak seusia Nare berkumpul. Pak RT mulai memberi pengarahan tentang peran masing-masing orang. Nare, Gara, dan 2 anak laki-laki lainnya mendapat peran menjadi anak anoman dalam cerita pewayangan. Setelah semua mendapat peran masing-masing, mereka segera antri untuk dirias sesuai peran. Begitu juga dengan Nare, ia antri untuk dirias menjadi pasukan anoman lengkap dengan kostumnya. Nare sangat antusias menjalankan perannya.
Setelah semua selesai, mereka semua langsung bersiap untuk berangkat ke balai desa. Nare terkagum melihat gunungan hasil karya ibu-ibu semalam yang akan dibawa menuju balai desa, kemudian diarak sampai ke lapangan. Saat mengarak gunungan dari balai desa menuju lapangan inilah warga yang mendapat peran harus menunjukkan kebolehannya. Ada kakek-kakek yang berperan sebagai anak SD, ada yang berdandan sebagai tokoh pahlawan, bahkan ada yang berperan sebagai anoman seperti yang diperankan Nare, dan tokoh pewayangan lainnya.
Pukul 8.15 WIB acara kirab pun dimulai. Warga berjajar sesuai urutannya dan mulai berjalan menuju lapangan desa. Disepanjang jalan, banyak warga yang menyaksikan acara kirab ini. Tidak hanya warga desa ini, tapi juga dari warga desa lainnya. Mereka bertepuk tangan riuh setiap ada peserta kirab yang melakukan atraksi, menunjukkan kebolehannya. Ada yang melakukan salto, ada yang melakukan gerakan silat dan lain sebagainya sesuai peran mereka. Selain warga yang menjadi penonton, di sepanjang jalan tersebut juga ada juri yang akan memberi nilai pada semua peserta kirab.
Pukul 10.00 WIB peserta kirab sampai di lapangan desa. Di sana berdiri sebuah panggung dengan seorang MC, seorang pemain organ tunggal, dan dua orang penyanyi laki - laki dan perempuan menyambut para peserta dengan meriah. Kepala Desa kemudian memberikan sambutannya. Setelah itu, Gunungan yang mereka bawa diletakkan di tengah lapangan dan kemudian diperebutkan. Para peserta kirab kemudian dipersilahkan menikmati hidangan yang sudah disediakan panitia di tenda - tenda yang didirikan di pinggir lapangan. Sambil menunggu para juri mengumpulkan nilai, para peserta dan warga lainnya akan dihibur dengan perlombaan menyanyi untuk anak usia TK-SD.
Semua bertepuk tangan meriah setiap ada peserta yang selesai bernyanyi. Suasananya sangat ramai dan hangat.
"Nare, mau ikut lomba menanyi tidak?" tanya Kakek Man.
"Nare malu kek, belum pernah menyanyi di atas panggung." jawab Nare.
"Justru karena itu, Nare perlu mencobanya. Kemarin kakek dengar suara Nare bagus." kakek Man memberi motivasi.
"Akan Nare coba ya kek, bersama Gara." jawab Nare kemudian.
"Bagus, itu baru cucu kakek. Harus berani mencoba hal-hal baru." kakek tersenyum puas. Nare kemudian mengajak Gara sepupunya untuk mendaftar perlombaan tersebut. Setelah mendapat nomor peserta, Nare dan Dimas berlatih menyanyi di belakang panggung. Setengah jam kemudian Nare dan Dimas mendapat giliran naik ke atas panggung untuk menyanyi. Lagu yang mereka pilih adalah lagu Bunda dari pencipta dan penyanyi lagu ternama Melly Goeslaw. Juri perlombaan tersebut adalah dua orang penyanyi yang menyambut mereka saat sampai di lapangan.
Setelah semua peserta selesai bernyanyi, MC mengumumkan pemenang perlombaan kirab. Untuk pemenang perlombaan menyanyi akan diumumkan setelahnya, karena juri harus menghitung nilai mereka terlebih dahulu. Saat pengumuman pemenang, RT 1 berhasil keluar sebagai juara 2 dan mendapatkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk perbaikan fasilitas umum seperti perbaikan jalan, perbaikan masjid, perbaikan lampu jalan, dan sebagainya. Meski tidak mendapat juara pertama, namun seluruh warga RT 1 bersorak ria.
Kini saatnya pengumuman untuk perlombaan menyanyi tingkat TK - SD. Dan hasilnya Nare dan Gara menjadi juara harapan 2 dan mendapatkan hadiah seperangkat peralatan sekolah seperti buku, pensil, penghapus, dan penggaris. Nare dan Dimas melompat bahagia. Begitupula dengan orang tua mereka. Tak terkecuali kakek dan nenek yang juga bangga melihat kedua cucunya memenangkan perlombaan meski hanya sebagai juara harapan. Tentu saja karna mereka tidak ada persiapan sebelumnya, sehingga maklum jika belum keluar menjadi juara.
"Bagaimana perasaan Nare dan Gara setelah mengikuti lomba?" tanya kakek.
"Seruu, kek. Gara mau ikut lagi kalau ada lomba - lomba yang lain." jawab Gara.
"Iya kek, ternyata menyanyi di atas panggung tidak menakutkan." Nare menimpali.
"Bagus. Kakek senang mendengarnya. Selama itu perbuatan baik, jangan malu untuk melakukannya ya cucu-cucuku." nasihat kakek.
"Siap, kek!" Gara dan Nare menjawab bersamaan.
Setelah selesai acara, warga segera pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan keluarga kakek Man. Setelah sampai rumah, mereka langsung beristirahat. Tenaga terasa terkuras setelah jalan sejauh hampir 5 kilometer. Namun tidak dengan Nare. Meskipun lelah, Nare menantikan acara apa lagi yang akan ia ikuti esok hari dan pengalaman apalagi yang akan ia dapatkan mengingat ia akan berada dirumah kakek selama 2 minggu. Dua hari ini akan Nare anggap sebagai petualangan pertamanya yang seru dan menyenangkan. Tentu saja pengalamannya ini akan menjadi cerita seru untuk teman-teman di sekolahnya nanti.