Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 18
BAB XVIII.
LORD BYRON
Drama Alkitab “Kain”—Byron dan Alkitab—Melodi Ibrani—Penyair dan pahlawan—Hon. Douglas Kinnaird—Isaac Nathan—John Braham—Lady Caroline Lamb—Sir Walter Scott—Dr. John Gill—Dr. Henry Hunter—Pendeta John Scott—Mr. Joseph Eyre.
Pada waktu itu, aspirasi ideal bangsa Yahudi mendapati ekspresi paling menonjol dalam puisi Inggris. George Gordon Byron (1788‒1824), Baron Byron keenam, yang menyoroti setiap fase kehidupan manusia, dan menyentuh setiap senar lira ilahi dari kesempurnaannya pada nada paling kuat dan penyetiran hatinya, pesaing Milton, dalam lingkupnya sendiri, pada drama Kain dalam Alkitab terkenal nan kuatnya. Ia adalah salah satu penyair Inggris terbesar, dan kecerdikannya, seperti halnya Milton, terjamah dengan aspirasi Alkitab. Byron sangat nampak dalam pengembaraan Timurnya, dan lewat Melodi ibrani karyanya yang menempatkan dirinya dalam berbagai jenis penerima ras Disraeli sendiri. Dalam karyanya, intensitas pengadaan dan penghimpunan, serangkaian pemikiran dipadukan dengan keindahan khayalan yang terhimpun, sebuah kebaikan yang membuatnya hanya sebanding dengan Hebrew Muse dari Jehudah Halevi. Puisi Zionis yang dimiliki Byron melebihi penyair non-Yahudi lainnya. Melodi Ibrani buatannya, yang menjadi salah satu hasil karya paling indahnya, diterjemahkan berkali-kali ke dalam bahasa Ibrani, dan tak ada baris yang lebih populer dan lebih sering dikutip selain:
Merpati liar bersangkar di sarangnya, rubah di guanya,
Umat manusia di negaranya, Israel hanya di liang lahatnya.
yang dapat dijadikan motto Zionis. Byron adalah seorang penyair dan pahlawan; catatan penting dari karakternya ditemukan dalam kata “pemberontakan.” Kala kepentingan kebebasan berada dalam bahaya, seluruh halnya berkembang pada penyelidikan; ini adalah semangat jiwanya, dan karena itu ia mencurahkan kehidupannya. “Ziarah Abadi” ini, yang wafat sebagai martir pada puncaknya dalam kepentingan kebebasan Yunani, mungkin dapat disetarakan dengan pengorbanan nyawanya terhadap kebebasan Yudea, telah memberikan cangkupan kepada Yudea untuk perjuangan serupa pada masanya. Sebagaimana ia diekspresikan olehnya pada tragedi Yahudi, tak hanya dalam puitis namun juga dalam aspek politiknya.
Kecerdikan khayalan murni biasanya menghimpun fakta kehidupan politik dan sosial, dan untuk mesayapkan jalannya ke dunia abstrak yang ideal. Namun, beberapa pihak mengirim material mereka dari kenyataan kehidupan sosial dan nasional, dan mengubahnya menjadi puisis gagasan dunia yang sebenarnya. Puisi Ziarah masuk pada kategori tersebut. Ia menggemakan lagi aspirasi masanya. Sepanjang pemahaman dan penyorotan dini untuk kesedihan Israel mendapati ekspresi elok dalam tulisan-tulisan Inggris dari kisah tersebut. Pada masa itu, para penulis Inggris menjadi para murid sejarah Yahudi, dan sejak zaman Vespasian (9‒79) sejarah Yahudi hanya tercatat dalam nuansa kesedihan: ini utamanya mengisahkan tindak pencekalan di seluruh belahan dunia, tempat mereka mencari suaka dan dikompilasikan untuk mewujudkan ketakterhiraukan dari keinginan untuk melenyapkan mereka. “Yahudi adalah mangsa teri kekejaman tak terhitung, dan keberadaan mereka sedikit lain ketimbang kesekaratan yang timbul.” “Pencekalan, penindasan, pengecualian, penindasan, pembantaian dan hal tak menyenangkan dari segala jenis yang tak terhitung, berlangsung dalam nyaris setiap zaman dan bangsa dari pembuangan pertama mereka sampai masa-masa selanjutnya—berbagai sebab yang terjadi menyingkirkan nama dan peringatan mereka dari muka bumi ... tidaklah diharapkan.” Ini merupakan apa yang Byron baca dalam sastra Inggris pada masanya, dan apa yang ia sadari dalam pengembaraannya. Bangsa tanpa tanah air—ini adalah fakta yang ditekankan sendiri secara sangat terpaksa pada pikirannya.
Melodi Ibrani karya Byron, yang ditulis atas saran Honourable Douglas James William Kinnaird (1788‒1830), diterbitkan dengan musik pada Januari 1815. Kinnaird adalah sosok dengan perhatian intelektual besar dna kemampuan yang handal, Ia mengenalkan komponis Yahudi, Isaac Nathan (1791‒1864), kepada Lord Byron pada sekitar tahun 1812. Ini adalah permulaan persahabatan yang baru berakhir dengan kematian penyair tersebut. Byron menulis Melodi Ibrani dengan tujuan mengekspresikan rencana mereka untuk menghimpun musik buatan Nathan, yang kemudian memegang hak cipta atas karya tersebut. Nathan memutuskan untuk meningkatkan hasil untuk penerbitan Melodi tersebut lewat pelangganan, dan dengan tujuan mengasosiasikan dirinya dengan rekan relijionisnya, pembuat nada John Braham (1774?‒1856), yang memulai karir musiknya sebagai pemimpin paduan suara di Sinagoge di Duke’s Place. Braham mengkomposisikan banyak opera, salah satunya adalah Americans, yang berisi lagu terkenal, The Death of Nelson; dan meraih reputasi Eropa pada masanya. Kala menandatangani daftar pelangganan, Braham mengintimasikan keinginannya untuk diperbantukan dalam penerbitan Melodi dan menyanyikannya di hadpaan umum. Sehingga pada halaman judul edisi pertamanya, yang terbit pada 1815, karya tersebut merekam bahwa musiknya baru diaransemenkan, diharmonisasikan dan direvisi oleh I. Nathan dan I. Braham.
Melodi utamanya terdiri dari karya pilihan yang dinyanyikan dalam hubungannya dengan perayaan upacara-upacara keagamaan Yahudi (Appendix l). Hal tersebut penting untuk mengamati bahwa musik mula-mula ditinjau. Beberapa pernyataan terkait musik Yahudi tercatat. “Pada ulasan kami yang sangat terbatas, karya tersebut tak dapat dihiraukan bahwa kami harus berupaya untuk melontarkan sorotan baru apapun pada subyek gelap dari musik Ibrani.... Kala Melodi saat ini ditampilkan oleh 4000 Lewi dari Raja Daud, ... kami tak harus terdorong untuk memutuskan: umur dan keaslian mereka sepenuhnya dibiarkan selaras, yang ‘disajikan lewat ingatan dan tradisi sendiri.’ Beberapa dari mereka menghimpun serangkaian karakter penting, yang tanpa ragu ditinggalkan sebagai keantikan nyata mereka, dan para penyunting menganggapnya disajikan sebanyak unsur tersebut sebagai ritmer dari musik tertulis dan adaptasi lirik, akan diperkenankan.” Ulasan Sastra dari Majalah yang sama menghimpun lebih sdikit baris untuk kritik puisi: “Untuk menyatakan bahwa Melodi tersebut adalah buatan Lord Byron, untuk mengucapkannya secara elegan. Kami memilih Puisi berikut, dengan tambahan yang diberikan dalam Bagian I., hlm. 450” (yakni “Aku melihatnya disingkirkan”). Ini mengikuti puisi “Saul.”
Sorotan lainnya tertuju pada subyek sikap Byron terhadap orang Yahudi dan gagasan Zionis dalam Fugitive Pieces and Reminiscences of Lord Byron karya Nathan (Appendix li). Dalam sebuah catatan (p. 24) yang menyatakan “Oh! Singkirkan orang-orang itu,” tulis Nathan: “Sepanjang komposisi melodi-melodi tersebut, ini akan teramati oleh pembaca giat bahwa Lord Byron telah memamerkan perasaan mendalam terhadap Yahudi. Ia sepenuhnya bebas dari prasangka menonjol melawan ras manusia kurang bahagia dan tertindas tersebut. Pada persoalan tersebut, ia seringkali menyatakan, bahwa ia menuntut keberadaan Yahudi, sebagai ras manusia berbeda, contoh paling menakjubkan dari dampak buruk penindasan....” Bahwa periode 1800 tahun telah berlalu, dan orang-orang tersebut seharusnya masih melestarikan agama mereka sendiri, hukum mereka, dan adat mereka, selaras dengan penindasan gerejawi dan sipil, sehingga nampak menonjol; namun kurang dari itu, kala dampak pengamatan Kepemimpinannya layak dimengerti. Pada satu kesempatan, ia berujar, “orang-orang malang, dikelilingi oleh para musuh yang bersikukuh terhadap kehidupan; ditindas, dicampakkan dan disingkirkan; dituduh sebagai penjahat, karena mereka tak dapat meredam para penindas mereka,...” Dalam catatan lain (hlmn. 61) berkontribusi pada puisi, “Dari bukit terakhir yang nampak sesekali pada kubah suci.” Pada hari Penghancuran Yerusalem oleh Titus, Nathan berujar: “Dalam komposisi stanza yang diamjukan, ia menakankan padaku, bahwa ia selalu menganggap kejatuhan Yerusalem, sebagai peristiwa paling menonjol sepanjang sejarah; karena (dalam kata-katanya sendiri ), ‘siapa yang dapat melakukan seluruh penghancuran dari tiang besar tersebut; menghimpun pengembaraan para penduduknya, dan membandingkan kejadian-kejadian positif terseebut dengan nubuat-nubuat jauh yang memajukan mereka, dan menjadi seorang kafir?’”
Keotentikan kerjasama Nathan melampaui pertanyaan. Nathan adalah komponis berkemampuan handal, dan penulis tentang berbagai subyek. Ia lahir di Canterbury, Kent, dan pada awalnya dikirim ke Cambridge untuk belajar Ibrani dan bahasa-bahasa klasik. Lady Caroline Lamb (1785‒1828) adalah salah satu teman Nathan, dan menulis puisi untuknya untuk merancang musik. Sir Walter Scott (1771‒1832), juga menjadi penasehat produksi musik Yahudi buatan Nathan.
Keantusiasan untuk kebangkitan musik Ibrani adalah karakteristik masa itu, dan sebagian karena simpati menonjol untuk orang Yahudi, untuk penderitaan mereka dan harapan mereka (Appendix lii). Jika Melodi Ibrani ditulis atas saran Kinnaird, ini tak harus diambil untuk mengartikan bahwa puisi-puisi seperti Melodi Ibrani sebetulnya dapat ditulis dalam menanggapi saran teman pribadi: karya tersebut harus menjadi produk aspirasi tertentu.
Pada waktu yang sama, gagasan Pemulihan Israel membuat ketonjolan pada ranah lainnya. Rev. Dr. John Gill (1697‒1771) menyatakan bahwa “Para Pangeran Protestan akan membantu Yahudi dalam menggantikan mereka di tanah mereka sendiri.” Rev. Dr. Henry Hunter (1741‒1802) berujar: “Sehingga, hal tersebut kini umum disepakati di kalangan terpelajar, bahwa mereka disahkan oleh kitab suci untuk mengharapkan ... pemulangan mereka ke tanah mereka sendiri;...”
Rev. John Scott (1777‒1834), kala bertutur soal pelestarian yahudi, bertanya: “Namun dimana Yahudi kemudian dilestarian? Apakah hanya sebagai monumen keilahian, dan menyematkan pernyataan kepada pemberkatan lain yang seharusnya tak mereka mereka sendiri rasakan? ‘Relakah Allah’ untuk ‘membiarkan bangsa-Nya’? ‘Apakah mereka membiarkan agar mereka dapat terjatuh,’ tak lebih untuk bangkit? Allah larang! Seluruh fakta di hadapan kami, dan terutama pelestarian mereka, juga dapat membangkitkan harapan dalam pikiran kami agar kasih tetap dilestarikan untuk Israel.”
“Iklan” untuk Penyarian dari karya tentang Nubuat, karya Mr. Joseph Eyre, memberitahukan kami bahwa “Rancanagn dalam menerbitkan ulang karya tersebut adalah untuk menyerukan perhatian umat Kristen kepada nubuat-nubuat Kitab Suci, yang memiliki rujukan utama untuk orang Yahudi, dan yang memprediksi peristiwa-peristiwa terkait mereka yang belum terpenuhi, dan janji pemberkatan pada mereka yang belum mengambil bagian.”
“Civis” menulis: “Berkaitan dengan pemulihan ... ijinkan saya untuk merujuk kepada para pembaca Anda kepada karya Mr. (George Stanley) Faber (B.D.) (1773‒1854) tentang subyek tersebut, dan juga kepada The Sacred Calendar of Prophecy, 1828. Alasannya ... adalah ... penyelarasan dan pemastian. Bahkan jika tak ada pasal lain untuk menghimpunnya, satu tempat Allah mendeklarasikan bahwa ini harus pada masa mendatang dikatakan ‘Allah yang hidup, yang membawa dan yang memimpin bani Israel keluar dari negara utara, dan dari seluruh negara yang aku gerakkan pada mereka, dan mereka harus sbergerak ke tanah mereka sendiri,’ akan, kupikir, layak untuk menghimpunnya; karena ini nampak terlalu dini dan beredar untuk menerima penafsiran figuratif yang sebenarnya; dan, sehingga, apa yang dapat menjadi figurnya? Apa kenyataan yang figur tersebut mampu untuk wakili? Aku akan bertanya, jika nubuat ditujukan untuk mendeklarasikan pemulihan harfiah, apa istilah yang lebih datar dan menggerakkan yang dapat dipakai? Kami seharusnya tak pernah memajukan figur-figur selain tempat alam dari subyek tersebut, atau esensi umumnya, secara menekan mengharuskannya.”
“Paulinus” mengambil pandangan berlawanan, dengan berujar: “Dalam beberapa lingkup, seorang penulis nyaris tak terkristenisasikan jika ia tak mengikuti opini yang terjadi ... pemulihan harfiah Yahudi ke Palestina; selaras dengan tindakan paling umum alih-alih penekanan lainnya.”