Ragam dan Manfaat Permainan Tradisional Di Kabupaten Pangkep Sulsel/Manfaat

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Manfaat Permainan Tradisional[sunting]

Ketika anak-anak memainkan permainan tradisional, yang dipikirkan hanyalah tentang seru atau tidaknya sebuah permainan. Anak-anak hanya akan memainkan permainan yang menurut mereka membawa keseruan dan keceriaan. Membuat perasaan menjadi bahagia memang menjadi salah satu tujuan bermain.

Permainan tradisional dilakukan anak-anak di masa lalu dengan tujuan untuk mencari kesenangan bersama dengan teman-teman. Walau permainan tradisional juga mengenal istilah kalah-menang, tetapi tujuan utamanya untuk bersenang-senang bersama teman-teman yang terlibat dalam permainan tersebut. Karena itu, penentuan akan memilih bermain apa, sangat tergantung dengan jumlah anak yang berkumpul di tempat bermain.

Di balik kebahagiaan memainkan permainan tradisional tersebut, permainan tradisional juga membawa beragam manfaat bagi pemainnya. Bermain tidak hanya meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga mengembangkan bahasa, emosi, displin, kreativitas dan perkembangan fisik anak[1].

Berikut uraian manfaat permainan tradisional yang diuraikan di buku ini:

Melatih Kecerdasan Interpersonal[sunting]

Permainan tradisional kebayakan dimainkan secara berkelompok. Pun, untuk permainan individual akan melibatkan interaksi antar pemainnya. Mereka berkomunikasi dan memutuskan tentang aturan permainan yang akan digunakan. Tidak adanya aturan baku dalam permainan tradisional, sehingga permainan tradisional biasanya dimulai dengan mendiskusikan aturan seperti apa yang akan digunakan dalam permainan.

Komunikasi dan interaksi sepanjang permainan, tanpa disadari akan melatih kecerdasn interpersonal anak-anak.  Secara umum kecerdasan interpersonal mengacu pada kemampuan menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan[2].  

Dalam konteks permainan tradisional, anak-anak bisa leluasa bermain dan saling berkomunikasi dengan teman-temannya secara tidak langsung akan melatih anak-anak untuk memahami orang lain, melatih anak untuk menyampaikan pendapat, melatih diri saat dipimpin oleh rekan satu tim, juga saat harus memimpin teman setim, termasuk memotivasi rekan setim agar bisa memenangkan permainan.

Melatih Motorik Anak[sunting]

Perkembangan motorik anak harus dikembangkan baik pada gross motor skills (motorik kasar) maupun fine motor skill atau motorik halus[3]. Permainan tradisional secara tidak langsung melatih anak-anak untuk melibatkan motorik kasar dan motorik halusnya. Saat anak-anak bermain, maka anak-anak akan melakukan beragam aktifitas fisik.

Permainan tradisional cangke banyak melibatkan aktifitas seperti berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya yang penting untuk melatih motorik kasar. Adapun motorik halus dipermainan tersebut saat aktifitas melempar, menangkap, serta memainkan anak cangke. Motorik anak juga ikut distimulasi pada permainan egrang.

Melatih Seni dan Kreatifitas Anak[sunting]

Permainan tradisional lahir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat dengan mengandalkan kekayaam alam yang ada di daerah tersebut. Itulah sebabnya permainan tradisional tidak memiliki aturan yang sangat baku. Pada permainan cangke, jika anak tidak menemukan bambu, ia bisa menggantikan dengan ranting yang bisa mereka dapatkan.

Anak-anak juga dirangsang untuk mau menemukan benda yang bisa dimainkan. Pada permainan songko’-songko’ jangang, anak-anak yang di malam hari dilarang untuk bermain petak umpet, justru bisa bermain yang mirip petak umpet dengan menggunakan sarung yang biasa mereka gunakan saat maghrib di mushallah.

Permainan tradisional juga diperkaya dengan beragam lagu yang jenaka dan menghibur. Lagu cincing banca atau lojo’-lojo’ sedikit banyaknya ikut menstimulus  kemampuan seni anak-anak.

Melatih Kemampuan Bahasa Anak[sunting]

Kemampuan berbahasa berkaitan erat dengan kemampuan anak bersosialisasi. Permainan tradisional, di mana anak-anak bermain dengan cara berkelompok dan juga bertatap muka langsung, maka anak-anak akan terbiasa untuk berkomunikasi dengan rekan sepermainannya. Terlebih lagi, permainan tradisional membutuhkan komunikasi di awal permainan untuk merundingkan beberapa aturan tambahan yang dibutuhkan.

Permainan songko’-songko’ jangang, bukan hanya melatih kemampuan berbahasa anak di level dasar, tetapi juga menstimulus kreatifitas berbahasa anak. Lewat sentuhan sastra, anak-anak dilatih untuk kreatif mengembangkan kemampuan berbahasa yang dimiliki.

Referensi[sunting]

  1. Rosalina, A. (2011, Februari). Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain. Psycho Idea , Tahun 9 No.1.
  2. Safaria. (2005). Interpersonal Intelligence-Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.
  3. Andarwati, S. R. (2020, April ). Permainan Lego (Parallel Play) Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3-6 Tahun. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01.