Lompat ke isi

Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 22

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB XXII.

SIR MOSES MONTEFIORE

Proyek “untuk Penanaman Lahan di Palestina”—Abraham Shoshana dan Samuel Aboo—Sir Moses dan Lord Palmerston—Perlindungan Britania Raya terhadap Yahudi di Timur—Lord Aberdeen—Sir Stratford Canning—Dr. Edward Robinson—Burghas Bey—Perjalanan baru ke Timur.

Inggris dan Yahudi Inggris tak mengalami pergesekan untuk ditempatkan pada garis depan Zionisme. Pionir besar Zionisme Yahudi-Inggris pada zaman Palmerston adalah Sir Moses Montefiore (1784‒1885). Ia adalah sosok stabilitas besar dan berkarakter tersegani, dan banyak disanjung oleh Yahudi dan non-yahudi. Terdapat beberapa Yahudi dalam sejarah yang dapat melirik balik pada kehidupan berguna dan kegiatan bermanfaat dengan banyak gratifikasi seperti ia, atau sosok yang menghimpun perasaan bangga atas fakta bahwa sepanjang kehidupan mereka, mereka melakukan tugas mereka tak hanya untuk negara tempat tinggal mereka, namun tanah kuno dari para leluhur mereka, untuk bangsa Inggris selaku patriot Inggris dan bangsa Yahudi sebagai para bani kepercayaan dari ras mereka.

Sir Moses adalah pendukung antusias dari “Pendanaan untuk penanaman tanah di Palestina oleh Yahudi.” Ini adalah nama halus untuk Zionisme pada permulaan kegiatannya. Kami membaca dalam Buku Harian Sir Moses dan Lady Montefiore:—

“Jumat, 24 Mei (1839, Safed)....

“Para kepala kongregasi Portugis dan Jerman menyatakan penghormatan mereka kepada Sir Moses dan Lady Montefiore (1784‒1862). Dua priyayi tersebut, Pendeta Abraham Shoshana dan Samuel Aboo, adalah tuan tanah di desa tetangga, dan memberikan wacana mereka terhadap persoalan pertanian. Sir Moses, merujuk dalam buku hariannya pada perbincangan, berkata:—

‘Dari seluruh informasi yang dapat aku kumpulkan, tanah di wilayah tersebut nampak sangat disukai untuk spekulasi pertanian. Terdapat sekumpulan pohon zaitun, yang harus aku pikir, berusia lebih dari lima ratus tahun, ladang anggur, banyak padang rumput, sekumpulan sumur dan curahan air yang sempurna; juga pohon ara, kacang kenari, kacang tanah, mulberi, dll, dan ladang gandum, jelai dan kacang; pada kenyataannya, ini adalah lahan yang nyaris memproduksi segala hal secara melimpah, dengan sangat sedikit keterampilan dan tenaga kerja. Aku sepakat jika rencana yang aku selaraskan harus disukseskan, ini akan menjadi alat pengenalan kebahagiaan, dan landasan menuju Tanah Suci. Pada contoh pertama, aku harus ajukan kepada Mohhammad (Mehemet) Ali untuk pemberian lahan selama lima puluh tahun; sekitar satu atau dua ratus desa; memberikannya penignkatan sewa dari sepuluh menjadi ua puluh persen, dan membayar seluruh uang setiap tahun di Alexandria, namun tanah dan desa-desa tersebut bebas, pada sepanjang masa, dari setiap pajak atau peringkat dari Pasha atau Gubernur dari berbagai distrik; dan kebebasan diseturutkan untuk melampaui produksi di kawasan bumi manapun. Pemberian yang diberikan, aku harus, mohon pada sorga, kala aku kembali ke Inggris, membentuk perusahaan untuk penanaman lahan dan dorongan perssaudaraan kami di Eropa untuk kembali ke Palestina. Banyak Yahudi kini berimigrasi ke New South Wales, Kanada, dll, namun di Tanah Suci, mereka akan menemukan kesuksesn besar tertentu; disini mereka akan menemukan hal baik untuk menggali, menanam zaitun dan anggur, dan tanah yang sangat kaya yang hanya membutuhkan pupuk yang sangat sedikit. Pada sejumlah tingkat, aku berharap untuk melibatkan pemulangan ribuan saudara kami ke Tanah Israel. Aku sepakat bahwa mereka akan bahagia dalam menikmati pengamatan agama suci kami, dalam tindakan yang tak memungkinkan di Eropa.’”

Langkah-langkah politik diambil dan perwakilan dibuat. Sir Moses berujar kepada Lord Palmerston tentang pertanian untuk Yahudi di Palestina:—

“Pada 30 April (1840) Komite bergerak ke Downing Street, dan sangat baik diterima oleh Lord Palmerston. Ia berjanji untuk memakai pengaruhnya dengan Mohhammad Ali dan Pemerintah Turki untuk menghentikan kejahatan semacam itu. Sir Moses menyebut pada kesempatan tersebut, kala Lord Palmerston berbicara soal kunjungannya ke Palestina, kemanusiaan Mr. Young di Yerusalem dan fakta bahwa Yahudi ingin dipekerjakan dalam kegiatan pertanian.”

Kemudian timbul pertanyaan perlindungan Britania Raya terhadap Yahudi di Timur:—

“Saudaraku di Timur mangajukan kepada Sir Moses untuk tergerak dengan Pemerintah Inggris untuk menempatkan mereka di bawah perlindungan mereka. Mereka mengeluhkan perlakuan oleh para gubernur lokal untuk membayar pajak yang lebih besar ketimbang penduduk non-Israel manapun. Lord Palmerston dan penerusnya Lord Aberdeen menyimak dengan besar hati terhadap pernyataan yang dibuat kepada mereka soal persoalan tersebut oleh Sir Moses. Lord Palmerston, dalam menanggapi perwakilannya, berujar bahwa Kristen menerlita melebihi Yahudi dari Gubernur yang menjadi fanatik, dan menambahkan bahwa ia (Sir Moses) memiliki otoritasnya untuk menulis kepada Yahudi di Timur bahwa jika mereka memiliki keluhan serius apapun untuk membuat, Konsul Inggris akan mendatangi mereka, dan memajukan mereka ke Dubes di Konstantinopel, yang akan mewakilkan mereka kepada para Menteri Porte....

“Lord Aberdeen, dengan yang ia kemudian mengadakan wawancara tentang persoalan yang sama, berujar bahwa ia tak memandang pertentangan kepada Konsul Inggris menerima pernyataan sambutan yang dibuat oleh Yahudi, dan menyampaikan pernyataan semacam itu kepada Dubes Inggris di Konstantinopel, yang akan diarahkan untuk selaras dengan para Menteri Porte, dengan pandangan untuk memberikan sambutan terhadap keluhan.”

“Terhadap Sir Moses yang menekankan keinginan Yahudi di Timur untuk ditempatkan di bawah perlindungan Inggris, Kepemimpinannya dikatakan bahwa ia tak melihat bagaimana ini dapat menyertai. seluruh Kekuatan Eropa sangat saling iri hati dalam campur tangan apapun pada pihak Inggris. Namun, Kepemimpinannya menambahkan bahwa ia akan menganggap alat terbaik untuk menyediakan perlindungan Yahudi atas dasar kemanusiaan dan keadilan.

“Pada 7 November, Sir Stratford Canning (1786‒1880), sebelum pergi ke Konstantinopel, berseru pada Sir Moses, dan setelah itu mengirimkannya catatan, memutuskan untuk meliriknya pada keesokan harinya pukul dua belas. Sehingga, Sir Moses mendatanginya. Tujuan wawancaran tersebut adalah untuk memadatkan perlindungan untuk orang-orang Israel di Timur. Sir Moses membertahukannya pengarahan yang diberikan oleh Lord Palmerston, dan Sir Stratford berujar bahwa ia akan senang untuk melakukan semuanya agar tugasnya diperkenankan, dan menguji Sir Moses kala ia berkenan. Mereka mengadakan perbincangan panjang nan penting terkait Yahudi dan Tanah Suci, dan Sir Moses sangat sejalan oleh kemurahan hati Sir Stratford.”

Ini dapat ditekankan disini bahwa keberadaan perlindungan Britania Raya kepada Yahudi di Timur pada masa itu berkaitan dengan di negara lain sebagai suatu hal yang harus diberikan pada Yahudi, dan memberikan perlindungan yang dibutuhkan oleh kebijakan Inggris.

Dr. Edward Robinson (1797‒1863), cendekiawan Amerika terkenal, menulis:—

“Prancis telah lama menjadi pelindungan terakui dari agama Katolik Roma, di Kekaisaran yang sama; dan para pengikut kepercayaan tersebut mendapatkan perlindungan nampak dan efisien;... Di kalangan Gereja Yunani, yang masih lebih banyak, ... Rusia menyambut hangat para partisan.... namun dimana partisan Inggris di belahan Turki? Bahwa Inggris, walau ia memiliki kepentingan politik mendalam pada seluruh perhatian Kekaisaran Turki, yang harus tetap berbeda dalam keadaan hal-hal di Suriah, adalah persoalan kejutan.”

Kala kesulitan formal dipicu oleh Lord Aberdeen, skema berkembang, dan Sir Moses menerima janji yang sangat kuat, karena disamping alasan Lord Aberdeen, ini terlalu dini untuk mengarahkan dirinya kepada esensi umum Sir Moses, yang bertindak bukan sebagai diplomat, namun sebagai pelindungan kaumnya yang tertintas. Dua poin dalam program Sir Moses adalah skemanya untuk kolonisasi Palestina dan upayanya untuk meraih perlindungan Inggris.

Sir Moses memulai perjalanan keduanya ke Palestina pada 1838. Ia kemudian menjadi teman Mehemet Ali. Mencapai Alexandria pada 13 juli, ia ditrima oleh Pasha, yang menyimak kala ia membeberkan skemanya. Mehemet Ali menjanjikan setiap bantuan. “Kau harus memiliki bagain tanah yang terbuka untuk dijual di Suriah,” ujarnya, “dan tanah lainnya yang lewat pengajuan kepada Sultan dapat diberikan kepadamu. Kau dapat memiliki siapapun yang akan senang dilantik sebagai Gubernur di wilayah pedesaan manapun dari Tanah Suci, dan aku akan melakukan segala hal sekuat kekuatanku untuk mendukung dorongan terpujimu.” Ia kemudian memberikan perintah kepada Menteri Keuangan, Burghas Bey, untuk memberikan bantuan tersebut dalam bentuk tertulis.

“Sebuah era baru nampak terbit bagi Yahudi dari Tanah Suci. Sir Moses kembali ke Inggris dengan hati ringan, dan bersiap untuk menempatkan rencananya dalam eksekusi.... Ia masih memastikan data bertumpuk-tumpuk yang dikumpulkan olehnya, dan membangun pembangunan persemakmuran baru untuk Palestina dalam pikirannya, kala ia mendadak dipanggil untuk datang lagi ke Timur,—kali ini, bukan sebagai reformator damai, namun sebagau jawara bangsanya, didakwa emnghimpun penghormatan di hadapan persekongkolan. Ia secara menekan menjabatkan skema pertaniannya, dan menyatakan niatnya untuk wirausaha baru. kala ia kembali pulang pada musim semi berikutnya, dimahkotai dengan mahkota daun, dan disambut pada segala pihak sebagai pengirim Israel, kemenangannya diselimuti oleh satu pemikiran menyedihkan—proyek yang ia curahkan sepenuhnya pada tahun sebelumnya tak lagi memungkinkan. Mehemet Ali telah berhenti menjadi penguasa Suriah, dan kekuasaannya digantikan oleh otoritas mencekik Stamboul Effendis, di bawah pertanyaan kehendak baik sosial yang kecil kemungkinan dapat menghimpun kelanjutan.”

Dalam perkataan tersebut, Mr. Lucien Wolf, dalam kehidupan sempurnanya, menyebut perubahan yang terjadi pada rencana Sir Moses. Namun, perubahan tersebut sangatlah berlebihan. Jika mereka menganggap semua fakta dan dokumen, kami tak dapat ragu bahwa Sir Moses adalah seorang Zionis besar sepanjang masa hidupnya. Jenisnya berdiri di tengah dalam evolusi Zionisme. Ia tak menyadari ketonjolan, keagungan, kehandalan perasaaan terhadap perjuangan untuk kebangkitan eksadaran sebuah bangsa dalam pikiran normal Yahudi. Perannya sebagai “jawara bangsanya” dalam upaya Zionisnya jauh lebih berpengaruh ketimbang pembelaannya terhadap orang-orang Yahudi yang malang di Damaskus. Ini adalah kebutuhan, dan sehingga ini merupakan kehormatan besar bagi sosok manapun untuk diprcayakan dengan misi membela para martir tak bersalah. Namun unsur tak dipertanyakan dan kebutuhan diperjuangkan melawan orang yang tanpa malu memalsukan dakwaan yang malangnya ditujukan kepada Yahudi lagi-lagi, dan protes melawan firnah terhadap kehormatan dan kemanausiaan agama Yahudi, sebuah fitnah yang menuduh Yahudi adalah pembunuh dan kanibal, dapatkah perjuangan semacam itu dibandingkan untuk martabat dan kebesaran dengan upaya untuk regenerasi nasiona? Apa yang menjadi hasil seluruh permohonan pertahanan? Beberapa orang selamat dari kesyahidan; namun sejak itu tuduhan mengerikan yang sama dinaikan melawan Yahudi sebanyak seratus kali, dan menempatkan mereka pada masa mereka sendiri dengan kebencian dan kejahatan yang masih besar ketimbang pada 1840. Tak ada orang yang akan memperkirakan nilai besar dan kebutuhan menekan pertahanan diri Yahudi; namun upaya yang diambil oleh Sir Moses pada 1838 melebihi pembelaan yang sebenarnya—ini menjadi upaya untuk merombak seluruh keadaan.

Mengulas hasil seluruh masa yang disurvei, mereka melihat bahwa apa yang diupayakan oleh Sir Moses pada kenyataannya adalah Zionisme, Zionisme politik. Namun, ini dihiraukan pada generasi berikutnya untuk mengambil penyegaran karya, selaras dengan yang dituturkan oleh alasan politik yang disuarakan. Generasi baru siap memiliki organisasi di baliknya; Sir Moses bertindak selaku individual. Ia tak dapat mensukseskannya jika keadaan politik telah menjadi berbeda secara radikal. Esensial pertama untuk kolonisasi, meskipun orang umumnya sangat menyoroti, adalah gerakan nasional untuk mendukungnya. Sangat banyak ilusi yang ditimbulkan oleh sentuhan kenyataan yang dingin: yang terbaik adalah bahwa regenerator dapat dilakuakn untuk menutup matanya dan melangkah ke depan, didukung oleh kekuatan dan keantusiasan masyarakat, karena dalam cara tersebut, ia dapat melewati banyak rintangan yang ada. Namun sisi terapan juga disorot. Kolonisdasi takkan pernah dapat berhasil didirikan tanpa biaya besar dan rencana yang dilandaskan secara hati-hati. Seluruh kondisi berkekurangan pada masa Sir Moses. Sehingga, tak ada persoalan untuk kejutan ketimbang rencana yang sangat dipercayai oleh Sir Moses yang diselipkan keluar dari genggamannya.

Namun, Zionisme secara tanpa ragu menjadi aspirasi Sir Moses paling besar dan menonjol. Ia melakukan tujuh perjalanan ke Palestina bersama dengan istrinya, yang membagi pencurahan dan keantusiasannya: dan kebanyakn perjalanan sangatlah berbahaya. Yerusalem menjadi kata penting pada masnaya. Salah satu ekspresi terakhirnya, sebagaimana yang dikutip oleh seorang biografer, menyatakan bahwa: “Aku tak mengharapkan agar seluruh orang Israel akan mengeluarkan curahan mereka di wilayah tersebut yang mereka rasa bahagia, bahkan sebagaimana warga Inggris di Hungaria, Jerman, Amerika dan Jepang: namun Palestina harus menjadi bagian dari Yahudi, dan Yerusalem ditujukan untuk menjadi pusat Persemakmuran Yahudi.”