Lompat ke isi

Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 34

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB XXXIV.

ZIONISME VERSUS ASIMILASI

Kesulitan pertama—Tradisi Yahudi Inggris—pengaruh orang Inggris terhadap Yahudi—Asimilasi dan gagasan Nasional Yahudi—Pembentukan Zionis dari masalah Yahudi—Tragedi minoritas.

Dalam rangka agar Zionisme dapat dihindarkan dari teori metafisika alih-alih prinsip terapan, dan dapat mencapai ketetapan dan kehidupan nyata, ini sangat menasehatkan agar perkembangannya harus dilakukan lewat tingkat cepat dan lambat, agar ini harus medatangkan dengan pertentangan pada setiap langkah dan ditantang untuk menghasilkan pembuktian logis dari penyuaraannya. Karena ini hanyalah antagonisme yang mendatangkan kemenangan kekuasaan sebenarnya dalam pikiran manusia. Akibatnya, tak ada sebab untuk menyesalkan bahwa Zionsime mendatangkan pertentangan di kalangan Yahudi sendiri.

Pada waktu kala kami menyepakati—enam puluhan dari abad terakhir—sejumlah Yahudi di beberapa negara Eropa Barat menunjukkan keinginan untuk berasimilasi dengan warga senegara mereka di setiap cara yang memungkinkan. Keinginan tersebut sebetulnya timbul dari penyamaan aspirasi dan gagasan. Sebetulnya, adalah hal alami bagi Yahudi yang lahir di Inggris bangga menjadi warga Inggris, bagi Yahudi yang lahir di Prancis, Italia atau tempat lain membanggakan kebesaran dan perjuangan tanah aslinya. Setiap orang sepenuhnya memahami dan memuji sentimen tersebut. Terdapat beberapa perasaan yang lebih menonjol ketimbang patriotisme, dan beberapa orang bertanggung jawab atas perbuatan yang lebih besar dan pengabdian yang lebih heroik. Ini adalah hal baik kala “amour sacre de la patrie” mengisi napas seseorang. Namun Yahudi dapat menjadi warga baik dans etia dan sehingga menjadi sepenuhnya Yahudi nasional. Dua hal tak berada dalam cara yang memungkinkan, dan hanya menampilkan ketidakakuratan dalam definisi, dan kegagalan untuk memahami perbedaan antara entologi dan nasionalitas keagamaan di satu sisi, dan nasionalitas politik di sisi lain.

Yahudi adalah sebuah bangsa, walau mereka tak meraih status nasional penuh mereka. Kebanyakan non-Yahudi, entah mereka anti- atau pro-Yahudi, mengaitkan agama Yahudi sebagai ikatan nasional, dan jika pemberi kehendak baik memutuskan untuk menyatakan wacana tersebut, ini hanya untuk kekhawatiran menyakiti perasaan yahudi yang benar-benar berharap dianggap menjadi komunitas keagamaan. Alam-alam sesuai timbul dari keadaan yang menaungi anti-Semitisme, dan terbuai dari kesadaran atau tindakan tak sadar dengan harapan tunggal dari beberapa Yahudi. Sehingga, sebagian kecil orang mendorong banyak orang Kristen dengan pandangan yang, pada kenyataannya, tak mereka bagi secara keseluruhan, dan takkan berdiri dengan hati-hati. Pembuktian terbaik dari kualitas nasional dari komunitas yang diberikan adalah dakwaan dunia luar bahwa ini adalah sebuah bangsa. Entah yahudi benar-benar ras murni atau tidak (kemurnian mutlak tak ada, namun kekerabatan Yahudi tanpa diragukan merupakan ras termurni di kalangan bangsa-bangsa beradab), mereka memiliki masa lalu spesifik, penekanan khas, mentalitas khusus, yang bahkan terhimpun kala agama Yahudi lama berhenti menjadi unsur hidup, dan membuat banyak Yahudi terasimilasi menjadi sebuah bangsa. Dan sehingga ini akan bertahaun, untuk, secara keseluruhan, Yahudi menjadi orang-orang yang menekan, dan mendirikan penekanan esktrim terhadap asimilasi. Kala beberapa Yahudi terasimilasi, yang benar-benar tak berkeyakinan, menyerukan diri mereka sendiri dengan sebutan Teuton, Latin, dll., dari kepercayaan Yahudi, ini dapat secara psikologis berpeminatan dengan para pengamat dekat, namun berada dalam kenyataan hanyalah penekanan tak disadari pada bagian agama Yahudi yang terpencar sendiri untuk bertahan dalam keadaan jenis apapun. Dan asimilasionis apapun tak pernah—walau Yahudi bergerak melalui masa asimilasi yang lebih banyak ketimbang saat ini—melebihi penanganan.

Sebetulnya, unsur nasional agama Yahudi saat ini berada dalam keadaan laten, dan hanya dapat menjadi manifestasi kala agama Yahudi meneruskan sejarahnya. Bangsa Yahudi memiliki kekuatan budaya untuk mencapai tujuan tersebut, untuk membentuk komunitas nasional, untuk menghimpunnya dan menjadikannya siap. Sikap intelektual dan etikanya tak disangkal oleh siapapun selain kecintaan dan dorongan. Orang tak dapat berkesempatan dalam sejarah bangsa-bangsa beradab, dan peradaban itu sendiri, tanpa menemui setiap titik dengan orang-orang Yahudi yang mencapai hal-hal besar dalam puisi dan sains, dalam ekonomi dan politik.

“Kau itu sebenarnya cerdik,” tulis negarawan Prancis Ernest Laharanne pada 1860, “dan kami tunduk padamu. Kau kuat pada zaman kun, dan kuat pada Abad Pertengahan. Kau menghimpun keberadaanmu sepanjang pembuangan, sebetulnya bukan tanpa membayar pajak besar selama delapan belas abad penindasan. Namun sisanya masih kuat untuk mendirikan pembaharuan gerbang Yerusalem. Ini adalah tugasmu.”

Orang-orang timur mewarisi sifat cerdik dan pemikiran, orang-orang barat melewati delapan belas abad pendidikan, Yahudi menjadi satu-satunya perantara terkualifikasi untuk karya besar yang dimulai dengan memberadabkan suku bangsa Asia dan diakhiri dengan konsiliasi ras.

Apa itu Yahudi secara nasional? Kata nasional yang menandakan persatuan rasial sebenarnya bukan dalam cikal bakal umum, namun sebagai fakta saat ini dan pengaruh yang timbul, dengan kesukaan dan kekuatan darinya sendiri. Kesatuan rasial memiliki rekanan psikologinya dalam jiwa rasial mendalam tertentu, lewat nilai yang seluruh bangsa gerakkan oleh aspirasi pasti terhadap gagasan umum, dan menjadi tergabung dengannya dalam unit kehidupan. Jiwa karakteristik tersebut menjamah seluruh orang “bak penawar, dan menyebabkannya timbul dengan satu percikan api.” Atau dalam perkataan Zohar:—

“Israel dan Tauratnya adalah kesatuan.” Taurat tersebut secara pasti menjadi etos persatuan rasial fundamental Yahudi.

Untuk unsur tunggal dan pengecualian dari kebangsaan Yahudi adalah karena fakta bahwa ini seringkali sulit untuk menentukan tingkat pengadaan dalam istilah dan anggapan tertentu yang diterapkan kepada bangsa lain sebenarnya dapat diterapkan pada Yahudi. Sehingga, kala ini menjadi persoalan pengaruh terbesar dalam pelestarian signifikansi agama Yahudi penuh dan pasti untuk memaaki ekspresi tak tertandingi dan sangat pasti dalam penuturan kebangsaan Yahudi, ini terjadi kala istilah tertentu yang dipakai oleh para penganut asimilasi dikarakterisasikan secara tak akurat karena konotasi biasa mereka keliru, walau mereka sendiri dapat mengesahkannya. Pengujian seluruh rangkaian fase yang terjadi pada polemik nasionalisme dan asimilasi akan menempatkan kami terlalu jauh; namun ini akan menguntungkan kala merancang perhatian terhadap prinsip fundamental tertentu dalam diskusi kesalahpahaman dyang seringkali timbul.

Dalam upaya apapun untuk mengartikan kebangsaan Yahudi, mula-mula perlu ada seluruh penyematan dalam pemikiran bahwa satu-satunya unsur kebangsaan yang merasuk dalam pengadaan bersifat historis dan etnografi. Prakiraan pembentukan kebangsaan sebagaimana yang diterapkan pada seluruh bangsa lainnya jatuh pada pengartian:

(1) Cikal bakal, solidaritas historis, karakteristik rasial.

(2) Organisasi negara, fungsi politik dan kepentingan sipil.

Prakiraan kategori pertama sendiri selaras dengan persoalan kami. Orang-orang dari kategori kedua sebagian tak dapat diterapkan (persatuan politik, fungsi politik), dan sebagian terbatas pada penerapan mereka, contohnya, untuk lingkup pemahaman lokal. Dalam perhatian hubungan tersebut dapat digambarkan pada fakta bahwa organisasi lokal Yahudi bersifat kuat dan tertandi dengan baik kala negara atau masyarakat menggerakkan Yahudi, lewat cara hukum pengecualian, ostrakisme atau prasangka, terhadap instingtif atau pertahanan diri terorganisir, dan hanya tiada kala Yahudi menikmati emansipasi penuh tak hanya di mata hukum, namun juga pada pandangan wacana publik secara keseluruhan, dan sebetulnya bukan dalam ketentuan kelas atas yang dimanapun kurang lebih berhak.

Hukum-hukum pengecualian diberlakukan untuk mengisolasi Yahudi; serangan dan tuduhan ditujukan melawan mereka secara kolektif, perlakuan berbeda yang ditujukan pada mereka, kebijakan anti-Semitik, semuanya secara dibutuhkan berkontribusi untuk memperkuat tembok Ghetto. Setiap diskriminasi dibuat melawan Yahudi, yang menjadikannya satu-satunya keadaan terbenar, merupakan batu yang ditambahkan pada tembok Ghetto. Bukan Yahudi yang mendirikan “Negara dalam Negara” yang disebutkan; ini adalah gerakan anti-Semit yang bertanggung jawab atas anomali tersebut. Kemudian, Yahudi diberikan perlakuan berbeda, mereka harus nampak mengatur sikap mereka. Entah mereka akan melakukannya atau tidak, terdapat kondisi kompleks masalah yang timbul akibat insting untuk pelestarian diri, yang diberlakukan dengan unsur hukum besi. Masalah-masalah tersebut, yang dalam cikal bakalnya tak melakukan apapun dengan kehidupan nasional dan karakter Yahudi, menempatkan mereka dengan karakter kebangsaan politik-ekonomi, secara sengaja diisolasi dalam Negara. ini merupakan jenis kebangsaan yang tak diaspirasikan Yahudi; ini dipaksakan mereka dari ketiadaan. Dan hal yang berada dalam kondisi semacam itu kala mayoritas Yahudi tinggal. Ini adalah metode pengawasan yang memperkirakan kondisi Yahudi seturut kebanyakan negara tempat mereka tinggal; metode sebenarnya untuk menghimpun kondisi mayoritas masyarakat. Ini adalah faktor pemastian. Penulis Yahudi terkenal menempatkan ketegangan tersebut untuk dikumpulkan dalam buku seluruh hukum yang diberlakukan terhadap Yahudi di Rusia di bawah rezim lama. Hukum tersebut berjumlah lebih dari seribu, dan kemudian meningkat sampai ratusan. Kitab hukum tersebut—sebuah jenis dari anti-Alkitab—berdampak pada separuh ras Yahudi. Pencetus hukum khusus tersebut secara jelas atau tak jelas ditujukan pada Yahudi memprakarsai kebangsaan dalam kekuasaan Negara, namun dalam esensi negaitf dan dengan (sebagaimana yang terjadi) menarik hak politik. Sekelompok orang kemudian beralih ke bangsa yang terisolasi dalam Negara, tak hanya dengan memberikan mereka hak khusus, namun juga, dan mungkin lebih kepada, memberlakukan mereka pada batas-batas khusus.

Sebagai hasil yang tak terhindarkan dari perlakuan tersebut, pemikiran, perasaan dan aspirasi, kepentingan keseharian, wacana publik, kehendak kolektif masyarakat Yahudi tergerak untuk menghimpun penekanan yang dibutuhkan untuk diri mereka sendiri bahkan dalam ekonomi dan pertanyaan umum, yang membuat mereka tak memiliki perhatian khusus selaku Yahudi. Di samping keadaan pengecualian yang secara sengaja diberlakukan pada mereka, mereka sepenuhnya menyatakan kesetiaan mereka pada Negara, dan melakukan pengorbanan tertinggi terhadapnya.

Keadaan tersebut bertahan dengan alasan bahwa kala, dalam kurun waktu satu generasi, kelas orang tertentu diserukan untuk mengalami kemartiran dari penindasan kekerasan dan diserang oleh pengancaman tersebut, keradaan yang entah mereka akan lakukan atau tidak, para anggota kelompok tersebut menjadi terikat dan tersemen bersama dalam satu tubuh. Ini juga merupakan pembuktian diri yang memberikan kelas orang tertentu ditempatkan pada Ghetto atau ditolak dari banyak pekerjaan—hanya sedikit hal pada kenyataannya yang masih terbuka untuk mereka—para anggota komunitas tersebut terikat untuk menjadi orang-orang yang sepenuhnya berkarakter khusus, dengan perlakuan dan masalah mereka sendiri. Pada masa kami, sebagaimana peristiwa tak terhitung sebelumnya dalam sejarah Yahudi, penyudutan membuat pemakaian fakta tersebut untuk mentujukan tuduhan baru terhadap Yahudi. Yahudi digerakkan pada posisi tertentu, dan kemudian dipertanggungjawabkan kepada mereka. ini tak tersedia untuk memberikan pengesahan serius terhadap dakwaan tersebut. Mereka sangat banyak dan sangat menekankan bahwa ini takkan memungkinkan untuk menyingkirkan mereka semua dalam permintaan maaf. Sebagian pengamat akan memahami bahwa status pengecualian yahudi di berbagai negara, dan kepentingan terpisah yang dihasilkan darinya, bukanlah penyantapan yang diinginkan oleh Yahudi, namun kebutuhan yang diberilakuakn terhadap mereka menghalangi kehendak mereka dan mereka terdorong untuk mendapatkan akibatnya. Mereka diperintahkan untuk berpadu di banyak negara, sebagaimana orang manapun yang diambil terpadu secara kolektif dan lazim, kala kepentingan mereka selaku golongan kolektif berada di ujung tanduk. Ini adalah kebutuhan bahkan dalam banyak perlakuan biasa dari kehidupan sehari-hari, dan ini diakibatkan dalam perpaduan nasional untuk penetingan ekonomi, sebagaimana, contohnya, dalam kasus pemboikotan atau kegentingan sosial. Namun untuk keadaan tersebut, ini takkan memicu banyak keirian terhadap nasionalis Yahudi untuk membuat upaya apapun pada organisasi dalam pengarahan tersebut. Konsep nasional Yahudi yang khas tak ditubuhkan dalam organisasi-organisasi tersebut, maupun bergantung pada mereka. Namun, tuntutan agar organisasi khusus tersebut harus dihentikan, mula-mula dari seluruh khayalan: dan kemudian ketidak adilan: khayalan karena hal tersebut melampaui hukum insting pelestarian diri, dan ketidakadilan karena seseorang tak harus melarang orang yang menyerang untuk mempertahankan diri. Orang hanya dapat menuntut agar kepedihan tersebut harus dilenyapkan. Apakah mereka akan dimusnahkan, dan kapan, adalah pertanyaan lainnya. Revolusi Rusia, dengan ikatan kebebasannya terhadap kebangsaan yang tertindak, kami harap akan menandai kisah dalam perjuangan masyarakat Yahudi untuk hak hidup bebas dalam esensi politik dan ekonomi. Namun, sejarah dan pengalaman memajukan kami melawan kepercayaan yang disiapkan agar keselamatan datang.

Namun hal yang terjadi, kebangsaan Yahudi, sebagaimana yang kami katakan di atas, tidak dalam cara yang bergantung pada status politik dan posisi Yahudi di berbagai negara. Pertanyaan tersebut mungkin sepenuhnya ditinggalkan tanpa kepastian. Terkait dengan kebangsaan Yahudi, kami hanya memprakirakan berdasarkan pada bangsa yang cikal bakal dan jiwa atau jenis ras tersebut dipertanyakan.

Gagasan nasional Yahudi sebenarnya bukanlah tradisi sejarah, ini adalah program untuk pemakaian luar serta dalam. Di luar, ini mewujudkan driinya sendiri dalam perjuangan bertenaga untuk keberadaannya sendiri, dalam pengembangan kesadaran dirinya, dalam keaktifan terkait kepentingannya sendiri; di dalam sebagai persatuan Yahudi seluruh negara, ritus, tingkat budaya dan partai politik pada seluruh pertanyaan yang berdampak pada orang Yahudi dan agama Yahudi (walaupun demikian dan harus dihimpun pada satu sisi terhadap seluruh pertanyaan non-Yahudi terkait negara). Sebagaimana dalam suatu bangsa, fakta tersebut menjadi suatu hal pada ras yang benar-benar menjadi unsur karakteristik, ini dibutuhkan terkait seluruh Yahudi selaku anggota kebangsaan Yahudi tanpa rujukan wacana atau sudut pandang keagamaan mereka. ini adalah pengartian dari diktum Talmud:—

אף על פי שחטא ישראל הוא

סנהדרין דף מד ע'א

Meskipun ia berdosa, ia adalah orang Israel.—Sanhedrin 44ᵃ.

Kebangsaan tak memiliki hal untuk dilakukan dengan perbedaan wacana teologi antara berbagai golongan Yahudi; ini singkatnya berdasarkan pada kesatuan dengan ras. Dorongan untuk membentuk persatuan tersebut adalah fondasi dari gagasan nasional.

Oleh orang-orang yang tak memahaminya, gagasan nasional Yahudi dilakukan dengan menghimpun antitesis terhadap gagasan negara dan kewarganegaraan di satu sisi, dan spiritual dan Taurat di sisi lain. Pernyataan tersebut tak memiliki fondasi: kebangsaan Yahudi tak dapat mendapati ekspresi dalam kewarganegaraan politik pada Diaspora, singkatnya karena ini berada di luar lingkup tersebut. Di sisi lain, dari sudut pandang dalam, kekuatan spiritual Yahudi, esensi kebangsaan adalah sumber vitalitas, dan menghasilkan perpaduan yang timbul pada segala pihak. Ini membuatnya dianggap sebagai pengikisan karakter spiritual agama Yahudi.

Orang-orang yang tak dapat memahami kekhasan tersebut, dan tak dapat atau takkan mengakui nilai kebenaran kebangsaan Yahudi mereka, diterapkan oleh keinginan untuk menghancurkan karakteristik khas yang menyerukan kembali cikal bakal mereka. Mereka berharap untuk mengajukan kebangsaan mereka, kejayaan dalam tradisi dan sejarah, tergambar dalam catatan kepahlawanannya, kemuliaan pada zaman kunonya, kecualian lewat inspirasi agama. Mereka gagal untuk melihat bahwa sejarah bangsa mereka ditinggalkan dalam peristiwa dan insiden yang tak hanya layak untuk mengecap sebuah bangsa selaku kejayaan, namun mengakui diri mereka sendiri, sebagai orang dan warga di negara kelahiran mereka, martabat yang lebih besar, keuntungan yang lebih asli dan integritas keperluan. Kami menyesalkan asimilasi melibatkan pengurbanan tradisi sejarah kejayaan, dari sentimen nasional yang hidup, dan, yang terburuk dari semuanya, kecerdikan nasional mereka. Namun, tindakan asimilasi tak selalu timbul pada keinginan untuk pemindahan total; dampaknya lebih lembah ketimbang menghancurkan.

Tindakan asimilasi tak diadopsi sepenuhnya oleh Yahudi di Inggris. Ini dikarenakan pengaruh bangsa Inggris. Yahudi di Inggris tak dapat gagal untuk melihat pengerahan warga Inggris untuk pengamatan politik yang menghargai waktu, terkadang tak berarti pada diri mereka sendiri, sehingga pemenuhan signifikansi melalui simbolisme atau asosiasi mereka; keadaan di bawah kekuatan dari perasaan tradisional yang, melalui pemegangan dalam pemeriksaan oleh arus pergerakan yang berubah, mewujudkan keberadaan dan kekuatannya dalam penghormatan bermartabat untuk masa lalu. Dengan rekan negarawan semacam itu selaku orang Inggris, di tanah yang kebesarannya dibangun pada masa lalu, pada tradisi, pada Alkitab, Yahudi tak perlu malu untuk menekankan tradisi mereka sendiri, atas dasar sejarah mereka sendiri dan kejayaan masa lalu mereka sendiri. Yahudi, yang sejarahnya merupakan sebuah epik, tak perlu mencemooh sejumlah syair yang nuansanya terhimpun di Tanah Suci. Mereka mengetahui bahwa kejayaan kuno dari tawarikh mereka bersinar terang pada pesisir keramat tersebut. Mereka memahami bahwa tanah suci telah diserahkan oleh para nabi, penyair dan prajurit darir as mereka, dan bahwa mereka mula-mula menekankan diri mereka sendiri pada zaman mereka dan pada zaman-zaman berikutnya. Kami memahami bahwa di tengah-tengah sebagian besar negara zaman kuno yang ada atau dunia modern tak ada tanah yang memproduksi contoh sebrilian itu dari keberanian, kebijaksanaan dan kebajikan; bahwa tak ada tanah yang menghimpun jasa yang lebih menakjubkan pada dunia ketimbang Tanah Suci mereka; bahwa tak ada lahan yang memiliki kebesaran pada masa lampau. Dan melalui masa depan yang dibayangi dalam kegelapan, harapan nasional nampak bergemilangan janji bahkan melalui tabir kabut.

Yahudi Inggris memahami, kala itu, bahwa hubungan orang Yahudi dengan Tanah Suci merupakan sebuah ikatan karakter yang sebenarnya. Mereka memahami bahwa dalam keadaan biasa, hubungan antara orang terasing dan tanahnya mungkin akan merenggang dalam waktu lama. Ini dapat dengan sulit menghimpun pengaruh yang bekerja untuk mengirim peniadaannya. Setiap orang memahami sejumlah contoh peniadaan semacam itu tercatat dalam sejarah. Kala masyarakat, atau sekelompok orang, dedaunan negara menjadi pendirian kebangsaan mereka untuk hidup di wilayah jauh, di bawah naungan lembaga-lmebaga baru, hubungan yang mengikatnya pada tanah kuno yang direbut dan memberikan cara sepanjang wkatu dan oleh serangkaian persitiewa. Mula-mula, asosiasi lama menyertai mereka sendiri. Nama-nama familiar berlanjut pada pesisir tak familiar. Para pengikut Cadmus (fl. 1493 SM) membangun Thebes baru di tanah tempat mereka bermigrasi. Bapa-Bapa Ziarah mengembangkan Plymouth baru di pesisir yang dijamah oleh Mayflower di ujung perjalanan luarnya dari Plymouth yang merupakan tanah airnya. Sepanjang bertahun-tahun, pengasingan Amerika menyebut negara lamanya sebagai rumahnya. Namun bahkan perasaan tersebut menghimpun perubahan yang kami saksikan. Generasi berlalu. Lembaga baru berakar: perasaan baru mencuat, mereka mematang dan mengeras menjadi buah. Tak ada revolusi yang lebih rampung dan lebih mendorong ketimbang yang disebabkan oleh transplantasi bangsa. Namun dengan Yahudi dan tanah kejayaan hilang mereka, kasus tersebut sepenuhnya berbeda. Unsur-unsur karakter yang lebih tinggi ketimbang orang-orang berunsur historis biasa memasuki pengesahannya. Tanah Suci adalah wilayah kebesaran masa lalu mereka, hadir berkepanjangan dan harapan masa depan. Ini merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan melalui pergerakan masa kini. Tempat tersebut masih menjadi tanah impian, namun menjadi tanah berkegiatan lemah, ini disetir pada kehidupan dan perjuangan baru. Untuk mengadakan perpaduan obyek semacam itu, tindakan cerdik dan layak diharuskan. Bagaimana bisa Yahudi Inggris, yang tinggal di antara negara koloni terbesar di dunia, melirik kebutuhan besar tersebut?

Tak ada negara lain di bawah matahari yang dapat menyatukan segala pergerakan yang memulihkan rumah Ibrani yang akan hadir, dapat menghimpun orang Yahudi, dengan pengetahuan yang diraih dari cara-cara dunia dan kediniannya dalam perdagangan, dapat menjadi rumah Persemakmuran yang akan memulihkan kebesaran nasionalnya.

Dari sudut pandang terapan secara murni, lagi, tak ada alasan kenapa harta benda di tanah Israel tak harus ditawarkan untuk mengamankan investasi sebagaimana yang lain. Sebenarnya, ini berada dalam ranah kemungkinan bahwa orang-orang yang menganggap gagasan tersebut sebagai pernyataan konyol dari keantusiasan gila, atau setidaknya anak mereka setelah mereka, mendapatinya pada kepentingan mereka untuk mengerjakan pemulihan Palestina sebagai metode penempatan tersempurna dari menempatkan kedudukan duniawi mereka secara aman, bahkan tanpa menghimpun pengadaan tersebut, mandaat akan menghimpun Yahudi selaku komunitas keagamaan, melalui pengadaan mereka melebihi rumah untuk praktik hukum mereka, sebuah tempat perjanjian yang disinggahi tanpa memicu kedengkian dan prasangka.

Pada kenyataannya, gagasan tersebut selaras di kalangan Yahudi Inggris. Terdapat beberapa pengikut asimilasi, namun mereka tak signifikan dalam hal jumlah dan pengaruh. Patut dicatat bahwa gagasan tersebtu dikotbahkan oleh Zionsime modern pada tahun-tahun pertama gerakan tersebut, yakni, agar tragesi Yahudi adalah karena fakta bahwa Yahudi menjadi minrotias di tempat manapun, dan sehingga satu-satunya solusi dari masalah tersebut adalah menjadikan mereka mayoritas di kawasan mereka sendiri, diekspresikan di Inggris oleh penerbit Yahudi pada 1863 (Appendix lxvi).