Lompat ke isi

Peupok Leumo

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Apa itu Peupok Leumo?

[sunting]

Peupok Leumo merupakan permainan yang telah menjadi tradisi terletak di Provinsi Aceh. Peupok Leumo merupakan permainan yang dimana para peternak sapi saling mengadu sapi milik keduanya untuk di lawan dan juga menjadi ajang gengsi bagi kedua peternak sapi. Saat Peupok Leumo akan diadakan, maka para peternak sapi akan memberikan sapi terbaiknya untuk saling di adu dan melihat bahwa siapakah sapi terbaik dari para peternak yang mengikuti pertandingan Peupok Leumo. Meskipun hal ini terlihat seperti penyiksaan hewan, tetapi sapi juga akan diawasi agar tidak menjadi hal yang di inginkan. Di Aceh, tradisi ini juga sudah menjadi hal yang lumrah untuk di pertontonkan. Tradisi ini juga ternyata memberikan dampak positif juga pada sapi, seperti membuat pertumbuhan sapi lebih cepat.


Untuk melihat permainan ini, biasanya permainan ini diadakan di kampung-kampung Aceh dan beramai-ramai di lapangan yang telah disediakan menjadi arena Peupok Leumo. Sebelum melakukan pertandingan, biasanya para peternak menyiapkan sapi yang besar dan kuat untuk menjadi kandidat pemenang. Antusias dari warga pun juga tak kalah ramai, bahkan ada yang sampai rela datang lebih dulu hanya untuk melihat para sapi sedang bersiap.


Permainan ini sempat menjadi kontroversi karena bisa saja terdapat unsur perjudian yang melanggar syariat Islam di Aceh, namun untungnya hal tersebut dapat di hindari mengingat bahwa mayoritas warga Aceh adalah muslim.


Saat permainan ini sudah dimulai, para sapi akan saling menanduk satu sama lain untuk menunjukan siapa yang lebih kuat. Waktu berlaga pun tidak akan berlama-lama, hanya sekitar 10 menit tiap pertandingan. Dan para sapi yang berkumpul bisa menjadi sangat banyak. Permainan ini juga diawasi oleh para juri untuk menghindari adanya tindak kecurangan. Ketika pertarungan telah selesai, sapi yang keluar sebagai pemenang bisa mendapat kenaikan harga yang cukup fantastis tergantung bobot yang ada.

Sejarah Singkat

[sunting]

Peupok Leumo sudah ada sangat lama di Aceh, namun tidak tahu pasti darimana dan kapan tradisi ini bisa muncul, namun ada cerita yang mengatakan bahwa pada masa kerajaan, para peternak disana memiliki sapi yang begitu banyak dan kebetulan sedang merasa bosan, maka jadilah para peternak itu mengadu sapi-sapi mereka hingga para warga pun ikut menyaksikan itu dan menjadi pertunjukan yang digemari bahkan hingga saat ini. Yang pasti dan yang terpenting adalah bahwa permainan Peupok Leumo sudah menjadi ciri khas Aceh dan masih banyak ditemukan disana.

Sarana dan Prasarana

[sunting]

Permainan ini cukup kompleks dan tidak dapat dimainkan dengan sembarangan. Para pemainnya membutuhkan sapi yang telah mengikuti standar perlombaan dan hanya bisa ikut dalam perlombaan, tidak diperbolehkan untuk mengadu tanpa adanya pengawas karena dapat terjadi hal yang tidak diinginkan. Permainan ini juga mengharuskan pemainnya untuk bermain di lapangan yang luas dan besar untuk mencegah sapi menyerang penonton disekitarnya.

Aturan Permainan

[sunting]
  1. Sapi yang dibawa harus sesuai peraturan lomba.
  2. Sapi harus diperhatikan kesehatannya dan tubuhnya.
  3. Saat dimulai, sapi tidak dapat menyerang bagian tubuh dan hanya beradu tanduk
  4. Jika sapi yang sedang di adu melakukan kecurangan, maka akan langsung di diskualifikasi.
  5. Kedua belah pihan harus saling menghormati dan menghargai

Cara Bermain

[sunting]
  1. Siapkan sapi yang telah dipersiapkan.
  2. Siapkan juga lapangan yang telah menjadi sarana pertandingan.
  3. Perhatikan batas dari pertandingan agar tidak keluar batas.
  4. Tali diikat kepada sapi agar menjaga untuk tidak mengamuk dan kabur.
  5. Arahkan sapi untuk mengarahkan tanduknya ke tanduk lawannya.
  6. Sapi harus bisa bertahan dan jangan sampai mati.

Manfaat Permainan

[sunting]
  1. Mempertahankan budaya turun-temurun
  2. Memberikan dampak positif yang baik untuk sekitar.
  3. Memberikan rasa tanggung jawab.
  4. Menjadikan hal ini sebagai olahraga yang bagus untuk jasmani dan rohani.