Lompat ke isi

Roti Pecahan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Persiapan yang dilakukan Padma untuk membuat tugas roti pecahan bersama teman kelompoknya.

Lakon[sunting]

1.  Padma

2.  Ranita

3.  Lili

4.  Ibu

Lokasi[sunting]

a. Rumah Padma

b.  Pasar swalayan

c.  Kelas 5B

Cerita Pendek[sunting]

Padma

Padma dan Idenya[sunting]

Padma bersenandung riang selama perjalanan pulang ke rumah. Sore ini, Ranita dan Lili akan berkunjung ke rumahnya. Kunjungan mereka bukan sekadar untuk main, tapi juga belajar kelompok. Mereka akan membuat roti pecahan, tugas matematika yang diberikan Bu Ami. “Satu, dua, tiga, hop!” seru Padma melewati paving block segi enam secara bersilangan. Saat Padma tiba di rumahnya, pintunya tidak bisa dibuka. Padma mencoba menarik kenop pintu lagi, namun tetap tidak bisa terbuka. “Apa ibu sedang tidur siang?” pikir Padma. Padma melirik jam tangannya. Pukul 14.05 WIB. Kegiatan rutin yang biasa ibunya lakukan pada jam ini adalah menonton drama siang sambil menyulam. Padma merogoh kantung depan tasnya, berharap ia membawa kunci duplikat rumah. “Yes, untunglah aku bawa kunci.”

Padma mengucapkan salam saat memasuki rumah, “Assalamu’alaikum, Bu.” Namun, tidak ada jawaban. Tidak ada pula suara televisi yang menyala. Setelah membuka sepatu lalu menyimpan di rak sepatu, Padma menuju kamar orang tuanya. Ibunya pun tidak ada. “Ibu pergi kemana, ya?” gumam Padma sambil berjalan ke ruang makan. Ia melihat ada tudung saji di atas meja makan. Padma membuka tudung saji tersebut lalu menemukan sebuah kertas yang isinya : Padma, Ibu ke rumah nenek dulu. Makanlah sayur bayam yang ada di panci di atas kompor. Tolong jaga rumah, ya. Semua pintu dan jendela harus terkunci. Ayah akan menjemput Ibu pukul 18.00 sepulang ayah dari kantor. Terima kasih. “Haa… bagaimana dengan bahan-bahan untuk membuat roti pecahan?” Padma bertanya pada udara kosong.  Ia yang memberikan ide untuk mengerjakan tugas di rumahnya karena ia pikir Ibu dapat membantunya. Setelah membaca pesan tersebut, Padma mengecek ketersediaan bahan-bahan yang dibutuhkan di lemari. “Haa… hanya ada keju saja,” gumam Padma agak kecewa.

Padma mengecek sisa uang saku yang ia miliki. Ia hanya menemukan selembar uang Rp2.000,00 di kantung depan tasnya. Saat ini ia hanya memiliki Rp14.000,00 dari gabungan sisa uang sakunya dan uang patungan untuk membeli roti. Padma menghela napas panjang saat mengganti pakaian seragamnya. Ia juga sudah mengecek dompet tabungannya, tapi uangnya sudah ia gunakan dua hari lalu untuk membeli komik.

“Halo, Bu,” sapa Padma saat telepon tersambung. “Sore ini aku mau mengerjakan tugas dengan Ranita dan Lili. Tapi, ada barang yang harus dibeli.” Padma menceritakan tentang tugas matematikanya  dan bahan-bahan yang belum tersedia untuk mengerjakan tugas tersebut.

Kejujuran Padma mengikuti pesan ibunya

“Tolong kamu cek di toples segi lima yang bergambar buah di atas lemari es,” terang Ibu Padma di seberang telepon. “Ibu menyimpan sisa kembalian di sana. Kamu bisa ambil Rp10.000,00 untuk membeli meses dan bahan lain yang kamu anggap perlu.”

“Oke, terima kasih, Bu,” kata Padma menutup sambungan telepon.

Padma mengecek toples lalu menemukan selembar uang Rp20.000,00, dua lembar uang Rp10.000,00, dan tiga lembar uang Rp2.000,00.  Ia mengambil selembar uang Rp10.000,00,  seperti yang dikatakan oleh ibunya. Ia berangkat ke pasar swalayan setelah menghabiskan makan siangnya.

Rezeki yang Tak Terduga[sunting]

Sepanjang perjalanan ke pasar swalayan, Padma memikirkan bahan-bahan yang diperlukan. Roti dan margarin adalah dua bahan terpenting. Untuk menambah cita rasa roti agar beragam, ia mau membeli meses dan selai stroberi. Jika mau perasa manis orisinal bisa ditambahkan gula. “Gula sepertinya ada di rumah, deh..” gumam Padma. “Oiya susu bubuk cokelat kemasan! Ya, aku mau beli itu juga! Semoga uangnya cukup.”

Padma menghela napas panjang. Pasar swalayan yang ia tuju menutup semua jendela. Siang ini mereka tutup. Tidak ada pilihan lain, maka Padma kembali melanjutkan perjalanan menuju pasar swalayan selanjutnya. “Ada apa, ya? Tidak biasanya pasar swalayan tutup di hari kerja,” gumam Padma memasukkan kedua telapak tangan ke saku celananya sebelum melanjutkan perjalanan. Eh, sebentar! Telapak tangan kanannya seperti menyentuh benda yang permukaannya seperti kertas. “YES!” pekik Padma tertahan. Ia baru saja mendapatkan uang tambahan sebesar Rp5.000,00 dari saku celananya. Sepertinya uang itu terlupa dibawa lalu ikut tercuci dengan pakaian kotor lainnya. Padma tampak riang dan tidak banyak mengeluh meski harus berjalan sepanjang 400 meter lagi. Ia pikir mendapatkan uang tambahan seperti ini adalah momen yang patut disyukuri.

Padma membandingkan harga margarin di depan rak yang menyimpan bahan pembuatan kue. Harga margarin ukuran kecil lebih murah. Ia rasa margarin yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga ia membeli margarin yang berukuran kecil. Ia pun membeli meses dan selai stroberi. Susu bubuk cokelat tidak dijual dalam satuan sehingga ia akan membelinya di warung dekat rumah. Sebagai gantinya, Padma membeli permen jeli.

“Total semuanya Rp27.500,00,” kata pramuniaga kasir. Padma merasa senang karena semua bahan kebutuhannya dapat terpenuhi. Ia menerima uang kembalian sebesar Rp1.500,00. Ia pun menyerahkan tas belanjanya sendiri. Suatu usaha untuk mengurangi penggunaan kantung plastik. Seperti dugaannya, semua uang yang ia bawa habis dibelanjakan. Harga satu kemasan susu cokelat di warung Bu Desi adalah Rp1.500,00. Kini Padma melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

Kerja Kelompok Pembuatan Roti Pecahan[sunting]

Ranita dan Lili terlihat duduk di kursi di halaman rumah Padma. “Hai, maaf aku baru selesai belanja,” kata Padma sambil membuka pintu rumahnya.

“Kamu sendirian di rumah?” tanya Ranita.

Ranita, Lili, dan Padma membuat Roti Pecahan

“Iya, ibuku ternyata pergi ke rumah nenek. Bahan-bahan buat roti pun terbatas. Jadilah aku belanja dulu ke pasar swalayan.”

“Kenapa kamu tidak menelepon kami?” tanya Lili. “Kita, kan bisa bawa bahan-bahan dari rumah.”

“Oh iya, ya!” sahut Padma menepuk jidatnya. “Tidak terpikir olehku.”

“Aku bawa selai cokelat, kok,” kata Ranita. “Aku ingin roti bakar cokelat.” Padma dan Lili mengacungkan kedua jempolnya pada Ranita.

Ranita membuat pecahan sepertiga

Ranita dan Lili bertugas untuk mengoles margarin ke roti. Padma yang mengatur pemanggangan roti. Mereka memutuskan setiap orang akan membuat tiga roti pecahan. Ranita membagi roti bakar pertamanya menjadi dua bagian. Setengah bagian diolesi selai cokelat, setengah bagian lagi diolesi selai stroberi. “Roti kedua akan kubuat menjadi pecahan sepertiga. Roti ketiga akan aku buat pecahan seperempat.” Ranita lalu mengukur panjang roti dengan penggaris lalu membaginya menjadi tiga bagian. Membagi roti dalam jumlah genap cenderung lebih mudah.

“Aku akan membuat rotiku berbentuk lingkaran,” sahut Lili.

“Bagaimana caranya?” tanya Ranita. “Nanti bagaimana cara membaginya jadi tiap-tiap bagian, Li?”

“Padma boleh aku pinjam gelas yang ukurannya agak besar?” tanya Lili. Padma mengangguk lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil gelas yang diminta oleh Lili. “Tadaa~! Aku bawa busur untuk mengukur besar sudutnya!” Lili tampak bangga dengan idenya sambil menunjukkan busur yang ia bawa.

“Kamu sudah punya perhitungannya, Li?” tanya Padma.

Lili mengangguk. “Untuk menghitung pecahan seperlima dari lingkaran adalah besar sudut lingkaran, kan, 360 derajat dibagi dengan lima. Jadi setiap bagiannya adalah 72 derajat.”

“Oke, mantap!” seru Padma. “Ya, sudah sekarang kita buat dulu roti pecahan untuk bahan presentasi. Besok pagi aku akan membuat roti yang fresh untuk ditunjukkan saat presentasi dan kalau sisa rotinya masih banyak, ya kita bagikan ke beberapa teman kita yang beruntung. Setuju?”

“Setuju!” sahut Ranita dan Lili berbarengan.

Roti pecahan ini menunjukkan model bentuk pecahan. Setelah roti dipanggang, Ranita bertugas untuk membuat garis batas yang menujukkan pecahan setengah, sepertiga, dan seperempat menggunakan penggaris. Garis batas tersebut menggunakan selai cokelat agar mudah terlihat. Pada roti yang dibagi menjadi tiga bagian, Ranita hanya menaburi dua bagiannya saja dengan meses untuk menunjukkan pecahan dua pertiga. Pada roti yang dibagi menjadi empat bagian, hanya tiga bagian roti ditaburi keju untuk menunjukkan pecahan tiga perempat.

Model pecahan tiga perlima

Padma bertugas mencetak roti panggang menjadi bentuk lingkaran. Lili fokus mengukur besar derajat pada setiap bagian sudut yang membentuk pecahan seperlima. Setelah mendapat sudut 72 derajat, Ranita membantunya untuk membuat garis batas menggunakan selai cokelat. “Li, aku buat pecahan tiga perlima dan dua perlima ya. Tiga bagian ditaburi meses, dua bagian sisanya aku taburi gula.” Lili mengangguk menyetujui. Padma, Ranita, dan Lili fokus pada tugas masing-masing sambil menyantap permen jeli yang disajikan oleh tuan rumah.

Setelah memiliki enam model pecahan, Padma bertugas untuk memotret setiap roti menggunakan kamera telepon seluler yang tersedia di rumahnya. Mereka kemudian membuat presentasi menggunakan aplikasi secara online. “Wah, banyak templat yang lucu, ya,” komentar Lili.

“Bagaimana jika kita pilih templat yang berwarna kuning?” balas Ranita memberi saran. “Roti yang kita buat tidak ada bagian yang berwarna kuning, jadi nanti penyajiannya tampak berbeda antara roti dengan warna dasarnya.” Lili dan Padma menyetujui saran Ranita. Setelah selesai membuat presentasi, Padma, Ranita, dan Lili menyantap roti pecahan yang mereka buat.

“Hm, rotinya enak,” komentar Ranita setelah menelan potongan roti terakhirnya.

Presentasi tentang Roti Pecahan[sunting]

Keesokan paginya, Padma bangun pukul 04.30 WIB. Setelah mandi dan sholat subuh, ia membuat dua roti pecahan berbentuk persegi dan satu roti pecahan berbentuk lingkaran.  Roti pecahannya menunjukkan model pecahan setengah, sepertiga, dan seperempat.

Padma, Ranita, dan Lili presentasi mengenai Roti Pecahan

Pelajaran pertama di kelas 5B adalah matematika. Siswa dan siswi kelas 5B sudah mempersiapkan bahan presentasinya sejak mereka tiba di kelas. Ada kelompok yang membuat model pecahan dengan bentuk pizza menggunakan plastisin, ada yang membuat model dengan gambar, dan variasi lainnya.

Ranita, Lili, dan Padma bergantian dalam presentasi roti pecahan yang telah mereka buat. Layar proyektor menampilkan masing-masing roti pecahan. “Kami mambawa roti pecahannya,” terang Padma sebelum mengakhiri presentasi mereka. “Model pecahan ini menunjukkan angka berapa?” Teman sekelas mereka antusias mengangkat tangan. Andi yang paling cepat mengangkat tangan dan menjawab dengan benar sehingga ia mendapatkan roti pecahan sebagai hadiah. Melihat respons teman sekelas yang antusias dan senyuman di bibir Bu Ami, Padma merasa senang dan bangga dengan hasil roti pecahan yang kelompoknya buat. (P.S.)