Sebuah Pencarian

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sekitar pukul tujuh malam, hujan belum juga reda menyisakan gerimis yang membersamai langkah Kaskara dan ke empat rekannya. Mereka berlima merupakan satu tim yang turut serta dalam rombongan pencarian dan pertolongan gabungan dalam pelaksanaan tugas Siaga Merah Putih di salah satu Gunung tertinggi yang ada di Sulawesi Selatan, hal itu dikarenakan adanya perayaan besar yang setiap tahunnya diperingati dan tentu bakal banyak orang berbondong-bondong kesana.

"Ini salah, tidak seharusnya kita berada disini". Ucap Irdan yang berada di baris paling depan.

Mereka kemudian saling beradu pendapat, sebagian meyakini bahwa jalur yang mereka tempuh sudah benar dan sebagian lainnya justru ragu. Kaskara selaku komandan tim, tak ayal memutuskan dan meminta Ono untuk sedikit mundur ke belakang mengamati dengan teliti lagi jalur yang mereka tapaki.

"Di belakang ada persimpangan, seharusnya kita ke arah kanan, bukan kesini". Ono tiba dengan tergesa setelah lima menit ia beranjak.

Setibanya di lokasi yang dimaksudkan, mereka saling menatap lalu sejenak tertawa. Benar, persimpangan itu sudah tidak lagi kentara, entah karena memang jalur tersebut yang hanya peruntukan evakuasi sehingga hampir tidak pernah didapati lalu-lalang orang ataukah karena sebab yang lain.

Satu jam berlalu, mereka tiba di lokasi dan akhirnya hujan juga benar-benar telah reda. Akan tetapi kabut yang malah menebal menjadikan hawa dingin saat itu begitu terasa. Ada cukup banyak pendaki yang lebih dulu mendirikan tenda disana. Kaskara pun memberi arahan dan membagi tugas dengan timnya. Seberes tenda dipasang mereka duduk santai di depan sambil bercengkerama yang dihiasai canda tawa sembari menunggu hidangan malam siap untuk disantap.

Tiba-tiba keriuhan terdengar dari sebelah. Seseorang berlari ke arah mereka dan melaporkan bahwa salah satu temannya mengalami hypotermia. Kaskara bergegas menuju kesana bersama Nufa dan Irdan.

Korban tersebut adalah lelaki remaja dan ia tidak sadarkan diri, hal tersebut yang membuat semua orang panik bukan kepalang. Kaskara sigap memperbaiki dan mengatur posisi baring korban untuk melakukan CPR atau Bantuan Hidup Dasar. Terhitung hampir dua menit upaya penekanan dada dan pemberian napas buatan barulah korban dapat kembali sadar. Suasana yang tadinya tegang perlahan mulai tenang, korban terlihat menjadi lebih sehat tatkala disuguhkan segelas air hangat.

"Terima kasih kak" ujar korban kepada Kaskara yang berhasil membantunya lolos dari maut itu.

"Siap, sama-sama kak, lain kali lebih hati-hati lagi dan saling menjaga satu sama lain". Balas Kaskara mengingatkan mereka.

"Pos 8, masuk" sumber suara dari Handi Talky yang dibawa Kaskara sontak terdengar. Tampaknya sumber itu berasal dari tim posko lain yang berada lebih jauh dari mereka.

"Kaskara monitor, ganti".

Seusai komunikasi berlangsung, Kaskara lantas menjelaskan lebih rinci tentang situasi yang diinformasikan oleh tim 10. Bahwa ada dua orang pendaki mahasiswi yang belum ditemukan sejak tiga jam lalu dilaporkan menghilang. Dan yang lebih mengejutkan mereka, fakta bahwa tiga orang yang sebelumnya dikerahkan untuk mencari korban saat ini juga hilang kontak.

Didiskusikanlah persoalan itu kemudian disepakati bahwa Zul yang ikut bersama Kaskara menuju titik pencarian. Sementara sisanya tetap berjaga kalau-kalau terjadi hal yang tidak diingankan juga di posko mereka. Head lamp sudah mantap di kepala, sepatu terikat kuat, kotak p3k dan alat pendukung lainnya dimasukkan ke dalam ransel kecil menandakan mereka berdua siap berangkat. Tidak lupa pula Kaskara yang gemar ngemil menyisipkan beberapa batang cokelat ke saku celananya.

"Ini seperti bekas pijakan kaki". Tutur Zul kepada Kaskara.

"Betul". Kaskara membenarkan.

Mereka mengamati bekas pijakan tersebut, ditambah pula ranting yang patah disekitarnya seperti cukup menegaskan hal itu sebagai tanda. Berjalanlah mereka lebih ke depan, menyusuri sisi kanan hutan. Cahaya lampu Kaskara tepat menyoroti sesuatu, langkahnya terhenti. Ternyata itu botol kustom bertuliskan nama salah satu mahasiswi yang hilang, Niskala. Diwaktu yang bersamaan, suara dari Handi Talky menginformasikan bahwa tiga orang tim pencari yang tadinya hilang kontak telah ditemukan, mereka mengalami trouble dan salah satunya dalam kondisi cukup serius. Hal itu menjadi sebab terhambatnya mereka kembali ke posko, diperparah karena alat komunikasi yang mereka bawa ternyata juga mengalami kerusakan.

"Niskala, Zahrah." Suara teriak bersahutan terus terdengar. Pencarian kini kembali berfokus kepada kedua mahasiswi yang hilang tersebut.

"Sepertinya ini cukup, kita kembali dulu." Ujar Zul tatkala melihat jarum jamnya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ditambah dengan jarak mereka dari kelompok pencari yang lain juga semakin jauh.

"Tunggu, sedikit lagi." Sanggah Kaskara yang begitu yakin telah menemui titik terang. Benar saja, mereka seketika terdiam dan saling tatap saat samar-samar suara terdengar.

"Boleh jadi itu hanya ilusi." Zul sedikit ragu sebab suara-suara itu tidak terdengar lagi.

"Apa jadinya, jika itu nyata dan kita abaikan?" Kaskara yang tetap optimis mencoba meyakinkan Zul.

"Ketakutan dan hal-hal yang membuat ragu tidak seharusnya kita bawa disituasi seperti ini, sodaraku." Sambungnya.

Dari kejauhan nampak setitik cahaya redup terlihat. Keduanya dengan cepat menuju kesana. Alangkah terkejut mereka sesampainya disana, hingga sulit membedakan mana yang lebih besar antara rasa senang sebab pencarian telah membuahkan hasil atau rasa miris menyaksikan keadaan dua mahasiswi di depan mereka.