Satur Karo
Satur Karo, Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional sebagai Kekayaan Budaya Karo
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling membahagiakan dalam hidup. Itu adalah masa ketika kita memiliki lebih banyak waktu untuk bermain, masa ketika belajar pun terasa seperti bermain.
Bagi sebagian orang yang menjalani masa kanak-kanak pada era 80-an dan 90-an tentu masih mengingat dengan jelas berbagai permainan tradisional yang mengisi hari-hari bermain bersama dengan teman-teman pada masa itu. Anak-anak yang tinggal di kampung-kampung sekitar Tanah Karo, Sumatera Utara pada era itu, memainkan beberapa permainan tradisional di antaranya garabuang, cengkah-cengkah, patuk lele, main karet, main kuaci, inang buni, ya Oma ya Oma, pecah piring, dan sebagainya.
Permainan tradisional anak-anak di kampung kami sebagaimana juga di tempat-tempat lain bisa dibedakan antara permainan yang memerlukan media/ peralatan dan yang tidak memerlukan media/ peralatan.
Permainan yang Memerlukan Media
- Garabuang, menggunakan kelereng atau batu-batu kecil;
- Patuk lele, memerlukan potongan bambu atau kayu;
- Main karet, memerlukan karet yang dirangkai/ disambung;
- Main kuaci, memerlukan kuaci (mainan dari plastik dengan bermacam bentuk);
- Pecah piring, memerlukan pecahan gerabah dan bola kasti;
- Petar-petar, menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari bambu;
- Keser-keser, menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari bambu;
- Congklak, menggunakan kelereng atau batu-batu kecil;
- Dsb.
Permainan yang Tidak Memerlukan Media
- Alep cendong;
- Cengkah-cengkah;
- Inang buni;
- Ya Oma ya Oma;
- Bur-bur;
- Cak-cak Berangin;
- Dsb.
Dewasa ini akses anak-anak terhadap permaianan tradisional itu semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain tidak adanya panduan dalam memainkan permainan tradisional, orangtua yang susah menyempatkan waktunya untuk mengajarkan permaianan tradisional kepada anak-anak, dan faktor lainnya membuat sebagian besar anak-anak tidak bisa merasakan kebahagiaan sederhana melalui permainan tradisional tersebut.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan dari Proyek Yuwana yang merupakan kompetisi pertama di Wikibuku bahasa Indonesia sebagai proyek saudari Wikipedia bahasa Indonesia, khususnya yang berfokus kepada anak-anak pada kategori katalog permainan tradisional. Mengangkat ulasan tentang permaianan tradisional pada suku Karo yang sudah ada sejak zaman dahulu, yang disebut dengan catur Karo atau disebut juga satur.
Kiranya tulisan ini bisa lebih mengenalkan satur (catur Karo) kepada mitra bestari dan masyarakat umum, serta memperkaya konten yang ada pada Wikibuku. Wikibuku bahasa Indonesia juga bermanfaat sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk seluruh kalangan, khususnya dalam pengenalan akan satur Karo.
Satur Karo sebagai Objek Pemajuan Kebudayaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan menjadi panduan di bidang kebudayaan, mulai dari pelestarian, pengembangan hingga pemanfaatan. Undang-Undang ini menaungi semua kegiatan serta memberikan sudut pandang baru yang lebih terfokus, terarah, dan terukur bagi setiap pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kebudayaan.
Merujuk pada Pasal 5 Undang-Undang dimaksud, disebutkan 10 Objek Pemajuan Kebudayaan yang menjadi fokus dalam setiap kegiatan terkait dengan kebudayaan di daerah meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional. Kesemua objek ini dimiliki oleh etnis-etnis yang ada di nusantara sebagai bagian dari kekayaan intelektual bangsa Indonesia.
Terkait dengan satur Karo, kita akan melihatnya berdasarkan undang-undang dimaksud dari sudut pandang permainan rakyat dan olahraga tradisional sebagai objek pemajuan kebudayaan. Pada penjelasan Pasal 5 tersebut, yang dimaksud dengan “permainan rakyat” adalah berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri, antara lain, permainan kelereng, congklak, gasing, dan gobak sodor.
Kemudian, yang dimaksud dengan “olah raga tradisional" adalah berbagai aktivitas fisik dan/ atau mental yang bertujuan untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh, didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, bela diri, pasola, lompat batu, dan debus.
Berdasarkan penjelasan di atas, satur Karo dapat dilihat sebagai permainan rakyat sekaligus olahraga tradisional. Permaianan satur Karo didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh masyarakat secara terus-menerus, diwariskan pada generasi berikutnya, serta berkaitan dengan aktivitas fisik dan mental yang bersifat menghibur.
Oleh sebab itu, satur Karo memiliki nilai yang memenuhi unsur untuk bisa termasuk sebagai objek pemajuan kebudayaan. Satur Karo sebagai permainan rakyat yang juga berdimensi olahraga memiliki ciri khas dan keunikan.
Satur dan Suku Karo
Dari berbagai suku yang ada di wilayah Sumatera Utara, satu di antaranya adalah suku Karo, dan terdapat sebuah kabupaten yang dinamai dengan nama suku ini yaitu Kabupaten Karo yang terletak di tengah-tengah provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Karo yang luasnya 2.127 Km persegi berada di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan Pulau Sumatera, pada ketinggian antara 280 hingga 1.420 meter di atas permukaan laut, dengan suhu udara antara 16o sampai 24oC. Kabupaten yang penduduknya hampir mencapai 400.000 jiwa ini dikenal sebagai daerah pertanian yang subur dan juga daerah tujuan wisata yang cukup terkenal, di antaranya Danau Toba, pemandian air panas, cagar alam dan pendakian gunung yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.
Kabupaten Karo dengan ibukota Kabanjahe ini terdiri dari 17 kecamatan, 259 desa dan 10 kelurahan. Mayoritas penduduk Kabupaten Karo adalah suku Karo. Namun, jumlah suku Karo diperkirakan lebih 1.000.000 orang mendiami berbagai kabupaten yang ada di Sumatera Utara, seperti Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Dairi, dan Kota Medan serta Kabupaten Aceh Tenggara provinsi Aceh.
Berdasarkan lingkungan geografis, suku Karo terbagi atas dua kelompok, yakni Karo Gugung dan Karo Jahe (Lihat Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Jakarta: KPG dan EFEO Perancis). Karo Gugung bermukim di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, sementara suku Karo Jahe bermukim di kawasan dataran rendah.
Pembelahan etnik ini terjadi karena adanya kepentingan kolonial, yang merasa takut akan perlawanan dari suku Karo. Mereka membagi dan melebur wilayah budaya (culture area) suku Karo dengan wilayah administratif lain, sehingga hanya menyisakan wilayah Kabupaten Karo saat ini. Kemudian secara sosiokultural, mereka membelah suku Karo berdasarkan agama yang dianut, yakni Karo Jahe menjadi Melayu dan Karo Gugung kemudian menjadi Batak Karo (Lihat Damanik, Erond L. 2019. Gugung dan Jahe: Pembelahan Etnik Karo di Sumatra Utara. Handep, Jurnal Sejarah dan Budaya 3(1): 1-32).
Tidak hanya itu, pemerintah kolonial juga membentuk pemerintahan lokal di masing-masing wilayah Karo Gugung dan Karo Jahe. Tujuannya untuk mengendalikan situasi agar orang Karo Gugung dan Karo Jahe tidak bersatu kembali dan melakukan perlawanan. Sejak saat itu, kedua kelompok suku ini kemudian berkembang dengan caranya sendiri-sendiri, dan menghasilkan ragam karya budaya yang berbeda-beda pula, termasuk permainan satur atau catur Karo.
Secara historis, permainan satur berasal dari wilayah Karo Gugung. Permainan ini sudah ada sejak masa kolonial, dan merupakan hasil dari akulturasi budaya setempat dengan budaya Eropa yang dibawa oleh orang-orang Belanda masa itu. Hingga saat ini belum diketahui siapa yang pertamakali menciptakan aturan dalam permainan satur, tetapi aturan main ini sudah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi suku Karo.
Suku Karo dikenal sebagai pekerja keras dalam kehidupan sehari-hari, dan juga pemikir yang visioner menatap masa depan. Mereka menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi dengan gigihnya.
Di bidang olahraga, masyarakat Karo sangat menggemari catur. Di samping catur internasional, masyarakat Karo memiliki 3 jenis catur tersendiri yang hanya ada di kalangan masyarakat Karo sehingga dinamai satur atau catur Karo. Ketiga jenis catur Karo ini sudah diwarisi turun temurun dari nenek moyang suku Karo, dan hingga kini belum diketahui siapa penemu catur Karo ini.
Di Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo, bahkan terdapat sebuah tugu Kuda Catur yang menggambarkan betapa mengakarnya olahraga catur bagi masyarakat Karo. Permainan catur, baik catur internasional maupun catur Karo merupakan sebuah ikon yang melekat erat dengan kehidupan suku Karo. Di Kabanjahe sendiri misalnya, terdapat sebuah tugu Kuda Catur yang menggambarkan betapa mengakarnya permainan ini bagi mereka (Lihat Sembiring, Ramuan. 2020. Mengenal Catur Karo. Berastagi: Tidak Diterbitkan). Hampir semua kedai atau warung kopi menyediakan peralatan catur Karo, dan setiap warung kopi memiliki komunitasnya sendiri-sendiri.
Di seluruh nusantara memang banyak sekali dijumpai ragam permainan rakyat yang membutuhkan keahlian khusus, tetapi permainan serumit ini tidak ada di daerah lain. Karena permainan ini pula, suku Karo di Sumatra Utara dikenal sebagai pecatur yang sangat handal.
Keahlian mereka dalam bermain catur tidak perlu diragukan, karena mereka sudah terbiasa dengan aturan bermain yang rumit. Terbukti, berbagai prestasi telah mereka torehkan dalam cabang olahraga catur, mulai dari tingkat daerah, nasional, hingga internasional.
Dari kota hingga ke pelosok desa, catur menjadi olahraga favorit sekaligus menjadi hiburan dan rekreasi bagi segenap lapisan masyarakat. Hampir semua kedai atau warung kopi terdapat komunitas catur beserta peralatannya.
Bahkan di beberapa bangunan tua terdapat papan catur yang permanen di balok besar bangunan itu. Karena lamanya dipergunakan maka petak – petak catur pada kayu keras tersebut sudah tidak lagi rata melainkan cekung berlobang, karena seringnya ditonjok-tonjok dengan ujung jari.Memang dalam memainkan catur Karo ini, sang pemain biasa menonjok-nonjok petak catur dengan ujung jari sebelum meletakkan buah caturnya ke petak tersebut. Di bidang seni ukir khas Karo juga terdapat ornamen catur.
Pada awal tahun 2000-an satur sempat berada di tepi zaman, hal ini terjadi karena menurunnya minat generasi muda terhadap permainan yang rumit ini. Selain itu, elit-elit pada masa itu sibuk dengan berbagai aktivitas politik pasca runtuhnya orde baru. Akibatnya, apresiasi terhadap permainan rakyat ini mulai berkurang sehingga proses regenerasinya pun jadi terhambat.
Satu dasawarsa terakhir, kepedulian masyarakat khususnya suku Karo mulai meningkat terhadap permainan ini. Komunitas dan organisasi yang konsern pada pelestarian satur mulai bermunculan satu per satu, kemudian apresiasi pemerintah daerah juga sudah mulai terlihat sehingga permainan ini muncul kembali sebagai sebuah trend yang baru.
Tidak jarang orang bermain catur antar kelompok melawan kelompok yang lain dalam satu papan dengan merembugkan langkah-langkah yang akan dijalankan. Walaupun permainan catur Karo cenderung sebagai permainan rekreasi atau hiburan, namun dapat melahirkan pacatur – pecatur tangguh dari dulu sampai sekarang, misalnya Narsar Purba, yang di masa penjajahan pernah dibawa ke negeri Belanda dan dipertemukan melawan pecatur kuat di sana.
Adapula nama – nama lain seperti Merlap Ginting, Tumbuk Karo-karo, dan Ngukum Sembiring, yang pernah bermain catur melawan pecatur-pecatur Belanda yang berkunjung ke Sumatera Utara, di antaranya GM Max Euwe, mantan juara dunia dan presiden FIDE.
Generasi berikutnya terdapat nama yang cukup terkenal, di antaranya pecatur legendaris MN Monang Sinulingga, pecatur tangguh GM Cerdas Barus, MI Nasib Ginting, MN Masa Sitepu, MN Irwansyah Sinuraya, MN Dat Sembiring, MF Maksum Firdaus, MN Sinton Tarigan, MN Roberto Keliat, MN Rela Ginting, MN Ramadan Sitepu, MN David Sembiring, MP Adrian Pinem, dan juga banyak pecatur non master yang disegani di turnamen catur.
MN Monang Sinulingga yang pernah memperkuat regu catur Indonesia ke Olimpiade Nice Prancis, GM Cerdas Barus, dan juga MI Nasib Ginting adalah pecatur yang tangguh dan pernah menjadi pecatur papan atas Indonesia. Mereka-mereka ini mula – mula mengenal catur melalui catur Karo.
Di samping itu terdapat juga pecatur puteri Karo yang berpredikat master, yaitu MNW Tuti Rahayu Br Sinuhaji yang pernah ikut Olimpiade Catur di Turin Italia, MNW Charleli Tessi Br Perangin – angin, dan MNW Novianti Br Ginting.
Ciri Khas dan Keunikan Satur Karo
Sebagai salah satu permainan rakyat di Sumatra Utara, satur Karo yang unik belum banyak diketahui oleh khalayak. Sebagaimana namanya, satur termasuk dalam jenis permainan papan (board games). Permainan ini berasal dari suku Karo, yang kemudian menyebar seiring dengan proses migrasinya di seluruh wilayah Sumatera Utara.
Bentuk buah satur Karo sangat unik dan sederhana. Permainan satur Karo menyerupai catur internasional (chess), tetapi ada beberapa modifikasi yang membuatnya semakin rumit dan membutuhkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Bahkan dapat dikatakan bahwa seorang pemain catur internasional yang berpengalaman sekalipun bisa saja kewalahan ketika mereka memainkan permainan ini.
Belajar satur karo sangat bermanfaat untuk melatih kesehatan mental sekaligus melestarikan kearifan lokal. Pada dasarnya, satur Karo memiliki karakteristik yang sama dengan permainan catur internasional (chess).
Tidak hanya mencakup langkah-langkahnya, tetapi juga penilaian atau skor yang melekat di setiap bidak seperti; Raja yang bernilai 0, Menteri yang bernilai 9, Tir yang bernilai 5, Gajah dan Kuda yang masing-masing bernilai 3, serta Pion atau bidak yang bernilai 1. Penamaan setiap buah dalam satur juga merujuk pada catur internasional (chess), yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Penamaan bidak dalam permainan Catur Karo
Catur Internasional Catur Karo
King Raja
Queen Menteri
Rooks Benteng/ Tir
Bishops Gajah
Knight Kuda
Pawn Bidak
Sumber: Data Primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa penamaan buah dalam permainan satur memang merujuk pada permainan catur internasional. Hanya saja, ada beberapa perbedaan mendasar dalam aturan main yang membedakannya dengan catur internasional seperti bentuk buah dan aturan dalam bermain.
Dalam satur, buah yang dimainkan bentuknya relatif lebih sederhana dibanding catur internasional. Bahannya terbuat dari kayu yang dibentuk menyerupai kubus, limas, dan persegi panjang. Bahkan ada yang menjadikan kerikil sebagai pengganti buah.
Antara buah yang satu dengan buah yang lain memiliki bentuk yang hampir sama. Dengan menggunakan buah seperti ini, orang yang baru pertama mengenal permainan satur terkadang lupa bidak-bidak apa yang tadi sempat dimainkan.
Berdasarkan aturan, permainan satur terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yakni Satur Sibujur, Satur Simurjah, dan Satur Sibue Anak. Di antara ketiganya, yang paling populer adalah permainan Satur Sibujur. Selain relatif mudah diingat, kekuatan bidak yang dimainkan juga relatif sama antara hitam dengan putih. Adapun kekuatan bidak dalam permainan Satur Sibujur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah bidak dalam permainan Satur Sibujur
Buah Catur Hitam Putih
Jumlah Skor Jumlah Skor
Raja 1 0 1 0
Menteri 2 18 1 9
Tir 2 10 3 15
Gajah 2 6 2 6
Kuda 2 6 2 6
Bidak 8 8 11 11
Jumlah 17 48 20 47
Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas, diketahui bahwa jumlah bidaknya memang tidak sama antara hitam dengan putih, tetapi jika dihitung berdasarkan skor, kekuatan bidaknya relatif sama. Kemungkinan besar, aturan inilah yang menjadi alasan kenapa permainan ini diberi nama Satur Sibujur. Secara etimologis, Satur Sibujur sendiri dalam bahasa Karo dapat diartikan sebagai catur yang seimbang. Artinya, berbeda dalam jumlah bidak namun seimbang dalam hal kekuatan.
Aturan Permainan Satur Sibujur
Selain perbedaan jumlah bidak antara putih dan hitam, aturan dalam permainan satur pada prinsipnya hampir sama dengan permainan catur internasional. Namun, ada beberapa hal yang menjadikannya berbeda. Perbedaan ini dapat dikategorikan sebagai variasi permainan catur dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Perbedaan pertama terletak pada posisi bidak di awal permainan. Alih-alih berbaris rapi, setiap bidak dalam satur letaknya terlihat seolah tidak beraturan. Kemudian ada bidak tambahan di samping masing-masing raja, seperti ratu kedua pada hitam dan benteng ketiga pada putih.
Ada bidak yang maju selangkah, ada kotak yang kosong, dan ada bidak yang berlapis 3. Dalam permainan satur, posisi ini bukan tidak beraturan namun ada filosofi lain di baliknya. Posisi seperti ini lazim dikenal dengan istilah “bidak nganjur”, yakni bidak yang seolah-olah sudah maju selangkah ke depan. Di posisi hitam ada 1 buah, dan di posisi putih ada 5 buah. Sama seperti permainan catur internasional, bidak nganjur boleh berjalan satu langkah atau dua langkah ke depan.
Perbedaan kedua, dalam permainan satur, juga dikenal istilah “promosi tunda”. Promosi tunda ini terjadi ketika Tir, Gajah, Kuda, dan Menteri belum ada mati, sehingga pion yang sudah sampai di petak terakhir belum boleh ditukar menjadi perwira. Promosi tunda juga boleh dilakukan sesuka hati pemain karena alasan: perwira yang sudah ada gantinya belum sesuai dengan kehendak pemain, atau dalam posisi bidak Gajah memiliki warna yang sama.
Perbedaan ketiga adalah langkah raja. Berbeda dengan permainan catur internasional, jika belum pernah kena skak maka raja dapat melangkah seperti kuda (letter L), melangkah dua petak horizontal ke sisi kiri, kanan, dan depan secara vertikal. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara melompati satu petak, baik yang berisi maupun kosong. Saat terkena skak pertama kali, langkah yang disebutkan masih berlaku satu kali namun setelahnya langkah raja sama seperti dalam permainan catur internasional.
Dalam permainan satur, terdapat bidak yang bergandeng dengan bidak lain, seperti Raja dengan Menteri dan Raja dengan Benteng. Bidak yang bergandeng dengan bidak lain ini tidak boleh bergandeng kembali apabila sudah berpindah. Kemudian, skak yang dilakukan terhadap raja yang masih bergandeng dengan menteri atau benteng tidak dapat ditangkis atau ditutup. Setelah raja berpindah, maka menteri atau benteng tersebut menjadi lemah dan tidak berdaya.
Perbedaan keempat dalam hal langkah khusus, yakni terkait pergerakan pion dan raja. Dalam permainan satur, tidak dikenal langkah enpassant atau pion makan pion lawan dengan melangkah ke depan secara diagonal. Selain itu, tidak ada istilah rokade atau manuver Raja dan Benteng bertukar posisi ke kanan dan kiri untuk melarikan diri. Kemudian yang lebih unik lagi, raja tidak bisa dimatikan dengan Skak Open Tunggal. Jika terjadi hal seperti ini, permainan berakhir dengan keputusan Remis atau Seri.
Memahami Catur Karo, Jenis dan Aturan Mainnya
Biji-biji catur Karo dapat dibuat dengan mudah dan sederhana dari kayu, rotan, dan bambu. Bahkan dalam keadaan darurat, biji - biji catur dapat dibuat dari pelepah pisang dan pion-pionnya dari batu kerikil.
Papan catur Karo yang petak-petaknya berjumlah 64 buah petak persegi tidak dibedakan dengan warna – warna melainkan setiap petak terdapat garis diagonal sudut menyudut berbentuk huruf X. Ada juga papan catur dan biji – bijinya yang dibuat dengan sentuhan – sentuhan seni ukir. Karenanya di sela – sela rehat kerja di ladang, petani biasa bermain catur.
Ada persamaan namun terdapat pula banyak perbedaan antara catur internasional dengan catur Karo, baik jumlah buah dan letaknya, pion, maupun aturan mainnya.
Tiga jenis Catur Karo ini dinamai :
SATUR SIBUJUR: satur (catur dalam bahasa Indonesia), sibujur artinya netral, adil atau seimbang;
SATUR SIMURJAH: simurjah artinya yang melompat;
SATUR SI BUE ANAK: si bue anak artinya yang banyak anaknya.
Dari ketiga jenis catur Karo tersebut yang paling populer dan sering dimainkan adalah “SATUR SIBUJUR”. Nama buah catur di dalam bahasa Karo hampir sama dengan nama buah catur dalam bahasa Indonesia, kecuali Benteng (B) dinamai “Tir” dan pion disebut “Bidak”. Untuk memudahkan pemahaman dalam mempelajari, membahas dan memainkannya maka dijelaskan perbedaan antara catur internasional dengan Satur Sibujur, dan antara Satur Sibujur dengan Satur Simurjah dan Satur Si Bue Anak. Kemudian diagram yang ditampilkan dibuat sesuai gambar diagram catur internasional.
SATUR SIBUJUR
Posisi Awal :
Pihak Putih : Lazim disebut “Arah Tir” yang artinya pihak Benteng
Raja bersama dengan satu buah Benteng tambahan (R+B) berada di petak yang sama yaitu d1. Jadi pihak putih memiliki 3 buah Benteng.
Tambahan pion sebanyak 3 buah berada di petak b3, c3 dan f3. Pion Plus/Pion tambahan ini disebut juga “Bidak Nambah”.
Terdapat pula Pion Khusus yang disebut dengan “Bidak Nganjur”, letaknya di petak d3 dan h3, sedangkan petak d2 dan h2 kosong. Jelasnya jumlah pion putih adalah 11 (sebelas buah).
Pihak Hitam :
Raja bersama dengan satu buah Menteri tambahan berada di petak yang sama yaitu petak e8. Jadi pihak hitam memiliki 2 buah menteri .
Dari 8 buah pion hitam, terdapat 1 buah pion khusus (Bidak Nganjur) yang letaknya di petak e6, sedangkan petak e7 kosong.
Aturan Permainan
LANGKAH PION :
Khusus untuk “Bidak Nganjur” atau pion d3 dan h3 bagi putih dan pion e6 bagi hitam, yang pada posisi awal seolah-olah sudah melangkah 1 petak, serupa dengan pion biasa yang dapat dijalankan satu petak atau dua petak. Namun jika terdapat pion yang setelah permainan berlangsung menempati petak tempat awal pion khusus (Bidak Nganjur), maka kepada pion tersebut berlaku juga status pion awal yang bisa dijalankan satu petak atau dua petak ke depan.
Contohnya, untuk pion putih setelah permainan berjalan, misalnya b2 dijalankan ke b3 atau c2 ke c3 atau f2 ke f3, atau a2 / c2 memukul ke b3, atau b2 memukul ke c3 , atau e2/g2 memukul ke f3, maka pion-pion tersebut menjadi sama seperti pion awal, dapat dijalankan satu petak atau dua petak sebagai mana pion awal.
Artinya kedaulatan petak b3, c3 dan f3 untuk pion yang berada di sana, baik pion awal maupun pion yang bergerak melangkah atau memukul ke petak tersebut, maka pion-pion itu dapat dijalankan satu petak atau dua petak sebagaimana pion awal, dan demikian pula pion khusus hitam (Bidak Nganjur) yaitu e6. Pion tersebut bisa dijalankan satu atau dua petak sebagaimana pion awal. Kemudian jika pion d7 atau f7 memukul pion atau perwira lawan di petak e6 maka kepada pion tersebut berlaku sebagai pion awal.
2. Di dalam Catur Karo tidak ada langkah Enpassan (e.p).
3. PROMOSI :
Promosi untuk pion putih maupun pion hitam setelah mencapai petak promosi baik dengan langkah maju maupun langkah memukul, hanya dapat ditukar dengan perwira yang sudah hilang saja. Khusus untuk Gajah (G) sebagaimana Catur Internasional, tidak bisa dipromosi jika masih terdapat Gajah yang segaris diagonal atau di Catur Internasional disebut Gajah sewarna.
4. PROMOSI TUNDA:
Jika satu atau lebih pion yang dapat dijalankan ke petak promosi baik melangkah biasa ataupun memukul, tetapi belum ada perwira yang hilang menjadi gantinya, maka terjadi promosi tunda menunggu ada perwira yang menjadi gantinya. Namun, khusus untuk promosi tunda ini tidak ada keharusan bagi sang pemain untuk menukar pionnya menjadi perwira pada sat pertama kali ada perwira menjadi tukarnya.
Artinya, promosi dilakukakn sesuka hati sang pemain (mungkin perwira yang sudah ada menjadi tukarnya namun tidak/belum sesuai kehendak si pemain).
Catatan: Promosi tunda ini lazim terjadi dalam catur “Si Bue Anak”.
Berbeda jika pion mencapai petak promosi dan sudah ada perwira yang menjadi tukarnya, maka promosi harus seketika dilakukan saja (terkecuali jika perwira yang menjadi tukarnya cuma satu buah, yaitu gajah yang segaris diagonal, atau di dalam catur internasional disebut Gajah sewarna).
Pada saat pion promosi tunda tadi ditukar menjadi perwira maka promosi tersebut dihitung 1 (satu) giliran melangkah. Keterangan : dalam diagram ini Pion putih sudah lama melangkah dari h7 memukul Kg8, yaitu pada saat perwira putih belum ada yang mati untuk menjadi pengganti pion tersebut sehingga harus terjadi promosi tunda. Di sini melihat pemain putih belum juga melakukan promosi karena menginginkan pion tersebut ditukar menjadi mentri, sementara Mentrinya belum mati.
LANGKAH RAJA
Jika Raja belum pernah melangkah atau belum pernah kena skak lawan maka langkah pertama Raja dapat melangkah seperti langkah kuda ataupun dapat melangkah 2 petak ke sisi horizontal kiri atau kanan, atau 2 petak ke depan vertikal, melangkahi petak baik bersis maupun kosong.
Pada saat “kena skak” pertama kali langkah seperti disebutkan tadi masih berlaku. Namun hak melangkah seperti ini menjadi hilang jika tidak dipergunakan satu kali saja baik pada saat “skak pertama” tersebut.
Setelah itu maka langkah Raja sama sebagaimana catur Internasional. Diketahui bahwa Raja Putih pada posisi awal permainan berada di petak d1 bergandeng bersama dengan sebuah benteng tambah (benteng tambahan).
Raja Hitam bergandeng bersama-sama dengan Menteri di petak e8, jika Raja atau Menteri sudah berpindah maka tidak dapat bergandeng kembali di tempat awal tersebut, atau dengan kata lain jika Raja atau Menteri sudah bergerak maka kepadanya berlaku sebagai Raja atau Menteri biasa. Demikian pula untuk Raja Putih.
2. Jika sebuah skak terhadap raja yang masih tergandeng dengan Menteri dan skak tersebut tidak dapat ditangkis atau ditutup, maka setelah Raja berpindah, lawan dapat memukul Menteri itu. Demikian pula halnya untuk Raja putih yang masih bergandeng dengan benteng.
3. Raja di dalam catur Karo dapat berada di petak yang dikuasai oleh lawan apabila perwira atau pion lawan yang menguasai petak tersebut terkena blok atau kena pin ke Rajanya.
Di sini jelas bahwa perwira atau pion yang terblok atau kena pin ke Raja kita maka perwira atau pion tersebut benar-benar tak berdaya (powerless) terhadap Raja lawan. Dalam keadaan seperti ini jika Raja kita yang terblok atau kena pin berpindah ataupun perwira lawan yang memblok ditutup atau dipukul, maka Raja lawan menjadi syah (legal) kena skak. Demikian pula sebaliknya.
Namun sebuah perwira atau pion lawan melakukan skak maka kita tidak bisa memblok atau melakukan pin ke Raja lawan dengan maksud agar perwira atau pion yang melakukan skak itu menjadi tidak berdaya (powerless) terhadap Raja kita. Ini artinya skak tetaplah skak.
4. Blok atau pin berganda. Sudah dijelaskan bahwa perwira atau pion yang terblok atau kena pin ke Raja maka perwira atau pion tersebut tidak berdaya (powerless) terhadap Raja lawan. Timbul pertanyaan, bagaimana jika perwira yang memblok atau melakukan pin itu juga terblok atau kena pin pula ke Raja?
Maka perwira atau pion yang terlebih dahulu terblok atau kena pin tersebut tetap tidak berdaya atau “powerless”.
3. ROKADE :
Di dalam catur Karo tidak ada Rokade.
4. OPEN SKAK (OPEN CHECK) :
Raja di dalam Catur Karo tidak dapat dimatikan dengan Open Skak (Open Check) terkecuali jika dengan Double Skak (Double Check). Apabila dalam Open Skak (Open Check) tunggal tidak bisa ditutup atau tidak dapat dilakukan pemukulan terhadap perwira yang melakukan Open Check tersebut dan Raja tidak dapat lagi melangkah kemana-mana, maka partai berakhir remis (Pat).
5. Aturan selebihnya Sama dengan catur Internasional.
SATUR SIMURJAH
Posisi Awal :
A. Pihak Putih :
Raja bersama dengan satu buah Benteng tambahan (R+B) berada di petak yang sama yaitu d1. Jadi pihak putih memiliki 3 buah Benteng.
Pion tambahan (Bidak Nambah) sebanyak 2 buah terletak di petak f3 dan g3.
Di petak d3 terdapat sebuah pion khusus (Bidak Nganjur) sedangkan petak d2 kosong.
B. Pihak Hitam :
Raja bersama-sama dengan Menteri tambahan berada di petak e8 .
Terdapat sebuah pion khusus (Bidak Nganjur) di petak itu.
Posisi awal Satur Sibujur digambarkan dalam diagram sebagai berikut.
Aturan Permainan
Perbedaan antara Satur Simurjah dengan Satur Sibujur adalah sebagai berikut :
Pihak Putih :
Raja dapat melangkah seperti langkah kuda, dan dapat pula melangkah 2 petak horizontal ke kiri atau ke kanan atau dua petak arah vertikal naik atau turun, melangkahi petak berisi maupun kosong.
Pihak Hitam :
Langkah Raja : Sama dengan langkah Raja dalam Satur Sibujur.
Langkah Menteri
Semua Menteri Hitam dapat melangkah sepeti Kuda di samping langkah Menteri dalam Satur Sibujur maupun Catur Internasional.
Selebihnya sama dengan Satur Sibujur.
Langkah Pion : Sama dengan langkah pion dalam Satur Sibujur, termasuk langkah promosi.
OPEN SKAK (OPEN CHECK) :
Sebagaimana dalam Satur Sibujur, Open Skak (Open Check) tidak dapat mematikan Raja, terkecuali dengan double skak (Double Check).
Selebihnya sama dengan Satur Sibujur.
SATUR SI BUE ANAK
Posisi Awal :
A. Pihak Putih :
Raja berada di petak a1.
Terdapat sebuah benteng tambahan yang berada bersama-sama dengan Gajah di petak c1. Jadi putih memiliki 3 buah benteng yaitu di petak c1,d1, h1.
Terdapat pion tambahan sebanyak 23 buah, sehingga jumlah total pion putih adalah 31 buah.
Pion d3 adalah pion khusus (Bidak Nganjur) sebagaimana pion khusus dalam Satur Sibujur.
Pada petak b2, b3, c3, c4, d4 terdapat 2 (dua) buah pion. Jadi letak pion-pion putih adalah sebagai berikut:
Baris kedua terisi dengan catatan di petak b2 terdapat 2 (dua) buah pion, sedangkan petak d2 kosong.
Baris ketiga semuanya terisi namun di petak b3 dan c3 terdapat masing-masing 2 (dua) buah pion.
Baris keempat terisi penuh namun di petak c4 dan d4 terdapat masing-masing 2 (dua) buah pion.
Baris kelima : b5, c5, g5.
B. Pihak Hitam :
Posisi Awal :
Raja bersama-sama dengan 3 (tiga) buah Menteri berada di petak e8.
Di petak d8 terdapat 2 (dua) buah Menteri. Jadi, hitam memiliki 5 buah Menteri.
Terdapat satu buah pion khus (Bidak Nganjur) di petak e6 sedangkan petak e7 kosong.
Aturan Permainan
A. Pihak Putih :
Langkah Raja maupun perwira sama dengan Raja dan perwira dalam Satur Sibujur.
Langkah pion : sama dengan Satur Subujur, namun pion yang terdapat 2 (dua) buah di dalam satu petak yaitu petak-petak b2, b3, c3, c4, d4 hanya dapat dijalankan terpisah satu-satu buah (tidak bisa keduanya dijalankan sekaligus), tetapi jika lawan memukul pion di petak-petak tersebut apabila masih terdapat 2(dua) buah pion maka keduanya terpukul sekaligus.
ROKADE : Tidak ada rokade.
B. Pihak Hitam:
Raja dapat melangkah seperti langkah kuda dan dapat pula melangkah dua petak ke sisi kiri atau kanan horiozontal atau dua petak vertikal ke atas atau ke bawah menyebrangi satu petak baik berisi maupun kosong.
Semua Menteri-Menterinya dapat melangkah seperti langkah kuda.
OPEN SKAK (OPEN CHECK) :
Sebagaimana dalam Satur Sibujur, Open Skak (Open Check) tidak dapat mematikan Raja, terkecuali dengan Double Skak (Double Check).
Selebihnya sama dengan Satur Sibujur.
Wasana Kata
Dari deskripsi yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa aturan dasar dalam permainan satur memang relatif lebih sulit, tetapi bagi sebagian orang ini lebih sportif karena raja tidak mudah untuk ditaklukkan dan permainan bisa berlangsung lebih lama dari biasanya. Selebihnya, aturan permainan satur sama dengan catur internasional. Selain itu, aturan ini memungkinkan seorang pemain satur membiasakan diri untuk mengembangkan strategi permainan yang lebih rumit, sehingga strategi dalam permainan catur internasional seolah jadi lebih mudah.
Kemudian, sebagaimana halnya permainan catur internasional yang kini sudah dikembangkan dalam platform digital, permainan satur juga bisa dibuat versi digitalnya. Alih media ke versi digital merupakan strategi pelestarian yang relatif efektif.
Selain karena teknologi digital lebih diterima oleh generasi yang ada saat ini, juga karena teknologi digital membuat permainan ini dapat diakses oleh setiap orang melalui gawai yang mereka miliki. Memang membutuhkan banyak sumber daya, tetapi cara ini memudahkan orang untuk mengenal satur dan beragam aturan main yang ada di dalamnya.
Banyak pelajaran penting yang dapat diambil dari permainan satur, salah satunya adalah bahwa ada lima langkah krusial yang mampu mengubah sebuah pion menjadi bidak manapun yang kita mau. Namun lima langkah ini tidaklah mudah, sebab sebuah pion harus menghadapi berbagai rintangan dan mengalahkan lawan untuk sampai di tujuan.
Tidak ada privilage untuk pion, dan tidak ada jalan pintas sebagaimana halnya bidak perwira. Pion harus maju selangkah demi selangkah. Oleh karenanya, pion harus memahami kapan saatnya melangkah, dan kapan harus menunggu.
Tak jarang pion-pion ini mengalami kegagalan dalam perjuangannya, atau bahkan sengaja menjadi umpan untuk dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar. Bagaimanapun, memang seperti itulah aturan dalam permainan catur. Karena setiap bidak punya fungsinya sendiri, dan setiap bidak memiliki alasan kenapa ia harus ada di papan permainan.
Terakhir, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa strategi catur lebih tepat digunakan ketika sedang berperang, tetapi di masa damai orang lebih membutuhkan strategi yang sifatnya membangun. Sebab di masa damai, tujuannya bukan lagi mengalahkan satu sama lain.
Apalagi dalam permainan catur, ada banyak hal yang dikorbankan untuk memenangkan satu permainan atau bahkan hanya untuk sekadar menunda kekalahan. Sehingga siapapun yang menang dalam permainan, keduanya sama-sama kehilangan apa yang seharusnya menjadi milik mereka.
Rujukan:
Dharma Kelana Putra, Satur: Objek Pemajuan Kebudayaan dari Suku Karo, Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Aceh;
Ramuan Sembiring, Mengenal Catur Karo, Berastagi, 2020, Buku Saku, Tidak Diterbitkan.