Robot dan Plastisin

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Robot dan Plastisin karya Tegar Rifqiaulian

Sinopsis[sunting]

Niko si adik ingin dibelikan mainan robot seperti yang ada di serial tokusatsu kesukaannya jika naik kelas tapi tidak mungkin untuk membelinya. Iko sang kakak pun membuat mainan robot dari plastisin untuk Niko sebagai hadiah.

Lakon[sunting]

  1. Iko sang kakak
  2. Niko si adik
  3. Sang ayah
  4. Sang ibu

Lokasi[sunting]

Indonesia

Cerita Pendek[sunting]

Permintaan[sunting]

Di suatu tempat, hiduplah sebuah keluarga sederhana yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, dan adik. Sekarang si adik berada di kelas 4 SD, sementara sang kakak berada di kelas 2 SMP.

Kesamaan kakak beradik itu adalah mereka menyukai serial tokusatsu. Serial tokusatsu kesukaan mereka adalah serial tentang lima pasukan super bertopeng yang bertarung melawan monster raksasa menggunakan robot. Serial itu populer di kalangan anak-anak dan orang dewasa.

Suatu hari, si adik yang bernama Niko membuat permintaan kepada kedua orang tuanya ketika makan malam bersama. “Ayah, ibu, kalau aku bisa naik ke kelas 5, aku ingin dibelikan robot.” Kata Niko dengan semangat.

Seketika ruangan itu terasa sunyi. “Bukannya kau sudah punya robot?” tanya sang ayah.

“Aku ingin robot yang ada di serial kesukaanku.” Kata Niko.

“Maksudnya serial yang itu?” tanya sang kakak bernama Iko.

“Iya, serial yang itu. Serial tentang lima pasukan bertopeng.” Kata Niko.

“Kalau begitu, kau harus semangat belajar semester ini.” Kata sang ibu dengan tenang.

Sang kakak Iko paham dengan perasaan Niko yang ingin dibelikan mainan robot. Ketika kecil, ia juga ingin mainan robot lalu dibelikan robot yang murah oleh ayah dari abang-abang tukang mainan yang biasa lewat di depan rumah. Robot tersebut sekarang menjadi milik si adik Niko.

Iko juga paham dengan keadaan ekonomi keluarganya. Selain robot yang murah, ia pun tidak pernah membeli baju, sepatu, dan tas baru selama SD. Beruntung sekarang ia dan adiknya mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah.

Mungkin saja ketika naik kelas nanti ia akan lupa dengan sendirinya, pikir Iko. Ia pun melanjutkan makannya dengan lahap.

Setelah makan, kakak beradik itu bersiap di depan televisi untuk menyaksikan episode terbaru serial tokusatsu kesukaan mereka. Serial tersebut berasal dari Jepang tapi untungnya mereka dapat menonton serial tersebut di saluran televisi Indonesia.

“Robotnya keren sekali!” kata Niko. “Ayah, lihat! Niko ingin robot seperti ini!”

“Sepertinya robot seperti ini tidak ada di Indonesia.” Kata sang ayah.

Niko agak kecewa. ”Sudah, nanti kita coba cari ya.” Kata Ibu.

“Asyik!” kata Niko teriak kegirangan.

Usaha[sunting]

Ilustrasi plastisin

Sejak saat itu, ia berusaha agar dapat naik ke kelas 5 SD. Terkadang, ia bertanya kepada kakaknya jika ada sesuatu yang tidak dapat ia paham. Waktu berlalu dan saat ini ia sedang mempersiapkan untuk Ujian Kenaikan Kelas nanti.

“Kakak, Niko ingin bertanya sesuatu!” kata Niko.

“Tentang apa?” kata Iko menutup buku komik yang sedang ia baca.

“Tolong ajari Niko tentang plastisin. Kata Bu Guru materi ini akan keluar di ujian nanti.” Kata Niko.

Oh iya, Niko tidak pernah bermain plastisin ya, pikir Iko dalam hati. Padahal waktu Iko kecil, plastisin sangat populer di kalangan anak-anak. Ia pun dengan senang hati menerangkannya.

“Plastisin adalah bahan dari lilin yang bertekstur lunak. Plastisin itu berwarna-warni dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Lihat! Gambarnya ada di buku paket.” Kata Iko.

“Wah, benar! Berwarna-warni! Plastisin itu seperti tanah liat ya.” Kata Niko.

“Kesamaan plastisin dan tanah liat adalah dapat dibentuk sesuka hati. Tapi tanah liat dapat mengeras saat dikeringkan sedangkan plastisin tidak seperti itu.” Kata Iko menerangkan.

“Niko jadi ingin main plastisin, deh.” Kata Niko.

“Kalau ada waktu, mari kita main plastisin sama-sama!” kata Iko.

Setelah itu, sang ibu menaruh cemilan di atas meja untuk mereka berdua. “Belajar yang rajin biar nanti jadi anak yang pintar.” Kata sang ibu.

“Tentu saja! Niko akan menjadi anak yang pintar!” kata Niko.

“Iko tidak akan kalah!” kata Iko. Mereka bertiga pun tertawa.

Tidak terasa, Ujian Kenaikan Kelas pun selesai dilaksanakan dan hasilnya diberikan. “Ibu, Ayah, lihat! Nilai Ujian Kenaikan Kelas Niko!” kata Niko dengan semangat.

Sang ibu dan ayah melihat-lihat kertas ujian anaknya. “Wah, nilainya bagus-bagus ya.” Kata sang ibu.

“Ini baru anak ayah! Anak pintar!” kata sang ayah.

Niko juga memberitahu hasil ujiannya kepada sang kakak Iko. Waktu hingga mainan robot dibelikan pun semakin dekat bagi Niko.

Pemberian[sunting]

Suatu malam yang dingin, Iko terbangun karena tidak bisa tidur. Ia kemudian melewati ruang keluarga dan melihat sang Ibu sedang menghitung uang. “Ayah belum pulang?” tanya Iko.

“Sepertinya hari ini ayah punya banyak pelanggan untuk diantar,” Kata sang ibu. “Kamu belum tidur?”

“Sudah tapi terbangun. Apa yang sedang ibu lakukan?” tanya Iko.

“Ibu sedang menghitung uang. Mengira apakah cukup untuk membeli mainan robot.” Kata sang ibu.

“Ibu tidak perlu berpikir sejauh itu. Sulit untuk membeli robot yang ada di televisi itu di sini.” Kata Iko.

“Kamu benar. Semoga saja abang tukang mainan punya mainan serupa.” Kata sang ibu.

“Aku juga akan memikirkan sesuatu agar Niko tidak kecewa.” Kata Iko.

“Kamu juga jangan berpikir keras, ya.” Kata sang ibu.

“Baik, Ibu. Aku buat susu dulu ya di dapur.” Kata Iko.

“Baiklah. Kotak susunya ada di dalam rak, ya.” Kata sang ibu. Iko mengiyakan.

Keesokan harinya, sang ibu mengambil rapor untuk Iko. Tentu saja, Niko naik kelas karena ia mendapat nilai bagus baik saat penugasan sehari-hari maupun ujian. Setibanya di rumah, Niko pun menunjukkan rapornya kepada sang ayah dan Iko.

Setelah itu, sang ayah, Iko, dan Niko menunggu abang tukang mainan. Setelah menunggu cukup lama, abang tukang mainan pun datang.

Iko langsung ke luar rumah untuk menemui abang tukang mainan dan mencari mainan robot yang diinginkannya namun tidak ditemukan. “Bagaimana kalau mainan robot yang ini?” kata sang ayah kepada Niko.

“Tidak mirip sih, tapi tidak apa-apa.” Kata Niko sedikit kecewa.

Sementara itu, Iko melihat-lihat mainan yang lain dan tidak sengaja menemukan plastisin. Ia teringat bahwa plastisin bisa dibentuk menjadi berbagai macam dan memikirkan suatu ide. Ia pun membeli beberapa buah plastisin.

Sore harinya, Iko menghampiri Niko. “Niko, lihat! Aku punya sesuatu untukmu!”

“Wah, mainan robot seperti di televisi!” kata Niko melihat mainan robot yang dibuat dari plastisin.

Niko memegang robot tersebut namun tangannya terlepas, “Tidak apa-apa. Apakah kakak masih ada plastisin? Aku ingin buat robot yang lebih besar.”

“Ayo kita buat sama-sama!” kata Iko.

“Terima kasih kakak untuk hadiahnya!” kata Niko senang.

TAMAT