Lompat ke isi

Sejarah Filipina/Bab 12

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Bab XII
Perjuangan dan Revolusi. 1837–1897

Perjuangan pada Paruh Abad Akhir Kekuasaan Spanyol

[sunting]

Kami kini datang ke paruh abad terakhir dan fase akhir kekuasaan Spanyol. Dalam beberapa penghormatan, periode tersebut adalah salah satu perjuangan ekonomi dan sosial, dan berisi lebih banyak janji ketimbang masa lainnya dalam sejarah Kepulauan tersebut. pada paruh abad terakhir tersebut, para penguasa Spanyol memiliki sejumlah rencana untuk pengembangan dan pemerintahan yang lebih baik di Filipina, dan, disamping suatu hal mengguling kebijakan dan timbul kelanjutan dari pengadaan resmi, ini adalah periode kemajuan yang menakjubkan. Revolusi dan pemisahan dari Spanyol terjadi pada akhirnya, sebagaimana revolusi yang biasa dilakukan, bukan karena tak ada upaya maupun gerakan untuk reformasi, namun karena perjuangan yang terjadi lambat dan terhalang oleh pihak berkepentingan yang tak ingin perubahan.

Dampak Pembukaan Pelabuhan Manila untuk Perdagangan Asing

[sunting]

Peningkatan dalam Pertanian

[sunting]

Pembukaan pelabuhan Manila untuk perdagangan asing, pada 1837, disusul oleh masa kebangkitan industri dan kemakmuran. Sampai masa itu, kepulauan tersebut belum menjadi negara ekspor dan produksi, namun kebebasan perdagangan berujung pada peningkatan panen besar untuk ekspor asing, yang menjadi ketenaran seluruh dunia dari produksi Filipina tertentu. Keutamaan dari hal-hal tersebut sebetulnya adalah henep dan tembakau Manila. Ini disusul oleh gula dan kopi, tanaman yang melimpah di provinsi Batangas, sementara penanaman kelapa baru setiap tahun terbuat dari pengaruh besar lahan yang menghasilkan produk sempurna, kopra. Barang-barang kaya tersebut sangat sedikit yang memasuki perdagangan pada dasawarsa awal abad tersebut.

Peningkatan dalam Ekspor

[sunting]

Pada 1810, seluruh impor Filipina terhitung seharga 5.329.000 dolar, namun lebih dari separuhnya terdiri dari perak yang dikirim dari Meksiko. Dari Eropa dan Amerika Serikat, perdagangan hanya sejumlah 175.000 dolar. Ekspor pada tahun yang sama berjumlah 4.795.000 dolar, namun satu setengah juta darinya adalah perak Meksiko yang diekspor ke Tiongkok, dan seluruh jumlah ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat hanya sejumlah 250.000 dolar.

Pada 1831, ekspor henep hanya sejumlah 346 ton. Namun, dampak pada produksi pembukaan Manila untuk perdagangan asing nampak dalam ekspor enam tahun kemudian yang sejumlah 2.585 ton. Pada 1858, ekspor henep meningkat sampai 412.000 pikul, atau 27.500 ton. Dari jumlah tersebut, nyaris dua pertiganya, atau 298.000 pikul, didatangkan ke Amerika Serikat. Pada waktu itu, daerah pesisir Atlantik Utara dari Amerika adalah pusat pembangunan kapal dan perdagangan pengangkutan kapal paling aktif. Bendera Amerika dikibarkan pada kapal-kapal yang mendatangi pelabuhan-pelabuhan Timur tersebut, dan “henep Manila” banyak dibawa oleh pelaut Amerika untuk mensuplai galangan kapal di dalam negeri. Dari gula, ekspor pada 1858 berjumlah sampai 557.000 pikul, lebih dari separuh diantaranya didatangkan ke Britania Raya.

Usai 1814, perijinan umum diberikan kepada warga asing untuk mendirikan rumah dagang di Manila. Pada 1858, terdapat lima belas bangunan semeacam itu, tujuh diantaranya dimiliki oleh Inggris dan tiga dimiliki oleh Amerika.

Pelabuhan Lain yang Dibuka untuk Perdagangan Asing

[sunting]

Pada 1855, tiga pelabuhan lain dibuka untuk perdagangan asing—Sual di Pangasinan di Teluk Lingayan, Iloilo, dan Zamboanga. Pada 1863, Cebu nampaknya dibuat menjadi pelabuhan terbuka. Ekspor Sual hanya terdiri dari beras, dan di sampign pelabuhan pengecualiannya, pelabuhan tersebut tak pernah kermebang, dan sampai saat ini tak lebih dari desa yang tak berkembang.

Iloilo mengekspor daun tembakau, gula, sapan atau kayu warna (sebuah industri yang telah lama runtuh), henep dan kulit. Zamboanga melalui Tiongkok menjalin perdagangan kecil dengan Jolo dan Kepulauan Moro, dan mengekspor hasil laut—teripang, sirip hiu, kerang mutiara, cangkang kura-kura, dll. Selama beberapa tahun, hukum pabean di pelabuhan tersebut diupayakan dan dimungkinkan, dan mencegah pergerakan penuh yang diambil dari hak ekspor. Namun pada 1869, jasa tersebut, lewat dekrit kerajaan, banyak diliberalisasi dan ditunjang. Sejak masa itu, Filipina dengan cepat terus bertumbuh dalam pengaruh di dunia komersial.

Bentuk Pemerintahan di bawah Spanyol

[sunting]

Penunjangan Umum

[sunting]

Ini mungkin merupakan tempat selaras untuk menguji pada terakhir kalinya sistem politik yang Spanyol himpun di negara tersebut. Pada 1850, terdapat tiga puluh empat provinsi dan dua commandancia politico-militer. Di provinsi-provinsi tersebut, pemerintahan Spanyol masih secara mandiri dijabat dalam walikota alcalde, yang sampai setelah 1886 menjadi gubernur atau pejabat eksekusi dan hakim atau hakim untuk pengadilan kasus provinsial dan kejahatan.

Banyak penyalahgunaan lama yang mengkarakteristikan pemerintah alcaldes setidaknya sebagian ditebus. Setelah 1844, mereka tak lagi banyak memiliki hak monopoli dagang yang disalahgunakan, maupun mereka bebas menangani kendali buruh penduduk; namun kesempatan pengayaan ilegal timbul dalam pemerintahan perbendaharaan dan sistem pajak, dan kesempatan tersebut tidak disia-siakan. Sampai pada akhir kekuasaan Spanyol, para pejabat, baik tinggi maupun rendah, dituduh mencuri uang rakyat.

Pueblo

[sunting]

Unit pemerintahannya adalah pueblo, atau kotapraja, yang biasanya mengurusi sebagian besar mil persegi wilayah dan terdiri dari, sejumlah desa, atau “barrios.” Pusat kota biasanya adalah tempat dimana selama berabad-abad berdiri gereja besar dan biara frater misionaris. Lokasinya selalu dipilih, dan nyaris mereka menumbuhkan pasar dan toko dagang Tionghoa dan rumah dasar dan sementara dari warga Filipina dan mestizo yang lebih makmur.

Pada sekitar tahun 1860, pemerintah mulai menyoroti dirinya dengan pembangunan bangunan umum dan penunjangan, dan hasilnya nampak di banyak pueblo di plaza-plaza dasar dan kantor kedaerahan yang dibangun dengan baik yang terkelompok sekitar persegi—“tribunal,” atau rumah kota, penjara, dan tempat sekolah kecil namun signifikan. Pemerintah kota ditempatkan dalam “gobernadorcillo” dan dewan, setiap “consejales” biasanya mewakili kampung atau barrio.

Namun frater Spanyol, yang nyaris di setiap pueblo adalah kurator paroki, terus menjadi penjaga dan pengurus pueblo. Secara umum, tak ada masalah yang terlambat untuk pengarahannya. Baik gobernadorcillo maupun councillors memberlakukan UU dalam menentang kehendaknya, dan alcalde provinsi dengan berhato-hati menjaga pertemanan dan meninggalkan urusan kota sebagian besar pada pengarahannya. Frater menjadi inspektur lokal dari instruksi umum dan bahkan berhak untuk memeriksa dan menghancurkan gagasan-gagasan radikal. Untuk menaungi warga Filipina, frater menjadi sosok yang nampak dan satu-satunya perwakilan dari otoritas Spanyol.

Pemberontakan tahun 1841

[sunting]

Penindasan Rakyat oleh Frater

[sunting]

Secara tak dipertanyakan pada masa lalu, karya frater telah menjadi nilai plaing besar; namun sosok serta lembaganya kehilangan kegunaan mereka, kala perubahan kondisi, dan waktunya kini tertoreh kala rezim otokratik dan paternal frater tak lagi selaras dengan warga Filipina. Sikap mereka tak lagi tak dimengerti, dan karya mereka telah menjadi termaterialisasikan oleh pendirian lahan besar pada perubahan spiritual mereka yang menghidupi dan berkarya sebagai tenant atau dependen. Kebijakan ordo keagamaan, pada kenyataannya, telah menjadi salah satu penindasan, dan kala aspirasi warga Filipina meningkat, para frater, yang diisi dengan keraguan dan kekhawatiran, berniat untuk merancang pengikatan yang masih kuat dari otoritas mereka sendiri, dan dindang dengan ketidakpercayaan peningkatan ambisi rakyat.

Apolinario de la Cruz

[sunting]

Revolusi tak menguntungkan tahun 1841 menunjukkan wilayah jalan dan keantusiasan tak terarahkan dari rakyat Filipinal dan ketidakbijaksanaan para frater. Apolinario de la Cruz, seorang pemuda Filipina, asal Lukban, Tayabas, datang ke Manila diisi dengan ambisi untuk memimpin kehidupn monastik, dan melakukan pembelajaran teologi. Lewat kedatangannya pada ceramah dan kotbah dan dengan meniru pengkotbah frater Manila, Apolinario sendiri menjadi oriator, dan, pada masa selanjutnya, dapat mengumpulkan sebagian besar warganya sendiri lewat bandingnya.

Ini adalah ambisinya untuk memasuki salah satu ordo monastik reguler, namun hak agama tersebut tak pernah diberikan kepada orang Filipina, dan ia ditolak. Ia kemudian masuk perkumpulan yang disebut sebagai Cofradia, atau Persaudaraan San Juan de Dios, yang sepenuhnya terdiri dari orang Filipina. Usai beberapa tahun dalam perkumpulan tersebut, ia kembali pada 1840 ke Tayabas dan membentuk Cofradia de San José, tujuannya untuk membentuk kultus khusus untuk menghormati Santo Yosef dan Bunda Maria. Karena itu, ia meminta otorisasi dari Manila. Disini, kurangnya pemantauan para frater menjadi nampak.

Perlawanan Para Frater

[sunting]

Alih-alih bersimpati dengan aspirasi keagamaan tersebut, meskipun nampak bukanlah bida'ah, mereka memandang kebangkitan pemimpin agama Filipina dengan peringatan. Kebijakan mereka tak pernah memperkenankan orang Filipina dari posisi apapun yang tak sepenuhnya menjadi bawahan. Mereka meyakini bahwa ketetapan kekuasaan Spanyol di kepulauan tersebut terbaring dalam penekanan kemampuan laten apapun untuk kepemimpinan dalam rakyat Filipina sendiri. Akibatnya, pengaruh mereka jatuh melawan Apolinario, dan menyerahkan otortias atas pengkaryaannya. Mereka tak hanya menyatakan penentangan terhadap rencananya, namun memerintahkan penangkapan dan penahanan seluruh orang yang menghadiri kotbahnya.

Apolinario Terpaksa Memberontak

[sunting]

Apolinario pun mengambil tindakan sendiri. Gerakannya menjadi kuat, dan pengikutnya berjumlah beberapa ribu orang dari Laguna, Tayabas, dan Batangas. Gubernur provinsi Tayabas, Don Joaquin Ortega, mengadakan ekspedisi untuk menghancurkan skisma tersebut. Didampingi oleh dua frater Fransiskan, ia menyerang Apolinario pada bulan Oktober 1840, dan dikalahkan dan dibunuh. Satu catatan menyatakan bahwa Apolinario dibantu oleh sekelompok Negrito, yang terdiri dari para pemanah mematikan. Masih ada sejumlah kecil orang kulit hitam kecil di hutan sekitaran Lukban.

Apolinario kini berada dalam posisi pemberontakan terbuka, dan ia membentengi dirinya di sekitaran Alitao, tempat ia membangun benteng dan kapel.

Gerakan agamanya menjadi independen dan bida'ah. Sebuah gereja dibentuk, dimana ia terpilih menjadi uskup agung pertama dan kemudian pemimpin tertinggi. Ia juga diganjar dengan gelar “Raja Tagálog.”

Pada akhirnya, sepasukan di bawah alcalde baru, Vital, dan Jenderal Huet pada awal November menyerang kekuatan Apolinario. Setelah itu, perjuangan sengit mengalahkan para revolusionis tersebut. Sekitar seribu orang Filipina tewas dalam pertempuran terakhir. Apolinario ditangkap dan dieksekusi. Ia kala itu berusia dua puluh tujuh tahun.

Organisasi Pemerintahan Kedaerahan

[sunting]

Pada 1844, seorang gubernur handal dan liberal, Jenderal Claveria, datang, dan singgah sampai akhir tahun 1849. Sebuah organisasi yang lebih baik dari pemerintahan provinsial, yang ia soroti, menyusul pengangkatan jabatan Claveria. Pada Oktober 1847, dekrit penting diberlakukan dalam mengorganisir daerah-daerah dalam bentuk yang telah kami sebutkan, dan yang masih tanpa modifikasi substansial sampai akhir kekuasaan Spanyol, dan memiliki keberadaan menonjol yang mengikuti Hukum Kedaerahan yang dirancang oleh pemerintah Amerika.

Penundukan Suku-suku Igorrote

[sunting]

Dengan Claveria memulai kebijakan penaklukan mutlak di kalangan suku Igorrote di Luzon utara, dan pada akhir kekuasaan Spanyol, pegunungan tersebut diisi dengan kartel dan misi untuk penaklukan suku-suku yang belum ditaklukan. Provinsi Nueva Vizcaya utamanya menjadi subyek penyerbuan suku pemburu kepala tersebut. Tahun demi tahun, kota-kota Kristen di dataran tersebut tertekan dengan pengurbanan nyawa pada upacara kejam suku-suku Igorrote.

Pada 1847, Claveria dicalonkan sebagai gubernur Nueva Vizcaya, Don Mariano Ozcariz, yang memerintahkan penaklukan untuk pertama kalinya demi memeriksa kelompok Igorrote dan memungkinkan pengembangan lembah-lembah besar Luzon utara.

Pendudukan Spanyol di Mindanao

[sunting]

Zamboanga

[sunting]

Dengan kegubernuran Claveria, kami juga masuk pada fase terakhir pembajakan Moro. Di samping ekspedisi tak terhitung, pendudukan Spanyol terhadap Mindanao Selatan dan kepulauan Sulu terbatas sampai presidio Zamboanga. Ia menduduki titik strategis secara berkelanjutan sejak pendirian ulang kekuatan Spanyol pada 1763. Benteng batu besar, yang masih berdiri, dihimpun untuk menahan serangan Moro, dan telah lama tak tersentuh.

Tersebar untuk jarak beberapa mil atas tanah kaya pada ujung semenanjung Zamboanga adalah penduduk Kristen, yang telah banyak bertumbuh dari keturunan tahanan yang diselamatkan dari Moro. Awalnya datang dari seluruh belahan Bisayas, Calamianes, dan Luzon, populasi campuran tersebut bertumbuh untuk memiliki beberapa karakter berbeda dari belahan lain dari Kepulauan tersebut. Sebuah dialek Spanyol yang jelek, yang dikenal sebagai “Chabucano,” telah menjadi pengucapan umum, satu-satunya contoh di Filipina dimana dialek asli telah ditekan. Penduduknya, yang merupakan Katolik yang setia dan taat, tak pernah gagal untuk menghimpun pertahanan pos luar Spanyol terisolasi tersebut, dan mengkontribusikan sukarelawan berani untuk setiap ekspedisi melawan kepulauan Moro.

Kegiatan Bangsa Lain

[sunting]

Namun penyerbuan Spanyol terhadap Zamboanga tak layak untuk menangguhkan klaim kedualatan atas kepulauan Sulu dan Tawi-Tawi. Belanda dan Inggris merencanakan berbagai pergerakan untuk menduduki dan mengakuisisinya. Pada 1844, armada Prancis memasuki kepulauan tersebut dan mengadakan perjanjian dengan sultan Sulu untuk penyerahan pulau Basilan dengan harga satu juta dolar. Tulisan-tulisan utusan dan sejarawan Prancis, M. Guizot, menunjukkan bahwa Prancis berharap, lewat akuisisi pulau tersebut, untuk mendapatkan pangkalan AL yang dibutuhkan di Timur dan membentuk pelabuhan komersial besar dalam lingkup perdagangan Tiongkok.

Penaklukan Teluk Davao

[sunting]

Namun langkah tersebut mengembangkan Spanyol untuk kegiatan dan pendudukan pulau tersebut. Kapal AL menundukkan kota-kota di sepanjang pesisir utara, dan kemudian bergerak menuju muara Rio Grande, yang diamankan dari sultan Maguindanao terhadap penaklukan Teluk Davao besar. Spanyol tak mengambil langkah langsung untuk menduduki teluk tersebut, namun pada 1847 seorang tokoh Spanyol, Don José Oyanguran, mengusulkan kepada gubernur, Claveria, untuk merebut wilayah tersebut dengan pengeluarannya sendiri, jika ia dapat mengerahkannya dengan artileri dan minisi dan menghimpun pemerintahan sepuluh tahun Davao,dengan hak khusus dagang.

Tawarannya diterima oleh gubernur dan Audiencia, dan Oyanguran membentuk perusahaan untuk mengamankan dana untuk pengambilan. Dalam waktu dua tahun, ia menduduki wilayah pesisir teluk tersebut, mengusir pembajak yang berlabuh disana, dan mendirikan pemukiman Nueva Vergara. Ia nampak membuat perjuangan terhadap penaklukan dan eksploitasi komersial terhadap wilayah tersebut, kala serangan balasan di Manila membuat Gubernur Urbistondo menangguhkan haknya dan memulihkannya lewat pegawai pemerintah.

Pada tahun-tahun berikutnya, Yesuit mendirikan beberapa stasiun misi disana dan memindahkan agama beberapa orang di kalangan Bagobos; namun wilayah tersebut masih menjadi wilayah tak diduduki dan tak terurus, yang penduduknya utamanya adalah suku pagan, dan kemungkinan pertanian kayanya tak berkembang dan tak diklaim.

Pembajak Samal

[sunting]

Sulu

[sunting]

Penduduk pembajak kepulauan Sulu terdiri dari dua suku Malaya berbeda—Sulu (atau Sulug), dan Samal, yang dikenal di seluruh belahan Malaysia sebagai “Bajau” atau “Orang laut”. Sebutan Bajau nampaknya ditujukan pada penduduk lama. Mereka menduduki pulau kaya dan berpenduduk Jolo dan beberapa pulau dari kepulauan Siassi, terutama bagian selatannya.

Samal

[sunting]

Samal, atau Bajau, dikatakan awalnya datang dari Johore. Kebanyakan dari mereka hidup nyaris secara khusus di perahu-perahu nmereka, menjalani masa hidup emreka dari lahir sampai wafat di laut. Mereka ditemukan di sebagian besar Malaysia, posisi armada kecil mereka berubah dengan peralihan muson. Di kepulauan Sulu dan beberapa titik di Mindanao Selatan, kebanyakan Samal mengalihkan rumah mereka dari perahu ke pesisir. Desa-desa mereka dibangun di atas tiang di laut, dan kebanyakan terumbu karang rendah di selatan Siassi dan timur Tawi-Tawi terdapat kota-kota atau pemukiman besar yang nampaknya telah ada sejak lama.

Lima puluh tahun lalu, Samal berjumlah banyak di banyak pulau antara Jolo dan Basilan, dan kelompok tersebut masih dikenal sebagai Islas Samales. Seperti Sulu dan Melayu lainnya, Samal adalah Muslim, dan jarang yang menjadi pembajak ketimbang rekan Melayu mereka. Dengan penurunan kekuatan pembajak di kalangan Sulu dari Solo, fokus pembajakan beralih ke pemukiman Samal, dan pada masa Claveria pusat-pusat terburuk adalah pulau-pulau Balanguingui dan Tonquil, yang terbentang di utara pulau Jolo. Dari sini, serbuan pembajak dan perbudakan terhadap Kepulauan Bisayan terus dibuar, dan nyaris setiap tahun, kota-kota dijarah dan dibakar dan beberapa ratus orang malang ditangkap dan dibawa pergi. Para tahanan tersebut dijadikan budak, dan pasar-pasar reguler didirikan untuk lalu lintas tersebut di Jolo dan Teluk Sandakan di Kalimantan.

Kedatangan Kapal-Kapal Perang Uap

[sunting]

Pada 1848, Filipina mendatangkan kapal-kapal perang uap pertama. Kapal-kapal tersebut adalah “Magellanes,” “Elcano,” dan “Reina de Castilla.” Mereka ditujukan untuk merevolusionisasi hubungan Moro.

Penghancuran Benteng Samal

[sunting]

Kesempatan memungkinkan untuk perahu perang Moro besar, yang diawaki oleh banyak pasukan, untuk menjatuhkan peledak mereka pada kapal layar bersenjata, dan, beralih ke “mata angin,” tempat tak ada kapal layar yang dapat terdorong, berbaris dengan tenang dari bahaya. Mesin uap sendiri efektif dalam melawan serigala-serigala laut tersebut. Claveria mengambil kapal-kapal yang baru datang, dan dengan pasukan infanteri yang kuat, yang ditingkatkan oleh sukarelawan Zamboangueño, ia memasuki kepulauan Samal pada Februari 1848, dan mendarat di pulau Balanguingui.

Terdapat empat benteng yang berada di rawa bakau pulau tersebut. Disamping pemberontakan mendalam, peristiwa tersebut melibatkan infanteri beserta Zamboangueños dan para pembajak yang tersisa. Tindakan kampanye tersebut nampak merupakan kepahlawanan tempur dan maju. Moro sepenuhnya terlampaui; 450 orang yang tewas dibakar atau disemayamkan; 124 buah artileri—untuk sebagian besar, meriam brass kecil yang disebut “lantacas”—direbut, dan 150 perahu Moro dihancurkan. Spanyol memotong sekumpulan kelapa, dan dengan isi yang meliputi jarahan pembajak yang kaya seperti sutra, vas perak, ornamen, dan senjata perang, serta dengan lebih dari dua ratus tahanan dan tiga ratus tawanan yang diselamatkan, kembali ke Zamboanga. Ini adalah kemenangan paling menonjol yang pernah dimenangkan oleh Eropa dalam konflik dengan pembajak Melayu. Keefektifan kampanye tersebut ditunjukkan oleh fakta bahwa meskipun pada tahun sebelumnya 450 orang Filipina mengalami penangkapan di tangan pembajak Moro, pada 1848 dan tahun berikutnya, terjadi pembalasan besar. Namun pada 1850, sekelompok pembajak dari Tonquil, sebuah pulau dekat Balanguingui, merebut Samar dan Camaguin. Untungnya, Gubernur Urbistondo, yang menggantikan Claveria, meneruskan kebijakan pendahulunya, dan ekspedisi menjanjikan dikerahkan yang menghancurkan pemukiman dan kekuatan di Tonquil.

Penghancuran Benteng Moro di Jolo

[sunting]

Setahun kemudian, perang pecah lagi dengan Jolo. Setelah serangkaian negosiasi dan pertikaian, Spanyol menyerbu dan merebut kota tersebut pada Februari 1851. Pertanyaan soal pendudukan permanen atas situs penting tersebut diperdebatkan oleh dewan perang, namun pasukan mereka nampak tak setara tugasnya, benteng Moro dihancurkan, dan ekspedisi dipulangkan. Jolo dikatakan pada waktu itu berada pada keadaan yang sangat terjaga kuat. Lima benteng dan baris parit ganda menghadap pesisir. Kota Moro tersebut dikatakan berisi sekitar tujuh ribu jika, dan terdapat sebuah barrio pedagang Tionghoa, yang berjumlah sekitar lima ratus orang.

Perjanjian dengan Sultan Jolo

[sunting]

Beberapa bulan kemudian, gubernur Zamboanga mengadakan perjanjian dengan sultan Jolo agar kepulauan tersebut dianggap menjadi bagian yang masuk dalam wilayah kekuasaan Spanyol. Sultan memutuskan sendiri untuk tak membuat perjanjian apapun dengan atau penyerahan kepada kekuatan asing, untuk menekan pembajakan, dan mengibarkan bendera Spanyol. Moro meneguhkan praktek agama mereka, suksesi sultan dan keturunannya dalam urutan yang ada, perahu-perahu Jolo menikmati hak dagang yang sama di pelabuhan Spanyol seperti kapal Filipina lainnya, dan sultan meraih kembali hak untuk seluruh bea cukai pada kapal-kapal dagang asing. Pada akhirnya, “dalam ganti rugi untuk kerusakan perang,” sultan membayar subsidi tahunan 1.500 peso dan 600 peso kepada setiap tiga dato dan 360 peso kepada seorang sherif.

Akhir Pembajakan Melayu

[sunting]

Pada tahun-tahun tersebut, pembajakan Melayu mencapai puncaknya dari kekuatan dan kegiatan pemerintah Spanyol di utara, ini juga terjadi dari selatan oleh perang orang Inggris besar, Raja Charles Brooke dari Sarawak. Sumber-sumber tekanan pembajak tersebut adalah Maguindanao, kepulauan Sulu, dan pesisir utara dan barat pulau besar Kalimantan. Kami melihat baagimana armada tersebut, abad demi abad, merangseki wilayah utara dan mendentumkan tembakan dan pembunuhan pulau-pulau adil Filipina.

Namun, kepulauan tersebut tak sendiri dalam mengalami serangan tersebut. Para penduduk pedagang damai dari kelompok pulau besar di selatan giat dikunjungi dan dirangseki. Selain itu, sebagaimana perdagangan Tiongkok lewat rute Tanjung Harapan berdiri pada paruh pertama abad kedembilan belas, pembajak tersebut menjadi dampak besar bagi perkapalan Eropa. Mereka mengarungi Laut Tiongkok, dan sehingga malangnya kapal tersebut terbawa terlalu jauh ke timur pada perjalanannya. Setiap murid sekolah Amerika familiar dengan kisah perjuangan penanganan terhadap pembajak Melayu, yang datang dari tahun-tahun tersebut kala bendera Amerika nampak di setiap tempat di pelabuhan-pelabuhan Timur Jauh.

Pada sekitar 1839, seorang perwira Inggris muda, yang bertugas dalam penugasan India, Charles Brooke, mempersenjatai dan memperalati sebuah yacht seberat sekitar 140 ton, yang berniat belayar ke pesisir Kalimantan, dengan tujuan menghancurkan pembajakan Melayu dan mendirikan negara independen. Dalam seluruh kisah romantis dari Timur, tak ada karir yang lebih besar ketimbang sosok tersebut. Pada 1841, dengan memicu banyak peristiwa berdarah, Brooke memaksa perebutan Sarawak dari sultan Kalimantna, dengan pemerintahan menjadikan dirinya sebagai raja independen.

Brooke kini mencurahkan dirinya untuk tanpa pandang bulu menghancurkan pembajak di teluk dalam dan sungai rawa, kala iatelah lama membuat pelaksanaan mereka. Kemudian, ia dibantu oleh keberadaan kapal perang Inggris “Dido”. Pada 1847 sultan Brunei menyerahkan pulau Labuan kepada Britania Raya. Pada 1849, Brooke mengunjungi Zamboanga dalam kapal perang Inggris “Mœander,” dan mengadakan perjanjian dengan sultan Sulu, yang sangat memperingatkan Spanyol.

Korespondensi pribadi Brooke menunjukkan bahwa ia ambisius dan mengharapkan pengakuisisian belahan Inggris dari wilayah kekuasaan Belanda di selatan dan Filipina Spanyold i utara. Namun, rencananya tak pernah disusul oleh Inggris. Meskipun demikian, pada 1887, Borneo Utara diserahkan kepada pemerintah Inggris, dan seluruh bagian utara dan timur pulau besar tersebut kini berada di bawah perlindungan Inggris.

Gagasan Liberal di kalangan Filipina

[sunting]

Pembebasan dari pembajakan Moro, pembukaan perdagangan asing, dan perkembangan produksi pertanian dengan cepat nyaris mengirim perubahan besar dalam aspirasi rakyat Filipina sendiri. Nyaris pada pertengahan abad kesembilan belas, Filipina merasakan dampak penuh isolasi dari kehidupan dan pemikiran dunia modern. Namun, perubahan revolusioner di Eropa dan perjuangan untuk pemerintahan konstitusional di Spanyol memiliki pengaruh mereka, bahkan di wilayah Spanyol yang jauh tersebut. Orang-orang Spanyol dari gagasan liberal, beberapa dari mereka dalam jabatan resmi, menemukan jalan mereka menuju Kepulauan tersebut, dan agitasi dimulai, bermula di kalangan orang-orang Spanyol sendiri, melawan kekuatan paternal para frater.

Pengaruh Pers

[sunting]

Pertumbuhan sastra periodik mengakselerasi gerakan liberalisasi. Pers, melalui pengadaan sensor besar, memainkan bagian besar dalam membentuk pemikiran terkini di kepulauan tersebut dan mengkomunikasikan gagasan dan keperluan rakyat Filipina yang menginspirasi dan meningkatkan seseorang. Surat kabar pertama yang membuat kemunculannya di Filipina adalah pada 1822—“El Philantropo”; namun jurnalisme tak memegang pengaruh nyata sampai empat puluh tahun, saat terjadi pendirian “Semanario Filipino” (1843), dan nyaris secara langsung usai beberapa surat kabar lainnya—“El Amigo de Pais” (1845), “La Estrella” (1846), dan “La Esperanza” (1847), harian pertama. ini disusul oleh “Diario de Manila” (1848); pada 1858 “El Comercio” muncul, surat kabar tertua yang masih ada sampai saat ini.

Surat-surat kabar dilakukan oleh rakyat Filipina dan dalam bahasa Filipina merupakan cikal bakal terkini, namun periodikal Spanyol awal memiliki dampak nyata pada rakyat Filipina sendiri, melatih sebuah kelas yang familiar dengan perlakuan jurnalisme dan menyiapkan cara bagi karya paling berepngaruh dalam pers Filipina pada tahun-tahun terkini.

Pendirian Sistem Pendidikan

[sunting]

Kembalinya Yesuit

[sunting]

Namun hal yang paling penting ketimbang seluruh pengaruh lainnya adalah pembukaan pendidikan untuk rakyat Filipina. Pada 1852, dekrit kerajaan memerintahkan Yesuit untuk kembali ke Filipina. Kondisi yang membuat mereka kembali adalah bahwa mereka harus mencurahkan diri mereka sendiri secara tunggal pada misi-misi di ladang yang belum terduduki di Mindanao, dan untuk pendidikan tinggi rakyat Filipina.

Sekolah Umum

[sunting]

Pada 1860, O’Donnell, menteri perang dan koloni Spanyol (Ultramar), mendirikan sisten pembelajaran dasar umum. Sekolah dasar untuk putra dan untuk putri didirikan di setiap pueblo dari Kepulauan tersebut. Di sekolah-sekolah tersebut, pelajaran diberikan dalam bahasa Spanyol. Komisi tertinggi pendidikan dibentuk, yang terdiri dari gubernur, uskup agung, dan tujuh anggota lain yang ditambahkan oleh gubernur sendiri.

Sistemnya tidak sekuler, karena ini utamanya ditujukan untuk pengajaran doktrin agama. Frater Spanyol, kurator pueblo, menjadi inspektur lokal sekolah dan secara praktikal mengarahkan tindakan mereka. Ini sepenuhnya bukanlah sistem bbebas, karena tuisi mengharusia semua orang selain anak miskin; maupun sistem memadai, karena, bahkan kala sangat lengkap, sistem tersebut hanya mencapai proporsi kecil anak dari sebuh paroki, dan sebgaian besar berasal dari keluarga mampu. Dan sehingga sistem ini, dari apa yang menyertai, memberikan peran besar.

Di samping gereja, biara dan pengadilan, nyaris setiap kota di Filipina, sampai akhir kekuasaan Spanyol, juga, di ranah publik, gedung sekolah umumnya untuk putra dan putri. Di kota-kota tersebut, sejumlah orang Filipina diajari untuk berbincang dalam bahasa Spanyol dan setidaknya dasar pendidikan Spanyol. Namun, sistem tersebut tak memberikan kesempatan pendididkan untuk anak kecil dari petani dan peternak sederhana.

Sekolah Normal Manila

[sunting]

Untuk menyiapkan guru-guru Filipina untuk melakukan pekerjaan pelajaran dasar, dekrit tahun 1863 mendirikan Sekolah Normal Manila. Dalam penugasan Yesuit, sekolah tersebut dibuka pada Januari 1865. Dan sekitaran tanggal yang sama, pemerintah mendekritkan pendiriakn “Munisipal Ateneo” Yesuit untuk pembelajaran tinggi dalam ilmu klasik dan ilmu pengetahuan yang dapat membimbing murid sampai tingkat sarjana. Pengaruh lembaga-lembaga tersebut pada perkembangan Filipina bersifat menonjol. Dalam salah satu atau lainnya dari nyaris seluruh pemuda lainnya pada tahun-tahun terkini menyetir rakyat Filipina untuk meluaskan ambisi dan tuntutan. Pada waktu yang sama, observatorium Yesuit, yang melakukan pembelajaran penting dalam meteorologi, didirikan pada naungan Padre Faura.

Peningkatan dalam Populasi Spanyol

[sunting]

Pembukaan Terusan Suez pada 1869 membawa perubahan langsung pada Kepulauan tersebut. Sebelum masa itu, penduduk Spanyol berjumlah sedikit. Nyari satu-satunya kelas yang dipahami secara mendalam di Kepulauan tersebut dan secara permanen berdiri disana adalah para frater. Namun dengan komunikasi lewat kapal uap pada tiga puluh hari dari Barcelona sampai Manila, kepentingan baru dirasakan oleh Spanyol di Filipina, malangnya melalui kepentingan yang lebih besar di kalangan politikus. Beberapa proyek yang direncanakan dan didekritkan hanya dapat dianggap sebagai visioner dan di luar titik pelayanan, dan lainnya, yang masih lebih kurang beruntung, memiliki keperluan membentuk jabatan dan tunjangan untuk apra politikus Semenanjung; namun mereka semua berkontribusi untuk mengirimkan akhir pemerintahan paternal di bawah keadaan tanpa niatan pencerahan atau perjuangan lebih lanjut untuk Filipina.

Peningkatan dalam Jumlah Filipina Kaya Terdidik

[sunting]

Filipina telah melewati gelombang pengalaman intelektual baru—sebuah tahanan pencerahan yang sepenuhnya menjadi perkembangan tak terbayangkan, dan siap mengantarnya sejauh dari leluhurnya seratus tahun lalu, yang tak dapat mereka katakan apa generasi lain yang maju atau keduanya dapat dimajukan. Sepanjang seluruh kota Kepulauan tersebut, sebuah kelas makin bertumbuh dalam industri baru yang membawa kekayaan. Alat mereka membolehkan mereka untuk mendirikan rumah yang luas dan layak, perhutanan lebat Filipina, dan mengitari diri mereka sendiri dengan barang-barang mewah sebagaimana kehidupan yang diijinkan Kepulauan tersebut. Kelas tersebut dengan cepat meraih pendidikan. Ini mengakuisisi pengetahuan bahasa Spanyol, dan dengan mudah meraih rahmat yang membedakan Spanyol.

Satu-satunya kemalangan, terkait kelas tersebut, adalah bahwa jumlahnya sangat kecil. Mereka hanya terdiri dari sedikit keluarga di setiap kota berpenduduk. Beberapa dari mereka memiliki darah Tionghoa dan Spanyol dalam nadi mereka, namun keluarga terpandang lainnya adalah Filipina murni.

Sikap Spanyol dan Frater terhadap Pendidikan Filipina

[sunting]

Kekeliruan besar dilakukan oleh Spanyol adalah bahwa ia jarang menyambut kemajuan lebih lanjut dari penduduk asli, dan pusat perlawanan dari pencerahan umum dari ras tersebut adalah frater. Kemudian, orang-orang yang telah menjadi pelindung dan pengajar awa,, sedikit demi sedikit, karena konservatisme ekstrim mereka dan kekhawatiran mereka kehilangan hubungan yang mengikat Filipina dengan gereja dan Spanyol, berubah menjadi lawan kemajuannya dan musuh pencerahannya, namun pendidikan yang gereja sendiri berikan kepada Dilipina, dan yang dimajukan oleh negara tersebut dan khsusunya pada masa-masa terkini oleh Yesuit, membuat Filipina lebih ambisius untuk pencerahan dan kebebasan lebih.

Pemerintahan Gubernur Torre

[sunting]

Reformasi Liberal

[sunting]

Pada 1868, Ratu Isabella II dari Spanyol dilengserkan, dan kemudian pemerintahan revolusioner, “Republik Spanyol,” dibentuk. Ini adalah kemenangan singkat yang mereformasi dan meliberalkan jiwa yang selaam beberapa tahun berjuang untuk membebaskan Spanyol dari ikatan aristokrasi dan eklesiastisisme.

Dampak alaminya adalah pengiriman gubernur liberal ke Filipina dan publikasi prinsi-prinsip liberal dan reformasi. Gubernur tersebut adalah Jenderal de la Torre. Ia adalah prajurit pemberani dan berpengalaman dan sangat demokrat dalam hati. Ia ditunjang dengan formalitas dan pompa besar yang para gubernur Manila telah mengelilinginya sendiri. Ia memecat sekelompok halberdier, dengan seragam dan senjata abad pertengahan tersebut, yang dikerahkan para gubernur-jenderal sejak 1581, dan memberlakukan busana sipil dan tanpa penunjangan. Upayanya diarahkan untuk mendorong warga Filipina dan mengajak merek ke Spanyol. Dalma pandangan hukum Spanyol, pada masa singkat, Spanyol dan kolonis menjadi setara, dan La Torre berniat untuk memberlakukan prinsip tersebut dan tak membuat perbedaan ras atau kelahiran. Kala Filipina didorong dan dicerahkan, ini tak mungkin menyebutkan keraguan penduduk dan oposisi Spanyol terhadap para frater. La Torre menyerang dan menentang, dan seluruh kalangan kegubernurannya diisi dengan ketegangan, dimana gagasan liberal secara alami meraih pendanaan yang lebih besar di kalangan Filipina.

Dampak Perlawanan Para Frater

[sunting]

Para frater, yang menjadi lawan paling berpengaruh di Filipina, secara alami dianggap oleh warga Filipina sebagai musuh terbesar mereka, dan semangat anti-frater setiap hari menyebar dan merasuk. Sebuah kelompok dibentuk untuk menuntut agar para frater mengosongkan paroki-paroki, dan tempat tersebut diisi dengan imam sekuler, sesuai dengan statuta Konsili Trente. Kelompok tersebut dipimpin oleh imam pribumi, Dr. José Burgos.

Gerakan Filipina untuk Reformasi

[sunting]

Usai kejatuhan republik di Spanyol dan restorasi monarki, pemerintahan di Filipina berupaya untuk mengakhiri perkembangan gelombang pemikiran liberal; namun gagasan tersebut telah berakar dan tak dapat ditekan. Pihak Filipina, jika kami dapat menyebutnya demikian, terus berrencana dan bekerja untuk reformasi. Mereka tak hanya terdiri dari orang-orang berdarah Filipina, namun banyak keturunan Spanyol, yang lahir di Filipina. Tak ada bukti tertentu bahwa mereka pada masa itu merencanakan kemerdekaan, atau mereka bertindak khianat; namun kekhawatiran dak kebencian yang dirasakan oleh Spanyol seringkali mengakibatkan pengasingan dan penghukuman para advokat reformasi yang diketahui.

Pemberontakan Cavite

[sunting]

Pada 1872, terjadi pemberontakan penting yang dikenal sebagai Pemberontakan Cavite. Dua ratus prajurit pribumi di arsenal Cavite berkumpul, membunuh para perwiranya, dan berteriak “Matilah Spanyol!” Mereka memiliki rekan konspirator di kalangan pasukan di Manila, namun mengalami kekeliruan dalam rencana mereka yang gagal untuk membangkitkan mereka dan pemberontakan tersebut mudah diredam.

Ini langsung disusul oleh penangkapan sejumlah besar orang Filipina yang bersekongkol pada masa La Torre dan pihak yang menjadi advokat reformasi. Jumlah tersebut meliputi tiga imam, Padri Burgos, Zamora, dan Gomez, di samping Don Antonio Regidor, Don Joaquin Pardo de Tavera, Don Pedro Carillo, dan lainnya. Dewan perang menghukum mati empat puluh satu partisipan dalam kerusuhan Cavite, dan mereka ditembak pada pagi 27 Januari 1872, di Lapangan Bagumbayan. Pada 6 Februari, dewan perang menghukum mati sebelas prajurit lain dari resimen artileri, namun hukumannya diubah oleh gubernur menjadi penjara seumur hidup. Pada 15 Februari, dewan perang yang sama menghukum mati dengan memakai garrote, para imam Burgos, Zamora, Gomez, dan seorang warga, Saldua; dan hukuman tersebut dieksekusi pada pagi tanggal 17.

Penyebaran Organisasi Rahasia

[sunting]

Masonry

[sunting]

Dasar baru atas kekhawatiran kini ditemukan dalam persebaran organisasi rahasia, yang dikecam sebagai Masonry Bebas. Ini adalah lemabaga paling kuno yang, di negara-negara Protestan seperti Inggris dan Amerika, memiliki jumlah anggota yang sangat besar, dan di neagra-negara tersebut, tujuannya sepenuhnya dihormati. Mereka tak pernah memiliki jalan apapun yang terhubung dengan pembangkangan atau gerakan tak menguntungkan lainnya. Jasanya, pada kenyataannya, kebanyakan bersifat relijius dan memegang ritual Kristen yang indah dan kompak. Namun di negara-negara Latin, Masonry bertugas dengan intrik politik dan dorongan ketidaksetiaan, dan ini dihasilkan dalam perlawanan rohaniwan terhadap ordo yang pernah ditemukan. Kelompok Masonik pertama di Filipina didirikan pada sekitar tahun 1861 dan semuanya terdiri dari orang Spanyol. Kelompok tersebut diteruskan oleh kelompok lainnya dengan keanggotaan Filipina, dan dalam satu cara atau lainnya nampak menginspirasi banyak organisasi rahasia.

“Liga Filipina,” dan Dr. Rizal

[sunting]

Sejumlah besar orang Filipina kini bekerja, jika bukan untuk kemerdekaan, setidaknya untuk pengusiran para frater. Meskipun perasaan tersebut didatangkan oleh negarawan dan kebijakan reformasi liberal, pemerintah tetap berniat untuk bertindak menekan, yang sedikit demi sedikit mengubah gerakan tersebut dari untuk reformasi menjadi revolusi.

Pada 1887, “Liga Filipina” dibentuk oleh sejumlah patriot Filipina muda dan pemimpinnya adalah Dr. José Rizal y Mercado. Rizal, lewat pemberiannya, karakter bangsawannya dan nasib sedihnya, meraih tempat tertinggi di hati Filipina dan dalam sejarah kepulaaun tersebut. Ia lahir pada 1861 di Calamba, Laguna de Bay, dan bahkan pada masa kecil, ia terdampak dengan kesedihan mengenang peristiwa tahun 1872 dan dengan keadaan tak bahagia dan timbal balik dari warga negaranya. Ia dididik oleh Yesuit di Daerah Ateneo, Manila, dan berkat keluarganya, ia dapat belajar di Spanyol, dimana ia meraih gelar dalam bidang kedokteran, dan kemudian berkunjung dan belajar di Prancis, Inggris, dan Jerman.

Di Jerman, ia membuat novel perdananya, Noli Me Tangere. Ia menjadi kontributor surat kabar Filipina yang terbit di Spanyol, “La Solidaridad,” dan, untuk makin mengirim kondisi dan kebutuhan negaranya untuk perhatian yang lebih umum, ia menulis novel tersebut yang berkisah tentang kehidupan Tagálog sebagaimana yang terwakili di rumah lamanya di Laguna de Bay dan di kota Manila. Kemudian, ia menerbitkan sekuelnya, El Filibusterismo, yang bahkan lebih berani dan signifikan yang memajukan gagasannya untuk reformasi.

Karyanya membuatnya banyak dimusuhi, dan kala kembali ke Manila, ia mendapati dirinya berada dalam bahaya dan memutuskan untuk hengkang. Ia kembali lagi pada 1893, dan langsung ditangkap dan dihukum deportasi ke Dapitan, Mindanao. Disana, ia tetap meneruskan praktek profesinya selama beberapa tahun.

Katipunan

[sunting]

Sementara, gagasan yang dipicu oleh orang Filipina kaya dan terdidik telah mengerjakan jalan mereka menuju kelas miskin dan sederhana. Mereka kini dibagi oleh petani dan nelayan. Khususnya di provinsi-provinsi dimana ordo keagamaan memiliki lahan dan terhimpun sebagai pihak penanaman, terdapat pertumbuhan kebencian dan pergesekan terhadap para frater. “Liga Filipina” terdiri dari orang-orang moderat dan tertanam, yang meskipun tertekan karena formasi tak terpicu pada ekstrim radikal, maupun niat pengakhiran mereka lewat cara kekerasan.

Nmaun, kala terjadi pertumbuhan dan persebaran bertahap, sampai memiliki cabang dan anggota di seluruh provinsi di sekitaran Manila, organisasi rahasia kebanyakan terdiri dari kelas tak terdidik, yang tujuannya adalah kemerdekaan Spanyol, dan para anggotanya, yang berjumlah sedikit, berkehendak untuk meresikokan semuanya. Ini adalah perhimpunan yang sejak itu menjadi dikenal dengan nama “Katipunan.” Asosiasi rahasia tersebut dihimpun di Cavite pada sekitar tahun 1892. Presiden dan pendirinya adalah Andres Bonifacio. Tujuannya adalah mengusir para frater, dan jika memungkinkan, menghancurkan pemerintahan Spanyol.

Pemberontakan tahun 1896

[sunting]

Sebuah serangan umum dan penjagalan Spanyol direncanakan pada 20 Agustus 1896. Rencana tersebut ditemukan oleh imam Binondo, Padre Gil, yang mengetahui gerakan tersebut melalui istri salah satu konspirator, dan dalam beberapa jam, pemerintah menangkap beberapa ratus orang yang diduga terlibat. Penangakapan tersebut meliputi sebagian besar orang Filipina kaya dan penting, dan pada akhir beberapa pekan, penjara Spanyol bersii lebih dari lima ribu terdakwa. Lebih dari seribu diantaranya nyaris langsung diasingkan ke penjara-penjara Spanyol yang berjarak jauh—Fernando Po, di pesisir barat Afrika, dan benteng Ceuta, di Laut Tengah.

Sementara itu, Katipunan menghimpun pasukannya untuk perlawanan. Pada 26 Agustus, seribu pemberontak menyerang Caloocan. Empat hari kemudian, sebuah pertempuran terjadi di San Juan del Monte. Pada pertarungan akhir tersebut, para pemberontak mengalami kekalahan besar. Pemimpin mereka, Valenzuela, ditangkap dan, dengan tiga pengikutnya, ditembak di Campo de Bagumbayan. Namun, kebangkitan berlanjut dan provinsi-provinsi Pampanga, Bulacan, dan Nueva Ecija kemudian berada dalam pemberontakan penuh. Namun, pusat pemberontakannya terpicu di Cavite. Provinsi tersebut nyaris langsung bersih dari orang Sapnyol, kecuali leher lahan panjang yang meliputi kota Cavite dan dilindungi oleh armada. Disini, pemberontak disambut beberapa organisasi di bawah seorang pemuda, yang telah berpengaruh di Katipunan—Emilio Aguinaldo.

Gubernur-jenderal, Blanco, seorang sosok berwibawa, yang setelah itu untuk jangka pendek berkomando di Kuba, ditarik, dan Jenderal Polavieja menggantikannya. Pasukan Spanyol pada permulaan pemberontakan terdiri dari seribu lima ratus pasukan, namun dengan serius menganggap bahwa pemberontakan tersebut membuat Spanyol, walau menghabiskan banyak energi pada waktu akhir pemberontakan di Kuba, memperkuat pasukan di Filipina, sampai Polavieja mengerahkan pasukan dua puluh delapan ribu orang Spanyol yang dibantu oleh beberapa resimen Filipina setia. Dengan pasukan tersebut, sebuah kampanye di provinsi Cavite dilakukan, yang setelah pertarungan sulit selama lima puluh dua hari berakhir dalam kekalahan pemberontak dan pengerahan pasukan mereka.

Kematian Dr. Rizal

[sunting]

Pada kesempatan tersebut, nampak bahwa pemerontakan dapat dirampungkan. Kemudian, pemerintah Spanyol Polavieja melucuti dirinya dengan tindakan yang sembrono dan kejam karena tak berperikemanusiaan dan tak politis.

Empat tahun Dr. Rizal menjalani pengasingan di Dapitan. Ia hidup dengan tenang dan di bawah pengawasan, dan tak memungkinkan ia memiliki bagian apapun dalam pemberontakan tahun 1898. Namun, khawatir dengan ketidakaktifannya, ia menagujia ijin untuk pergi sebagai dokter tentara pada rumah-rumah sakit Spanyol di Kuba. Pemintaan tersebut diterima pada Juli, dan Rizal malangnya datang ke Manila pada peristiwa pemberontakan pada Agustus. Gubernur Blanco mengirimnya ke Spanyol lewat surat kepada menteri perang, dimana ia menyatakan soal kemerdekaannya terhadap peristiwa yang terjadi di Manila.

Namun, para musuhnya tak dapat melihatnya kabur. Penindasan mereka menyusulnya di Semenanjung tersebut. Setelah kedatangannya di Spanyol, Rizal sempat ditangkap dan dikirim balik ke Manila sebagai tahanan. Temannya Blanco telah tiada. Polavieja, teman dan alat pihak reaksioner, dihukum penjara, dicekal atau meningga. Seluruh orang Filipina dapat menunjukkan bagian menonjol atau asosiasi dalam gerakan untuk reformasi. Dan lewat kelompok tersebut, Dr. Rizal dihukum mati. Ia ditembak pada dini hari tanggal 30 Desember 1896. Pada masa kematiannya, pemberontakan meledak. Peristiwa tersebut kini menyebar ke Pangasinan, Zambales, dan Ilocos.

Akhir Pemberontakan lewat Janji Reformasi

[sunting]

Polavieja kembali ke Spanyol, dan digantikan oleh Jenderal Primo de Rivera, yang datang pada musim semi 1897. Pasukan Spanyol mengalami banyak deraan dan negara tersebut dibanjiri dengan pemberontak. Kebijakan Primo de Rivera diraih lewat diplomasi dimana energi pendahulunya mengalami kegagalan. Pada Juli 1897, proklamasi amnesti dikeluarkan. Pada Agustus, guebrnur-jenderal membuka negosiasi dengan Aguinaldo, yang markas besarnya kini berada di pegunungan Angat, Bulacan. Primo de Rivera memajukan pemerintahan dalam negeri untuk membuat beberapa reformasi, yang akan dangat melemahkan pengaruh politik para frater. Ia ditentang oleh para frater, namun mungkin atas janji reformasi agar Aguinaldo dan rekan pemberontaknya sepakat, untuk pembayaran 1.700.000 peso, untuk menyerahkan senjata mereka, membubarkan pasukan pemberontak, dan mereka sendiri ditarik dari Kepulauan tersebut. Kesepakatan tersebut dibuat. Pada 27 Desember 1897, Aguinaldo meninggalkan pelabuhan Sual dan menuju ke Hongkong.

Penyalahgunaan Kekuasaan Spanyol Berakhir

[sunting]

Kondisi di provinsi-provinsi masih terus menerus tak redam, dan pada jam-jam paling akhirnya, pemerintah Spanyol kehilangan sisa prestisenya dengan rakyat lewat pembantaian di Calle Camba, Binondo, terhadap sekelompok pelaut Bisayan. Sepuluh hari setelah kejadian tersebut, pemberontakan pecah di pulau Cebu. Kala peristiwa tersebut terjadi, apa yang akan menjadi keputusan akhir perjuangan antara Spanyol dan Filipina tak mungkin untuk dituturkan. Pada 25 April, Amerika Serikat mendeklarasikan perang terhadap Spanyol. Pada 1 Mei, armada Amerika mencapai pelabuhan Manila. Dalam pertempuran AL di lepas Cavite, kekuasaan Spanyol, yang berakhir dengan hanya satu interupsi singkat selama 332 tahun, dipatahkan.