Ragam dan Manfaat Permainan Tradisional Di Kabupaten Pangkep Sulsel/Ma'santo'
Alat Permainan Santo’Santo
[sunting]Permainan santo’-santo’ membutuhkan batu yang sedikit berbentuk pipih. Alasan pemilihan batu berbentuk pipih agar, batu tersebut mudah disusun dalam posisi berdiri. Selain itu, batu berbentuk pipih mudah dikendalikan saat dilempar.
Biasanya anak-anak yang telah memiliki batu yang dianggap cukup bagus, akan disimpan selepas bermain dan akan digunakan kembali setiap kali bermain santo’. Batu andalan tersebut disebut sebagai batu “pattabba’”.
Cara Bermain Santo’-santo’
[sunting]Bermain santo’ memiliki tiga tahapan. Tetapi sebelum mulai bermain, biasanya anak akan berbagi tugas. Sebagian anak membuat garis permainan dan sebagain lainnya mencari batu yang akan digunakan sebagai alat bermain.
Tahap Pertama
[sunting]1. Peserta akan dibagi ke dalam dua regu. Satu regu yang bertugas bermain disebut regu amba’ atau panggamba’. Dan satu regu yang menjadi regu yang batunya menjadi sasaran amba’. Untuk giliran bermain bisa dilakukan pengundian dengan cara suit yang diwakili oleh salah seorang peserta.
2. Regu yang bertugas sebagai panggamba’ segera mengambil posisi kurang lebih tiga meter dari area permainan untuk melakukan lemparan. Tidak ada patokan jarak resmi, semua tergantung dari kesepakatan peserta
3. Adapun regu satunya, akan menyusun batu yang mereka miliki di garis permainan. (gambar 1)
4. Regu amba’ mulai melempar menggunakan batu miliknya dengan target batu lawan. Anggota regu masing-masing menargetkan satu batu sasaran. Regu amba’ sebisa mungkin mendekatkan batu yang dilemparnya ke arah batu lawan atau bahkan langsung menjatuhkan batu lawan. Ada beberapa kejadian yang mungkin terjadi.
- Batu regu amba’ mengenai langsung batu lawan dan jatuh, maka ia dianggap berhasil dan bisa melanjutkan permainan.
- Batu regu amba berada persis di garis picco, maka nantinya ia akan melakukan lemparan dua dengan mata ditutup satu (picek).
- Batu regu amba berada persis di garis buta, maka nantinya ia kan melakukan lemparan dengan mata ditutup dua (buta).
- Batu regu amba melewati batu lawan, maka lawan akan menendang belakang batu lawan ke arah titik melempar. Cara menendangnya yaitu batu lawan diletakkan di garis picco. Lalu pemain mendorong batu itu menggunakan bagian jari-jari kaki ke arah belakang. (lihat gambar 2). Satu batu anggota tim yang melewati batu lawan, maka seluruh anggota tim mendapat hukuman yaitu batunya ditendang ke belakang agar semakin menjauh dari batu sasaran.
5. Tempat jatuhnya batu yang dilempar, menjadi titik baru untuk mengarahkan lemparan ke arah batu lawan. Tetapi kali ini tidak boleh langsung melempar. Terlebih dahulu batu yang akan digunakan untuk melempar diayun melalui kaki yang terangkat dan ditangkap lalu dilempar. (lihat gambar 3)
6. Setelah ditangkap barulah batu dilemparkan ke arah batu lawan. Jika ada satu anggota tim yang tidak berhasil menjatuhkan batu lawan, maka ia akan diwakilkan oleh teman yang sudah berhasil menjatuhkan batu lawan. Jika setelah diwakilkan tidak berhasil juga, maka dilakukan pertukaran posisi (rolling), di mana regu amba’ bergantian menjadi regu sasaran. Tetapi jika berhasil, maka dilanjutkan ke tahap kedua.
Tahap Kedua
[sunting]- Regu amba’ bersiap di dekat garis bicco. Batu diletakkan di punggung kaki (lihat gambar 4). Lalu dengan melangkahkan kaki sekali, dan mengarahkan batu yang ada di kaki ke arah batu lawan. Jika berhasil dilanjutkan ke tahap ketiga. Jika gagal, maka dilakukan pertukaran posisi (rolling).
- Seperti sebelumnya jika ada tim yang gagal, maka ia boleh diwakilkan oleh teman setimnya.
Tahap Ketiga
[sunting]- Seperti dengan tahap kedua, tetapi pemain memulai dari garis amba. Lalu berjalan satu kaki, dan batu tetap ada di di atas punggung kaki yang terangkat (mirip pada permainan engklek).
- Setelah sampai di garis bicco, pemain segera menembak batu lawan, seperti pada tahap kedua.
- Jika berhasil maka tim yang bermain dinyatakan pemenang. Skor 1-0. Permainan bisa dilanjutkan kembali. Skor maksimal pemenang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
- Tim yang kalah biasanya akan dihukum dengan cara denge’ (menggendong di punggung).