Rencana Besar Jerry

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Jerry nekat membuat daftar harga untuk berbagai pekerjaan rumah. Ia harus melakukannya demi mewujudkan rencana besarnya.

Lakon[sunting]

  1. Jerry
  2. Mama Jerry
  3. Pak Ketut

Daftar Harga[sunting]

Jerry membuka mata perlahan-lahan. Matanya masih terasa berat, dan kasurnya masih terlalu nyaman. Terlihat sinar matahari masih menembus jendela kamarnya, pertanda hari masih belum berganti jadi malam. Jerry melihat ke arah jam dinding. Pukul 17.15. Ia bisa mendengar suara teman-temannya berlari-lari diluar rumah. Biasanya, suara teman-teman yang bermain di sore hari sudah cukup untuk membuat Jerry bergegas turun dari kasur dan segera bergabung. Namun tidak hari ini. Jerry punya rencana penting, sesuatu yang sudah dipikirkannya selama berhari-hari.

Demikianlah Jerry apabila sedang memikirkan suatu rencana. Sejak dulu, Jerry yang kini berusia 10 tahun, selalu fokus apabila sedang merencanakan sesuatu. Dulu, Jerry ingin bisa naik sepeda roda dua dengan lancar. Ia membayangkan betapa asyiknya berkeliling komplek perumahan dengan sepeda roda dua bersama teman-temannya. Demi lancar bersepeda, Jerry sering mencari kesempatan naik sepeda. Ia selalu bersemangat ketika ibunya meminta tolong beli telur, gula dan garam di warung, karena itu artinya ia bisa punya alasan untuk memilih rute dengan tanjakan, turunan dan belokan yang asyik dilewati dengan sepeda. Beberapa kali ia terjatuh, namun hal itu tidak membuatnya berhenti bermain sepeda. Kini, ia sudah lancar bersepeda dan Jerry punya tantangan lain yang dihadapinya.

Jerry pun beranjak pelan turun dari kasur kemudian mencari tas sekolahnya. Ia mengambil pensil dan selembar kertas kosong lalu dengan masih mengantuk, Jerry beranjak duduk ke meja belajarnya dan bersiap menulis sesuatu.

D

A

F

T

A

R

H

A

R

G

A

Ia menulis “Daftar Harga” dengan pelan, rapi, dan sangat hati-hati. Meskipun mengantuk, Jerry berusaha fokus. Ia harus berpikir keras, dan kemudian melanjutkan tulisannya di kertas.

“Menyapu, Rp 5.000.”

“Mengepel, Rp10.000.”

“Menyiram tanaman, 5.000.”

“Merapikan mainan, Rp5.000.”

“Merapikan kasur, Rp5.000”

Jerry sedang membuat daftar harga dari pekerjaan–pekerjaan rumah. Ia duduk cukup lama dan membuat daftar yang cukup lengkap. Sesekali ia berhenti, matanya terlihat berpikir keras, dan lalu kembali menulis. Sesekali ia mengangguk-angguk. Ia yakin dengan rencana ini dan sudah memikirkannya dari jauh-jauh hari. Ia butuh uang, dan satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah dengan meminta uang dari mamanya. Namun, ia harus punya alasan yang bagus agar permintaannya dikabulkan. Oleh karena itu, Jerry membuat daftar harga tersebut.

Tiba-tiba, pintu kamar dibuka dengan lembut.

Jerry kaget dan refleks membalik kertasnya.

“Jerry, mama kira kamu tidur siang?” kata mama Jerry yang berjalan menghampirinya dengan ekspresi penasaran. 

“Iya ma, Jerry baru bangun kok,” jawab Jerry dengan tatapan mata yang masih menunjukkan kantuk. 

“Kamu mandi dulu ya, lalu makan malam. Mama sudah bikin ayam bakar kesukaan kamu,” kata mama Jerry. 

“Oh iya ma, Jerry mandi dulu terus nanti ke meja makan,” ucap Jerry.

Malam itu, Jerry makan malam dengan terburu-buru. Tak lama setelah makanannya selesai, Jerry segera kembali ke kamar tidurnya. Tapi, Jerry sebenarnya tidak langsung tidur. Ia gelisah memikirkan bagaimana reaksi mamanya ketika mendengar ia memberikan daftar harga untuk pekerjaan-pekerjaan rumah yang telah ia susun.

Izin[sunting]

Dua hari sudah berlalu dan Jerry belum juga melakukan niatnya memberikan daftar harga tersebut ke mamanya. Ragu, takut, cemas, bercampur jadi satu. Namun, Jerry sudah membulatkan niat. Ini adalah cara satu-satunya yang bisa ia lakukan demi mendapatkan uang yang cukup.

Sore itu, Jerry membulatkan tekad untuk memberikan secarik kertas berisi daftar harga pekerjaan rumah tersebut ke mamanya, sekaligus menyampaikan rencananya. Dengan perlahan, Jerry berjalan ke arah mamanya yang sedang berada di ruang keluarga.

“Ma, ini Jerry mau mama baca,” ujarnya.

“Apa itu nak?” kata mamanya penasaran.

“Baca dulu aja, ma,” kata Jerry sambil gelisah.

Mama Jerry mengambil kertas tersebut, membaca perlahan-lahan, dan tidak bisa menyembunyikan keheranannya.

Ini siapa yang bikin, nak?” kata mama Jerry. 

“Itu aku yang tulis ma,” kata Jerry. “Aku mau bantuin mama di rumah. Tapi aku juga pengen dapet uang tambahan, ma.”

Mama Jerry masih berusaha memahami niat anaknya yang masih berusia SD ini. Memang, Jerry sejak kecil selalu penuh dengan tingkah yang tak terduga dan banyak akal. Namun ia tidak menyangka anaknya bisa terpikir membuat Daftar Harga untuk membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Dalam hati, ingin rasanya ia segera bilang: 

“Kamu ngga sayang mama ya? Nyapu, ngepel, cuci piring aja pakai daftar harga

atau

“Oke, kamu akan dibayar sesuai daftar harga ini, tapi mama kasih kamu daftar harga untuk makanan yang kamu makan sehari-hari ya?”



Namun mama Jerry memutuskan untuk tidak berkata apa-apa dan hanya diam saja mendengarkan Jerry menjelaskan idenya ini. 

“Nah, jadi rencananya mulai besok aku mau lakuin ini, ma. Gimana, mama setuju kan?”

“Kamu dapat ide ini dari mana, nak?” 

“Ya menurut Jerry sih sama seperti kalau makan di restoran, kan kita bisa pesan per satu menu gitu, ma”. 

“Lalu apa alasannya kamu bikin rencana ini?” 

“Ah ada deh ma. Pokoknya mama setuju dulu aja ya? Jerry bisa mulai besok ya ma? Oke? Oke?” Jerry berusaha membujuk mamanya supaya menuruti rencanya. 

“Hmmmmmm…. okelah. Tapi kamu harus janji bahwa semua rencana ini tidak akan menggangu sekolah kamu ya. Kamu harus tetap rajin mengerjakan PR, tugas sekolah, dan tetap ikut kursus berenang seperti biasa. Pokoknya jangan sampai ada yang terganggu. Kalau kamu setuju, mama izinkan kamu jalankan rencana ini.”

“Oke ma, setuju. Makasih ma,” kata Jerry senang. 



Malamnya, mama Jerry dan papa Jerry berdiskusi membahas rencana Jerry tersebut. Keduanya pun sepakat meskipun mereka tidak sepenuhnya mengerti apa rencana anaknya dengan melakukan ini, namun mereka setuju menuruti anaknya dan memberikan Jerry kesempatan melakukan proyek kecil “Daftar Harga” ini. Lagipula, Jerry sudah berjanji bahwa aktivitasnya tidak akan terganggu dengan adanya rencana baru ini. 

Saatnya Beraksi[sunting]

Keesokan harinya, hari Sabtu pagi, langit masih mendung tebal, namun Jerry bergegas bangun tidur lalu segera menemui mamanya.

“Ma, Jerry nyapu ya. Sapunya ada di mana?”, tanya Jerry yang jarang memperhatikan di mana biasanya mamanya meletakkan sapu. 

“Kamu mau nyapu, nak? Ada tuh sapu dibalik pintu. Ada pengki juga di situ. Kamu ambil aja, lalu nyapu mulai dari ruang tamu ke teras aja ya, soalnya mama masih mau masak di dapur.”

“Oke ma, Jerry ngerti. Ya udah ya, Jerry nyapu dulu.”

Dengan bersemangat Jerry mengambil sapu dan segera menyapu area rumah seperti yang diucapkan mamanya. Mama Jerry sesekali melihat anaknya menyapu dengan penuh semangat. Setelah selesai, Jerry kemudian mengeluarkan kertas kosong dari kantongnya, dan menulis:



Sabtu, 2 September 

Nyapu: Rp 5,000



Jerry tersenyum lebar. Ia membayangkan berapa banyak yang bisa ia dapatkan jika bekerja lagi. Ia melihat sekeliling rumah dan mencari apa yang bisa ia kerjakan. Demikian Jerry menjalankan rencananya.

Perjuangan[sunting]

Menyelesaikan sesuatu memang lebih berat daripada memulainya. Hal ini sedang dialami Jerry. Setelah beberapa hari mengumpulkan uang dari hasil melakukan pekerjaan rumah, kini ia mulai merasa kesulitan. Ini karena Jerry harus membagi waktu antara pekerjaan rumah dan juga tugas sekolah. Kebetulan ia sedang belajar Matematika. Jerry suka pelajaran ini, karena gurunya yang baik dan sabar. Nah, karena lebih mengutamakan tugas sekolah, Jerry pun hanya bisa membantu mengerjakan pekerjaan rumah hanya pada Sabtu dan Minggu saja. Itupun akhirnya tidak terlalu banyak, karena ia juga masih ingin bermain bersama teman-temannya.

Padahal, rencana Jerry adalah mengumpulkan uang sebesar Rp300,000 sebelum awal Desember. Sementara hari ini, 20 November, Jerry baru mengumpulkan Rp 200,000. Ia tahu, sesuatu harus dikorbankan jika ia ingin mengumpulkan sesuai target, yaitu Rp300,000 pada awal November. 

Ia mengingat-ingat berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk bermain, mengerjakan tugas, dan membantu pekerjaan rumah. Setelah beberapa saat, ia kemudian tersadar bahwa apabila ia benar-benar ingin mengumpulkan uang sesuai targetnya dan disaat yang sama tetap mengerjakan tugas sekolah dengan baik, maka ia harus mengorbankan waktu bermainnya. 

Jerry berpikir sejenak. 

Ia membayangkan ingin mencoba rute baru ketika bermain sepeda bersama Fayza, sahabatnya yang paling suka bermain sepeda. 

Atau mengalahkan Fayza dan Arman di permainan bulutangkis. 

Atau mengalahkan Arman dan Deska saat bermain PS. 

Jerry menghela nafas pelan-pelan, dan menyadari ia harus bisa mengorbankan waktu bermainnya. Paling tidak untuk kali ini saja, karena rencana yang ia miliki begitu penting. 

Mama[sunting]

Ada suatu kepuasan tersendiri ketika kita berhasil memperjuangkan sesuatu yang telah lama kita impikan. Inilah yang dirasakan Jerry ketika ia menghitung uangnya yang telah terkumpul. Tiga ratus dua puluh ribu rupiah. 

Jerry sudah menghitung tiga kali dan hasilnya selalu sama. Ia yakin jumlahnya benar. Jerry senang bukan main, karena jumlahnya sudah cukup. Ia pun segera melakukan hal yang ingin ia lakukan dari dulu.

Sore itu, Jerry dan Fayza, sahabatnya, bersepeda menuju sebuah galeri milik seorang pelukis karikatur. Jerry sudah pernah datang ke tempat ini beberapa bulan lalu. Ia pun sudah pernah berkenalan dengan pemiliknya, pak Ketut. 

Galeri milik pak Ketut ini tak terlalu besar, hanya berukuran kira-kira sebesar satu gerbong kereta. Di dindingnya, terdapat banyak lukisan digantung, baik besar maupun kecil. Ada lukisan danau, gunung, bunga, danau. Ada pula lukisan penari, petani, tokoh nasional, dan banyak lagi. Beberapa dari lukisan ini adalah karikatur. Jerry suka sekali berada di tempat ini, karena ia menyukai bagaimana karya seni bisa meninggalkan kesan yang begitu dalam. 

Beberapa bulan lalu, Jerry pertama kali datang ke tempat ini dan mengobrol dengan pak Ketut. Dari obrolan inilah, timbul rencana untuk menabung sebesar Rp 300,000. Jerry ingin memberikan mamanya hadiah ulang tahun berupa lukisan karikatur. Jerry sudah memikirkan banyak cara mengenai bagaimana mendapatkan uang Rp300,000. Mencuri? Tidak mungkin. Menabung dari uang jajan? Mungkin hanya terkumpul seperlima-nya saja. Minta papa? Ah nanti tidak jadi kejutan. Demikian Jerry menimbang-nimbang berbagai pilihan.



“Ini pak uangnya dan foto referensinya, tolong bikin yang bagus ya pak”

“Coba saya lihat dulu. Oh iya, fotonya bagus nih. Saya kebayang sekarang. Mau ditambahkan tulisan ngga?”

“Tambahin pak. Saya tulis di kertas ya,” kata Jerry sambil menulis:



H A P P Y B I R T H D A Y M A M A

Hadiah[sunting]

Sore itu, 22 Desember, Jerry berjalan mondar mandir di teras rumah. Sesekali ia melihat ke langit. Sudah seminggu ini tiap hari hujan lebat. Padahal, hari ini pak Ketut akan mengantar lukisan karikatur pesanan-nya. Untungnya, tak lama kemudian, ia melihat pak Ketut membawa lukisan karikatur pesanan-nya. Jerry segera membuka lukisan tersebut, dan ia melihat lukisan karikatur wajah mamanya yang sangat menarik. Dalam hati, Jerry berharap mamanya suka hadiah ulang tahun yang ia berikan tersebut.

Setelah berterima kasih ke pak Ketut, Jerry pun membersihkan lukisan itu. Ia pelan-pelan membawa lukisan itu masuk ke dalam rumah, dan memberikannya ke mamanya yang sedang berada di ruang tengah rumahnya.

"Ma, ini buat mama. Selamat ulang tahun ya, ma," kata Jerry.

"Wah, apa ini nak? Besar sekali" ujar mamanya heran melihat Jerry membawa lukisan sebesar itu.

"Ini karikatur mama. Semoga mama suka ya. Jerry bingung mau kasih hadiah apa. Jerry pikir, mama kan suka lukisan. Jadi ini Jerry kasih lukisan mama,"

"Dari mana kamu dapat uang untuk bayar ini, nak?"

"Jerry kan nabung ma. Mama inget kan Daftar Harga yang Jerry bikin?"

"Ohhh... ternyata ini maksudnya. Wah terima kasih ya nak. Mama pikir kamu punya rencana apa, sampai bikin daftar harga segala!" ujar mamanya spontan.


Demikianlah Jerry berhasil melakukan rencananya. Hari itu, Jerry beserta mama dan papanya tertawa dan bercengkrama sambil merayakan ulang tahun mama Jerry secara sederhana.