Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 2

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB II.

BAHASA IBRANI

Ketahanan dan pemulihannya—Pengaruhnya pada pemikiran Inggris—De Quincey—Bacon—Shakespeare—Milton—Cowley—Taylor—Tillotson—Barrow—Dryden—Parnell—Pope—Addison—Young—Akenside—Gray—Warton—Cowper—Byron—Shelley—Southey—Moore—Sir Thomas Brown[e]—Earl of Clarendon—John Pym—Viscount Falkland—Sir Henry Vane—Earl of Chatham—Browning—Tennyson—John Bright.

Bahasa Ibrani, yang secara misterius dilestarian seperti Israel, bangsa yang telah disebut, melalui pencobaan berabad-abad, ditiadakan secara politis, namun secara spiritual penuh nilai, tak pernah berhenti menjadi kendaraan untuk eksperimen pemikiran dan sentimen mendalam. Tak hanya dalam kisah menakjubkan dari sastra Ibrani di Spanyol, dari abad kesepuluh sampai kelima belas, namun sejak itu, Ibrani telah ditulis dalam syair dan puisi dengan kuasa dan dampak tak tertandingi dalam bahasa apapun yang berhenti untuk dihidupkan. Penganggapan Ibrani sebagai bahasa mati sepenuhnya salah. Ibrani tak pernah mati. Tak ada waktu dalam riwayat lamanya telah berhenti dilakukan oleh bangsa Yahudi, sebagai bahan untuk ekspresi, entah dalam bentuk lisan atau tertulis, pemikiran hidup dan perasaan hidup Yahudi. Penggunaannya sebagai medium nasional dari perbincangan sehari-hari, sehingga, untuk mengakhiri penghancuran organisasi politik orang Yahudi. Namun, musibah tersebut tak menghancurkan kehidupan bahasa tersebut melebihi menghancurkan kehidupan bangsa. Kebangkitan luar biasa bahasa Ibrani pada masa kami di Palestina, yang merupakan salah satu pencapaian terbesar dari gerakan Zionis, menunjukkan bahwa bahasa tersebut tak pernah diabaikan, dan bahwa bahasa tersebut secara esensial merupakan bahasa hidup.

Bahasa Ibrani, dengan kealamiannya dan kesederhanaan mulianya, telah menghimpun pengaruh tak kurang kuat ketimbang gagasan Alkitab pada pemikiran Inggris. Sedikit mengetahui bentuk buatan, ini memiliki kedalaman alami darinya sendiri, dan kebersihan logis besar dalam menekan antar bentuk pengertian yang manis. Ini sangat diterapkan pada pemikiran Inggris, karena ini merupakan bahasa suci, mengirimkan Firman Allah dan datang dari pengurbanan perjanjian kuno, yang para penjaga berkeyakiannnya adalah bangsa Israel. Kata Semitik memiliki waktu bersejarah yang timbul pada peradaban seluruh umat manusia menjadi pengaruh yang tak ada bandingannya yang dapat ditemukan, dan, jika masa depan diukur lewat masa lampau, merupakan kemenangan yang ditujukan untuk perluasan, pada pemanfaatan umat manusia tak terhitung, paling mengikat bumi. Syair Alkitab tak memiliki saingan.

“Bahasa Ibrani,” ujar Thomas De Quincey (1785‒1859), “dengan memperkenalkan dirinya pada tempat-tempat rahasia hati manusia, dan terduduk disana sebagai inkubator atas unsur spiritualitas yang menghubungkan manusia dengan dunia yang tak terlihat, telah menghimpun dirinya sebagai kekuatan dalam sistem manusia: ia menopangnya dengan ras manusia, dan tak memperdulikan seluruh revolusi dalam sastra atau dalam komposisi masyarakat....”

Bahasa Ibrani sangat berkaitan dengan hal-hal konkret, dan secara khusus personal. Dalam syair, bahasa tersebut sangat diadaptasi untuk menggemakan ulang pemikiran penyair sendiri, dan berencana mengedepankan berbagai fase pengalaman intimnya.

“Kini, puisi tersebut menghimpun kesempurnaannya dari kesederhanaan luarnya yang besar: bahasa tersebut tak mengenal aturan seni metris. Puisinya bersifat esoterik, bukan eksoterik. Karakteristik luar gaya puisisn Ibrani adalah paralelismenya, atau simetri logis antara dua distik bait yang sama. Eksekusi besar terhadap masalah sulit tersebut—penyatuan rancangan di bawah keragaman bentuk—menghimpun bentuk tak sebanding dari diksi puitis Ibrani. Paralelisme merupakan hukum kesempurnaan. Pemikiran dan lisan, raga dan jiwa, sekarang dan setelahnya, secara terpisah menghimpuin paralelisme.”

Bahasa Ibrani pada dasar intuisif, dan diadaptasi untuk pengajaran moralitas dan diekspresikan dengan kebenaran etika dan keagamaan otoritas dalam penjelasan berisi nan singkat.

Hal terbaik dari sastra Inggris telah terinspirasi oleh bahasa Ibrani dari Alkitab. Sepanjang seluruh karya Francis Bacon (1561‒1626) pengaruh kitab suci nampak terlihat: namun dalam Esay-nya—karya kesukaannya—yang ia revisi secara sangat hati-hati dan tulis ulang sesuai zaman dan pengalamannya, dan yang, sehingga, dianggap sangat mencurahkan dan menghimpun kecerdikannya, unsur karakteristik ini mengandung pengaruh yang tak dapat digagalkan untuk ditujukan setiap pembaca. Secara alami—dengan meminjam figur pidato dari Bacon sendiri—pemikiran besarnya “untuk beralih pada kutub-kutub kebenaran,” dan untuk kembali ke sumber airnya yang besar, dalam mendukung dan mengesahkan kesimpulan yang didapatinya sendiri.

Namun, sejauh ini, contoh paling penting dari pertahanan dan penaungan yang ditujukan pada Alkitab akan didapati dalam karya-karya William Shakespeare (1564‒1616). Karena ia mencantumkan dalam nyaris setiap penekanan lainnya, sehingga juga menjadi hal terbesarnya dalam penghormatan tersebut. Karya-karyanya sangat diisi dengan Alkitab yang kita dapat buka tanpa menentang satu kebenaran besar Alkitab atau lebih, diasimilasikan oleh Shakespeare dan direproduksi dalam perkataan yang memperbaharui otoritas Alkitab dan memperkuat klaimnya atas perhatian orang. Pengaruh Alkitan tak hanya nampak dalam nada puisi Shakespeare namun juga dalam bentuk dan karakternya. Jiwa dan tulisan mencantumkan kesaksian untuk fakta tersebut. Alkitab telah meninggalkan penekanannya tak hanya pada pemikiran Shakespeare namun pada idiomnya, pada kesederhanaan diksinya, sementara alusi tak terhitungnya, secara langsung dan tak langsung, terhadap sejarah, tokoh, tempat, peristiwa, doktrin, perumpamaan, sudut pandang dan bahkan peribahasa Kitab Suci menunjukkan familiaritas besar dengan Alkitab. reformasi memperkenalkan jiwa yang sama untuk seluruh sastra Inggris dari era Elizabethan. Ini merupakan unsur khaspada zaman tersebut, dan secara alami berpuncak dalam kecerdikan terbesar pada masa itu.

pengaruh jiwa Ibrani tersebut nampak jelas dalam puisi John Milton (1608‒1674). “Surga yang Hilang,” epik kosmologi paling disanjung dari sastra dunia, satu-satunya karya yang ditulis oleh orang yang mengetahui Alkitab lewat hati, dan yang baitnya, kala ia memilih, dapatterdiri dari kombinasi teks secara tunggal dan sederhana dari Alkitab atau gambar yang dipengaruhi oleh gagasan Alkitab. Cara penceritaannya, tingkat gayanya, musik baitnya, berubah dari angin ribut dan ketergelandangan tuan rumah yang dituju pada sekumpulan lebah dan lagu burung, sejumlah frase dan pasal bak batu berharga yang disempurnakan untuk dikutip sepanjang masa—semua kualitas menakjubkan tersebut bersifat Alkitabiah. Milton memahami bahasa Ibrani, dab baitnya sangat terinspirasi oleh kecerdikan bahasa tersebut. Dan jiwa yang mendapati suara dalam Milton menyebabkan Inggris mengambil keutamaan dalam mengirim kebebasan keagamaan. Pengakuan budiman dan permainan adil di antara bangsa-bangsa di dunia tak hany bermanfaat bagi bangsa Yahudi: beberapa bulan sebelum Manasseh Ben Israel mengunjungi Inggris, Persemakmuran telah membuat protes paling menonjol terhadap gejolak kemanusiaan yang dipicu oleh para pelaku Protestan di Piedmont.

“Aku harus menyatakan catatan kami pada masa ini lewat ... [merujuk kepada] ‘Davideis dari melankoli [Abraham] Cowley (1618‒1667) yang ia pandang tersemat dalam pemikiran bahasa Alkitab.. ..’ ‘Ini akan timbul dalam rekoleksi setiap orang, bahwa ada perkembangan dalam paruh akhir abad ketujuh belas, tiga gerejawan, yang karyanya masih dipandang sebagai model gaya dan tambang pemahaman dan pemikiran—[Uskup Jeremy] Taylor (1613‒1667), [Uskup Agung John] Tillotson (1630‒1694) dan [Dr. Isaac] Barrow (1630‒1677); yang tulisan-tulisannya, jika mereka disetarakan, tak pernah secara menentu dilampaui. Familiaritas dengan laman-laman Tulisan Suci yang sosok yang digambarkannya harus secara kekal diakui sepanjang pendidikan besar yang membuat apa yang mereka lakukan, tak dilakukan selain memiliki pengaruh yang sangat besar pada karya-karya mereka....’”

“Terdapat banyak alusi pada Tulisan Suci dalam karya-karya [John] Dryden (1631‒1700), terutama dalam karya-karya polemiknya,... Dalam Hind dan Panther...

“Dalam syair indah karya [Thomas] Parnell (1679‒1718) berjudul ‘Hermit’, terdapat beberapa jejak dari pengaruh Alkitab:...

“Sebuah penekanan Messiah karya [Alexander] Pope (1688‒1744), yang memiliki banyak ekspresi yang diambil, kata demi kata, dari kitab Tulisan Suci, akan menghimpun pembaca manapun akan pengaruh yang ditimbulkan olehnya pada puisi tersebut. Kami memiliki otoritas atas Mr. [Joseph] Addison (1672‒1719) sendiri untuk anggapan tersebut, bahwa ia sepenuhnya menyinggung keindahan terjemahan Inggris. ‘Bahasa kami,’ ujar penulis, dalam Edisi ke-405 dari Spectator, ‘telah menerima keeleganan dan penghimpunan tak terhitung dari perasukan Hebraisme yang diseturutkan padanya dari pasal-pasal puitis dari tulisan Suci;—mereka memberikan unsur dan tenaga untuk ekspresi kami, menghangatkan dan menggerakan bahasa kami, dan memajukan pemikirna kami dalam peribahasa yang paling seturut dan mendalam ketimbang apapun yang datang dengan lidah kami sendiri.’ Addison adalah pendiri gaya murni, klasik, terpoles yang, sejak penerbitan Spectator, dianggap sebagai tambahan besar dari tindak penulisan. Mengetahui itu, kala kami mengetahuinya, sentimen penulis yang menyertainya, hal ini tak memajukan bahwa ia akan, dalam pembentukan gayanya sendiri, ditimbulkan untuk banyak meminjam dari banyak pujiannya; dan sehingga nampak mungkin bahwa terjemahan tersebut, sepanjang dalam kasusnya sendiri menjadi agen langsung, telah memegang pengaruh bermanfaat pada prosa bahkan dari penulis-penulis modern....”

“Dalam syair-syair [James] Thomson (1700‒1748), terdapat sedikit pasal yang ia mungkin, dalam beberapa hal, berhutang pada Terjemahan Alkitab—....”

“Dalam tulisan-tulisan [Edward] Young (1683‒1765), banyak ekspresi yang dapat ditemukan berhutang pada gagasan dan perilaku ekspresi kepada Kitab Suci. Dalam parafrasenya dari Kitab Ayub, salah satu karya terawalnya, mula-mula diterbitkan pada 1719.”

“Dalam Night Thoughts, jejak pengaruh Alkitab tidaklah tertelusuri, namun mungkin ada....”

“[Dr. Mark] Akenside (1721‒1770), dalam salah satu syairnya; [Thomas] Gray (1716‒1771), dalam baris nasehatnya terhadap Milton, dan [Thomas] Warton [yang Tua] (1688?‒1745), dalam karyanya Address to Night, secara jelas dalam pikirannya menghimpun beberapa pasal dalam Mazmur.”

“Terdapat keregangan nyata dari perasaan keagamaan, dari penjelasan yang sangat kuat, yang dinapaskan melalui syair [William] Cowper (1731‒1800); namun walaupun ia tak ragu merasa bahwa dorongan untuk terjemahan pada orang dari rasa dan kasih ebsarnya terhadap tulisna-tulisan keagamaan secara khusus harus ditonjolkan, tak ada bukti paling terpandang dari penghimpunannya melebihi pengaruh umum pada bahasanya....”

“Pemikiran [George Gordon] Byron [Baron Byron Keenam] (1788‒1824) memiliki ketonjolan awal dari cinta bagian-bagian puitis dari Alkitab; ... dan terdapat beberapa jejak yang ditemukan dalam karya-karya berpengaruhnya yang buku tersebut torehkan pada pemikirannya....”

“Terdapat beberapa ekspresi dalam Pemberontakan Islam bahwa akan nampak untuk mengindikasikan bahwa penulis syair tersebut menyimpan kenangan beberapa penjelasan dan pasal mistis dari Yehezkiel....”

“Dalam [Robert] Southey (1774‒1843) terdapat beberapa ekspresi dan gagasan Alkitabiah....”

“Dalam lagu-lagu indah yang sangat terselebrasikan ... penulis, Mr. [Thomas] Moore (1779‒1852), terdapat banyak hal yang dapat ditelusuri pada asal usul kitab suci.”

“Ini kini dapat dilihat, kami berharap, terdemonstrasi secara selaras, bahwa terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris menghimpun pengaruh besar pada puisi dua abad terakhir; hal ini kini menjadi waktu untuk menyatakan dampak yang dihasilkan pada prosa kami.... Terdapat, ... ditemukan dalam tulisan-tulisan dari banyak penulis proses menonjol dalam bahasa kami, pasal-pasal yang, dari karakter umum gaya mereka, atau bentuk gagasan yang diekspresikan oleh mereka, dapat disimpulkan untuk mensugestikan, atau setidaknya dimodifikasikan, oleh pengaruh Terjemahan Alkitab ... dalam tulisan-tulisan Sir Thomas Brown[e] (1535?‒1585), seorang penulis yang meningkatkan tingkat ketenaran besar pada zaman Ratu Elizabeth (1533‒1603), jejak besar ditemukan pada pengaruh Alkitab;—sementara pada sebagian besar masa berikutnya [Edward] Hyde (1609‒1674), Earl of Clarendon (terutama pengenalan, dan bagian volume pertama) akan membimbing pembaca paling skeptis, bahwa terjemahan Alkitab tak diselaraksan oleh penulsi tersebut....”

“Ini mungkin ... nampak paradoks untuk menyatakan, bahwa seni pembicaraan publik, ... dapat diperhutangkan pada sebuah peristiwa sebagai terjemaahn Alkitab; namun penekanan tersebut akan mendapati pembenaran:... Pidato-pidato [John] Pym (1584‒1643) dan lainnya terhadap pemakzulan [1640] Earl of Strafford (1593‒1641), dari Viscount Falkland (1610?‒1643), Sir Henry Vane (1589‒1655), dll, pada pertanyaan Reformasi Episkopasi, akan diselaraskan sebagai contoh penjelasan yang banyak pembuktian dapat ditemukan, pada dorongan, pengaruh Alkitabiah.”

“Sangat diketahui bahwa [William Pitt] sang Earl of Chatham [Pertama] (1708‒1778), orator paling elok yang pernah dihasilkan oleh Inggris, merekomendasikan setiap orang yang berharap untuk menjadi selaras dengan unsur bahasa Inggris, dan untuk menghimpun kekuatan mengekspresikan dirinya dengan fasilitas, untuk belajar menulis salinan Barrow. Kini, kami mengetahui bahwa Barrow tekun membaca kitab-kitab suci; kami mengetahui bahwa gayanya sangat dipicu oleh pengaruh yang kami sertakan padanya; akankah, kala itu, sangat menganggap bahwa penuturan bahasa Inggris, secara umum, ... telah sangat sipengaruhi oleh terjemahan Alkitab?...”

“Ini dapat dijelaskan dari pengamatan yang dimajukan, bahwa terjemahan Alkitab ke bahasa kami adalah peristiwa paling menonjol dalam sejarah sastra Inggris:... Orang-orang yang membandingkan banyak terjemahan Eropa dengan aslinya tak menghalangi untuk berujar bahwa terjemahan Inggris merupakan yang paling akurat dan terpercaya secara keseluruhan.... Disamping itu, para penerjemah kami tak hanya membuat terjemahan standar, namun kami membua terjemahan standar dari bahasa mereka. Lidah Inggris pada masa kami tak setara dengan karya semacam itu; namun Allah memperkenankan mereka untuk berdiri layaknya pada Gunung Sinai; dan mengerek bahasa negara kami pada martabat asli, sehingga setelah dua ratus tahun, Alkitab Inggris masih dengan sebagian kecil pengecualian standar kemurnian dan kesempurnaan lidah Inggris.”

Pengaruh bahasa Inggris tersebut dapat ditelusuri tak hanya dalam adikarya-adikarya penyair besar; ini juga merupakan karakter populer nan umum. Kajian bahasa Ibrani di kalangan orang Kristen, yang hanya secara kasual dan mendalam menduduki perhatian gerejawi pada Abad Pertengahan, meraih penekanan langsung dari kepentingan terbangkitkan dalam Alkitab yang disebabkan oleh Reformasi.

Pengerahan ilmiah terhadap Ibrani mungkin lebih menonjol di negara lain tempat Reformasi meraih landasannya, namun kala di negara lain pengaruhg tersebut utamanya terasa di kalangan cendekiawan, di Inggris, pengaruh tersebut telah menjadi populer dan terasa dalam kehidupan keseharian bangsa. Proses pengayaan dan pemuliaan bahasa Inggris telah digerakkan sepanjang berabad-abad di seluruh kalangan penduduk, dan salah satu agensi utama yang berdampak tentunya menjadi pengaruh Alkitab Ibrani, secara langsung dan tak langsung.

Untuk menjamah sejarah, nubuat dan syair Alkitab ibrani, untuk menghimpunnya sebagai wujud inspirasi Ilahi, untuk menghidupkannya dengan segala emosi hati, dan tak menganggap Israel, yang memulai seluruh kejayaan dan kebesaran tersebut, sebagai “Bangsa Pilihan,” tidaklah memungkinkan.

Di kalangan penyair dan penulis Inggris modern, Robert Browning (1812‒1889) merupakan teman besar dari Yahudi dan pakar Ibrani yang baik, dan sering mengutip kalimat-kalimat Ibrani. Dalam sebuah surat kepada seorang teman, Browning menulis:

“Kutipan-kutipan Ibrani diambil untuk sebuah keperluan sebagai pengetahuan langsung yang doktrin-doktrin tertentu dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama, yang menghimpun Skema Moralitas Ringan dimajukan sebagai temuan mereka sendiri.”

Dalam Jewish Fancies, terdapat banyak frase Ibrani, juga dalam Melon Seller dan Two Camels. Dalam Rabbi Ben Ezra dan The Doctor, pembaca akan mendapati pemikiran Yahudi secara khusus.

Alfred, Lord Tennyson (1809‒1892) juga membaca Alkitab dalam Ibrani asli. Lady Tennyson (1813‒1896) menulis dalam jurnalnya pada 1867:

“A.” (artinya suaminya Alfred) “membaca Ibrani (Ayub dan Kidung Agung dan Kejadian). Ia membiacarakan banyak Ibraninya. Ia membawanya kepadaku syair seperti mazmurnya ‘Higher Pantheism.’”

Pidato mendalam John Bright (1811‒1889) secara tersumpah berdasarkan pada Alkitab; darinya, bukan dari klasik Paganisme, mendatangkan inspirasi keelokan tertingginya. Julukan pihak peringatan tersebut, “The Adullamites,” yang memberikannya landasan Liberal dalam Franchise Bill pada 1866, menunjukkan familiaritasnya dengan penjelasan sejarah Alkitab dan kesiapan dengan yang ia dapat adaptasikan pengetahuannya pada ilustrasi politik. Secara sekilas, ia nampak memahami Perjanjian Lama pada pembaca pidatonya.

Sehingga, di kalangan Puritan, terdapat banyak rujukan terawal dari “God’s Ancient People,” dan Cromwell sendiri bergabung dalam anggapan tersebut. Lewat pergerakan Ibrani Alkitabiah, wacana publik di Inggris disiapkan untuk perlakuan simpatetik gagasan yang memajukan ulang Yahudi ke Inggris.