Lompat ke isi

Piko, Anjing Penjaga Yang Setia

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
           Piko adalah seekor anjing penjaga yang setia. Majikannya seorang petani jagung. Apa pun yang diperintahkan majikannya selalu dituruti. Dia bertugas menjaga rumah dan ladang jagung milik petani. Dia sering menghalau burung-burung pemakan jagung. Tak dibiarkan orang jahat atau siapa pun masuk ke dalam rumah majikannya.
           Karena telah banyak membantu keluarga sang petani, tak heran jika dia sangat disayangi. Dia diberi makan yang enak-enak dan tempat berteduh yang nyaman. Keistimewaan yang diberikan kepada Piko itu membuat hewan-hewan peliharaan petani lainnya merasa iri. Mereka tidak suka pada Piko.
           “Enak si Piko ya, dia sangat dimanja dan diperhatikan majikan kita!” cetus Kiki, si kucing.
           “Iya, nih! Dia juga sering mendapat makanan yang enak-enak!” sahut Dona, si bebek.
           “Sementara kita tidak pernah diperhatikan oleh majikan kita!” Lani si ayam ikut senewen.
           “Kita harus bikin Piko dibenci Pak Petani. Dengan begitu dia akan diusir dan kita yang ganti diperhatikan Pak Petani,” usul Kiki.
           “Tapi bagaimana caranya?” tanya Dona.
           Kiki lalu membisikkan sebuah rencana kepada teman-temannya. Mereka tersenyum dan mengangguk setuju.
           Siang itu, Pak Petani dan istrinya pulang dari ladang. Mereka terkejut mendapati rumah dalam keadaan berantakan. Meja kursi jumpalitan. Sepertinya baru saja ada orang asing memasuki rumah. Mungkin orang itu berniat jahat, tapi karena tidak menemukan harta berharga, mereka jadi kesal dan mengobrak-abrik barang yang ada di dalam rumah.
           Pak Petani menjadi marah dan segera memanggil Piko. Sementara Piko yang baru saja pulang dari bepergian, karena tadi dilapori oleh Kiki kalau ada orang jahat keluar dari rumah majikannya. Tapi semua itu sebenarnya akal bulus Kiki dan teman-temannya supaya Piko lengah menjaga rumah majikannya.
           Pak Petani lalu memarahi dan mengusir Piko dari rumah karena dianggap lalai. Piko merasa sangat sedih. Dengan langkah lunglai dia meninggalkan rumah Pak Petani. Kiki dan teman-temannya yang melihat dari balik pintu tersenyum senang. Mereka bersorak sorai penuh kemenangan. Kini mereka bisa merebut hati Pak Petani.
           Sejak Piko pergi dari rumah, tidak ada lagi yang menjaga rumah dan ladang jagung. Terpaksa Pak Petani dan istrinya bersusah payah mengusir burung-burung yang menyerang jagung-jagungnya. Sementara itu Kiki, Dona, dan Lani berpesta pora di rumah karena merasa bebas melakukan apa saja.
           Siang itu, ketika Kiki dan kedua temannya sedang asyik bercengkerama, tiba-tiba datang dua orang pencuri memasuki rumah. Mereka hendak menggasak harta benda milik petani. Kebetulan saat itu Pak Petani dan istrinya sedang berada di ladang. Kiki dan teman-temannya tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak bisa mencegah apalagi menghalau kedua maling itu.  
           Ketika Pak Petani dan istrinya pulang, mereka merasa sedih karena harta mereka habis dibawa pencuri. Mereka jadi menyesal karena telah mengusir Piko.
           “Coba kalau ada Piko, tentu peristiwa seperti ini tak akan terjadi. Aku menyesal telah mengusirnya. Padahal dia telah banyak berbuat baik pada kita,” kata Pak Petani lesu.
           “Makanya, Pak. Jangan terburu emosi. Jangan meluapkan kemarahan membabi buta. Piko telah banyak berjasa kepada kita. Dia menjaga rumah, harta benda, ladang, dan juga hewan-hewan peliharaan kita yang lain. Tanpa Piko tempat tinggal kita ini jadi tidak aman,” timpal sang istri.
           “Aku ingin Piko kembali ke rumah ini lagi.” 

“Tapi ke mana harus mencarinya, Pak? Dia sudah terlanjur pergi jauh!”

           Pak Petani hanya bisa termenung sedih.
           Pembicaraan Pak Petani dan istrinya didengar oleh Kiki dan teman-temannya. Mereka jadi ikut sedih dan menyesal. Mereka merasa bersalah karena telah menyebabkan Piko pergi dari rumah. Mereka lalu bersepakat mencari Piko dan akan mengajaknya kembali ke rumah. Mereka sadar kalau Piko bukan hanya berjasa menjaga harta benda majikannya, tapi juga keselamatan teman-temannya.
           Beruntunglah, mereka bisa menemukan Piko di sudut pasar dalam keadaan compang-camping. Kiki dan teman-temannya meminta Piko pulang kembali ke rumah majikannya. Tadinya Piko tidak mau karena merasa telah berbuat salah. Tapi Kiki kemudian menceritakan kejadian sebenarnya. Piko tidak bersalah, karena dirinya hanya kena fitnah.
           “Maafkan kami karena telah menyebabkan kamu diusir dari rumah. Maukah kamu memaafkan kami, Piko?” pinta Kiki mewakili teman-temannya.
           Ternyata Piko berjiwa besar. Dia mau memaafkan kesalahan teman-temannya. Dia pun mau kembali ke rumah majikannyya. Kembalinya Piko disambut bahagia Pak Petani dan istrinya. Rumah Pak petani kini kembali menjadi aman dan damai! (*)