Lompat ke isi

Rumah Otak

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

RUMAH OTAK

Penulis: Chilyatun Nisa'

Ilustrasi Rumah Otak


Siang ini, Gani bersama Papa dan Mama tiba di rumah baru Om Haris dan Tante Vindi. Om Haris adalah kakak Mama, saudara satu-satunya Mama. Om Haris dan Tante Vindi mengundang keluarga Gani untuk mengadakan syukuran rumah baru.

“Gani sudah tambah tinggi ya sekarang. Kelas berapa sekarang?” Tanya Tante Vindi saat menyambut tangan Gani yang bersalaman.

“Kelas 4 SD, Tante.” Jawab Gani.

“Rambut kamu keren, deh. Kayak Oppa Korea.” Puji Tante Vindi gemas.

Tante Vindi mengelus rambut Gani yang lurus bergaya mangkuk itu. Rambut Gani pun jadi ikut bergelombang kayak ombak. Gani hanya tersipu malu.

Setelah menyambut kedatangan keluarga Gani, Tante Vindi mempersilahkan mereka masuk. Gani, Papa, dan Mama pun memasuki rumah baru Om Haris dan Tante Vindi. Tak lupa, Mama menyerahkan oleh-oleh untuk Tante Vindi.

“Wah, rumahnya besar sekali!” Gani membatin.

Semua orang di rumah Om Haris sibuk mempersiapkan acara. Ketiga kakak sepupunya juga turut membantu. Ada yang membersihkan ruang tamu, menata karpet, dan menyiapkan makanan.

Gani disambut kakak-kakak sepupunya. Mereka menawarkan kue untuk Gani. Gani mengambil kue dan memakannya.

Setelah duduk bersama kakak-kakak sepupunya, Gani berdiri mau melihat-lihat halaman belakang rumah. Ia berjalan menyusuri ruangan baru di rumah Om dan Tantenya itu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik perhatian Gani.

Sebuah majalah anak yang terletak di atas nakas ruang teras belakang. Gani mengambil majalah itu dan duduk di kursi sebelah nakas. Ia mulai menikmati bacaan itu. Sebuah kolom cerita bergambar yang berjudul Superhero Bertopeng.

Cerita bergambar itu menghipnotis Gani, seakan-akan ia lah yang menjadi Superhero Bertopeng itu. Sesekali ia tertawa sendiri karena ceritanya juga lucu. Musuh Superhero yang bernama Monster Celana Dodor itu kalah. Si musuh lari sambil terkencing-kencing. Monster Celana Dodor akhirnya terjatuh karena tersandung celananya sendiri.

Tiba-tiba Darla datang menghampiri Gani sambil tersenyum. Darla adalah kakak sepupu Gani yang sekarang sudah kelas 6 SD.

“Kamu suka ya sama cerita di majalah itu?” Tanya Darla.

“Iya, Kak. Ceritanya lucu banget.” Jawab Gani sambil meletakkan kembali majalah itu diatas nakas.

“Kalau Gani suka, ambil aja buat Gani.” Darla memberikan majalah itu untuk Gani.

“Makasih ya, Kak Darla.” Gani menerima majalah pemberian Darla dengan senang.

“Sama-sama.” Jawab Darla dengan ramah.

“Gani, mau aku tunjukkin Rumah Otak? Disana kamu akan bertemu dengan teman-temanku.” Ajak Darla.

“Apa itu Rumah Otak? Teman-teman Kak Darla itu seperti apa?” Tanya Gani penasaran.

“Nanti aku kasih tau. Gani pasti suka.” Jawab Darla sembari menggandeng tangan Gani.

Gani mengikuti langkah Darla. Mereka menuju ke dalam ruangan tapi bukan kamar tidur, karena tidak ada kasurnya. Di dalam kamar itu berisi karpet bulu dan bantal-bantal boneka yang ditata rapi diatasnya. Ada juga kipas angin dan rak buku besar dengan isi buku yang cukup banyak. Ruangan itu bersih dan wangi.

“Ta… ra…! Selamat datang di ruangan favoritku. Rumah Otak.” Ujar Darla yang mengangkat kedua tangannya lebar, seperti sayap yang mau terbang.

Gani memandang heran seluruh sudut ruangan itu. Ia sama sekali tidak menemukan gambar otak, atau otak yang dimaksud Darla. Ruangan itu juga sepi. Tidak ada orang lain atau teman-teman yang disebutkan Darla tadi.

“Kamu bingung, ya?” Darla bertanya dengan terkekeh kecil.

“Hehee… Iya, Kak.” Gani menjawab sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

“Ruangan ini disebut Rumah Otak karena ruangan ini berisi semua yang dibutuhkan otak kita. Kamu lihat rak buku yang besar itu?” Jelas Darla sambil menunjuk arah rak besar itu.

“Iya, Kak. Aku juga pernah lihat rak buku sebesar itu di perpustakaan daerah.” Ucap Gani dengan menunjuk rak besar dalam ruangan itu.

“Betul. Papaku memang mau bikin satu ruangan untuk ruang baca di rumah ini. Fungsinya seperti ruang baca di perpustakaan umum, tapi ruang baca di rumah ini diperuntukkan untuk kalangan sendiri saja. Istilahnya perpustakaan pribadi. Kami menyebutnya Rumah Otak.” Ucap Darla.

“Oh begitu. Bukunya banyak banget ya, Kak. Itu semua buku Om Haris?” Tanya Gani.

“Oh, itu memang ada beberapa buku bekas yang didapat dari toko buku teman Papa. Tapi ada juga buku-buku yang baru. Di rak ini semua buku bukan hanya koleksi Papa. Tapi ada juga koleksi buku dari Mama, Kak Intan, Kak Dilon, sama aku.” Jawab Darla.

“Ada cerita superhero nggak, Kak?” Tanya Gani.

“Ada, dong. Disini Gani bisa baca majalah, komik, novel komik, cerpen, dongeng, buku pengetahuan, dan banyak buku yang bagus untuk dibaca.” Jawab Darla.

“Boleh lihat buku-bukunya, Kak?” Gani meminta ijin kepada Darla.

“Tentu boleh, dong. Benar kan, kamu akan tertarik dan pasti akan suka sama teman-temanku?” Darla mengijinkan Gani melihat-lihat isi rak buku itu.

“Teman-teman Kakak?” Tanya Gani bingung karena tidak ada orang lain diantara mereka.

“Iya. Koleksi buku inilah teman-temanku. Kalau aku tidak ada kegiatan, aku selalu membaca buku disini. Mereka selalu menemaniku dan membuat suasana hatiku baik setelah membaca buku.” Jelas Darla.

“Oh. Aku kira teman Kak Darla itu siapa. Ternyata buku ya.” Gani memahami lega.

“Iya. Mereka itu bukan sembarang teman, Gani. Kita hanya cukup duduk dengan tenang, tapi mereka akan memberikan kita apa yang kita butuhkan. Kita juga tau banyak hal baru dari mereka. Kalau buku itu kamu jadikan teman, maka kamu akan menjadi semakin bijak. Itulah manfaat membaca.” Terang Darla.

Pantas saja Kak Darla pintar dan menjadi anak bijak. Ternyata dia suka membaca, batin Gani. Lebaran tahun lalu Gani juga melihat Darla membawa buku saat di rumah nenek.

“Jadi, Kak Darla kalau kemana-mana selalu membawa teman Kakak ini ya? Seperti saat di rumah nenek dulu?” Tanya Gani dengan menunjuk buku-buku yang ada di rak.

“Nggak juga, sih. Aku memang selalu baca buku di mana pun. Tapi, nggak selalu membawa buku.” Jawab Darla.

“Hah? Gimana itu kak, baca buku tapi nggak bawa bukunya? Gimana caranya?” Gani tanya penasaran.

“Sekarang kan buku bisa dibaca secara online. Jadi kita nggak perlu selalu repot bawa buku kemana-mana. Cukup bisa diakses melalui ponsel pintar Mama atau Papa Gani. Caranya gampang banget. Tinggal unduh aplikasi buku online saja. Kita juga bisa berhemat karena tidak perlu beli buku. Kalau aku sih biasanya unduh Wikipedia. Kalau aku nggak menemukan jawaban tugas dari sekolah di buku Rumah Otak, aku sering buka Wikipedia. Kalau di website, Gani juga bisa cari Wikibuku. Ada cerita anak juga kok disitu. Ada juga perpustakaan digital dan banyak macam aplikasi buku online. Tinggal pilih saja mana yang menurut Gani bagus.” Terang Darla panjang lebar.

Gani manggut-manggut berusaha memahami penjelasan kakak sepupunya itu. Asyik dan praktis juga ya baca buku via online, pikir Gani. Ternyata baca buku itu tidak harus dalam bentuk buku. Setelah baca buku di Rumah Otak, Gani berencana untuk bilang Papa sama Mama unduh aplikasi buku online.