Lompat ke isi

Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 40

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB XL.

KOLONISASI PALESTINA

Imigrasi Yahudi ke Inggris—Pertemuan untuk pendirian koloni-koloni Yahudi di Palestina—Pendirian Perhimpunan “Kadima”—Pertentangan—Wacana otoritas Inggris terhadap Palestina—Kol. Conder—Jenderal Sir Charles Warren—Lord Swaythling—Earl of Rosebery—Sebuah petisi kepada Abdul Hamid, Sultan Turki.

Akibat penindasan Yahudi di negara-negara berbeda, sejumlah besar orang melakukan perjalanan mereka ke Inggris. Kebanyakan dari mereka, dengan menghiraukan bahasa dan kebiasaan negara tersebut, mengalami kesulitan besar. Walaupun beberapa dari mereka berhasil dalam perjuangan untuk bertahan di bawah keadaan tak menyenangkan semacam itu, terdapat banyak orang lainnya ke Inggris yang tak mendapati kesempatan menjalani kehidupan.

Kesulitan mereka terpaksa memulangkan Yahudi yang tinggal di London Timur. Mereka telah menjadi saksi mata diri mereka sendiri, jika bukan penindasan, setidaknya dari beberapa dampak terburuk mereka. Gerakan pertama untuk penebusan keadaan perkara malang tersebut dimulai pada 1885, kala sebuah pertemuan diadakan untuk keperluan membentuk masyarakat untuk promosi Gagasan Nasional Yahudi, dan pendirian Koloni-koloni Yahudi di Palestina. Pertemuan tersebut tak meraih hasil terapan pada masa itu; namun ini memberikan ekspresi terhadap perasaan yang secara mutlak berujung pada tindak terapan dan berguna. Dua tahun kemudian, sebuah perhimpunan dibentuk di London Timur dengan nama “Kadima.” Pertemuan-pertemuan diadakan kala surat-surat kabar giat berisi tentang beberapa persoalan nasional Yahudi. Namun, para anggotanya banyak terbagi pada metode terbaik dalam mewujudkan tujuan mereka. Meskipun beberapa orang menginginkan perhimpunan tersebut untuk tak menghimpun hal selain lemabah pendidikan untuk para pengungsi yang mengambil kesempatan mereka di Inggris, yang lainnya ingin meluaskan ranah kegiatannya, dan membuat kolonisasi menjadi salah satu tujuan utamanya. Hati nurani nasional yang baru tersadar tak meraih keunggulan terhadap apati nasional, dan masih berada dalam kegelapan untuk mendapati basis untuk operasi-operasi terapan.

Keantusiasan terwujud di kalangan masyarakat Yahudi, sebagaimana pengaruhnya, tak dapat meningkatkan alat yang layak, dan tak dapat mempengaruhi kelas-kelas atas. Pertanyaan lama timbul lagi: Apakah Palestina layak untuk kolonisasi? Bagaimana kondisi tanah dan iklimnya? Berapa banyak orang yang dapat diakomodasi disana? Lewat cara apa perubahan dilakukan dalam kondisi yang dapat dibawa?

Ini merupakan cara aneh yang dilakukan beberapa lawan Yahudi terhadap kolonisasi Palestina yang timbul melawan kepercayaan dalam masa depan Palestina. Pada masa lampau, mereka menghimpun ketidaknyamanan dingin terhadap upeti pengenangan mereka, karena masa lampau tersebut tak menghimpun tugas pada orang-orang yang sangat siap dikerahkan darinya dengan semangat. Hanya masa depan! Dengan kemungkinan masa depan, seseorang menghimpun hati nurani lentur, yang lama menghimpun konflik yang nampak antara tugas dengan kemanusiaan dan insting nasional, Namun, ini sedikit menyediakan bayaran tanpa landasan pembenaran karena ketiadaan dorongannya, karena tempat fakta-fakta sejarah dan pengalaman langsung menekankan cara yang sama, untuk menyangkali mereka selain penyesatan kosong.

Para penentang kolonisasi Palestina tak dapat menyangkal bahwa Palestina sempat menjadi “tanah susu dan madu,” selain untuk membenarkan diri mereka sendiri, mereka berniat untuk membuat bahwa dua ribu tahun pengucilan dan penghirauan menghimpun pengacuhan Tanah Suci dan mengubahnya sepanjang waktu menjadi gurun tak produktif. Tak ada gagasan sesat lain yang banyak menghimpun harga. Benar, Palestina tak lagi menjadi taman mewah, karena sejarah meremukkannya di bawah lapisan besi, dan aap yang ditelusuri meninggalkan bekas kekayaannya kurang terawat dan terlindungi, sehingga disintegrasi dan sterilitas menghimpun pengadaan Tanah Suci selaku tanah terkutuk. meskipun demikian, tak ada alasan tersorot untuk merusak pengembangan baru negara, jika hanya tugas pengadaan pengembangan baru tersebut dipercayakan kepada orang-orang yang hendak mencurahkan diri mereka sendrii terhadapnya, kepala, hati dan tangan, dengan semangat patriotisme dan semangat yang bermuara dari hati nurani pertanggungjawaban sejarah.

Penerapan dari kitab berisi beberapa penanganan dari pengerjaan otoritas kompeten, yang menyediakan informasi layak dari apa yang dicapai lewat penanaman sistematis dan tercurahkan. Seseorang dapat campur tangan dari kutipan tersebut, yang tidak dalan cara apapun diwarnai oleh optimisme lancar, hal yang tak menghancurkan dari kemakmuran mendatang masing ada, di samping seluruh “injuriæ temporum.” Jika hanya kepengurusan senjang serta masyarakat malas dan mundur digantikan oleh unsur nasional handal, tak hanya memiliki tanah palestina yang mempertahankan kapasitasnya untuk pengembangan, namun perdagangan telah berjalan dengan sendirinya, seluruh hal timbul, pada tingkat tinggi. Pelabuhan-pelabuhan Jaffa dan Haifa berlalu lintas padas, sementara dorongan kecil dilakukan dalam pembangunan pelabuhan; dan ekspor melampaui impor, yang menunjukkan bahwam di samping penghirauan berabad-abad, produktivitas alami dari tanah tersebut masih dapat dirasakan pada kondisi saat ini. Tak ada cerobong asap pabrik yang menyematkan saksi pada industri aktif, tak ada alat yang layak dari perdagangan komunikasi; sebuah flegmatik, masyarakat tersebar, semuanya tak tersentuh oleh peradaban modern, mengambil secara mundur apa yang alam seduakan, tanpa pemikiran suplementasinya oleh dorongannya sendiri. Namun, dengan memberikan petani, insinyur dan teknisi yang handal, pedagang terlatih dan berkewirausahaan, dan pendapatan layak, bagaimana kebuntu8an dengan cepat dapat beralih menjadi kemakmuran hidup dan kreatif. Selain itu, gagasan kolonisasi Palestina terhubung dengan penekanan menonjol yang mengambil pemegangan seluruh dunia modern. Dan, dengan dibenarkan oleh karakteristik luar, apakah migrasi Eropa ke tanah asing, kolo0nisasi dan pengembangan mereka, sangatlah berbeda dari unsur aspirasi Yahudi tersebut? Energi yang ada tak memberikan pelayakan di Eropa, dan memperjuangkannya sejauh ini, kala hal tersebut menghasilkan manfaat untuk keterlanjutan peradaban di tengah negara-negara dan bangsa-bangsa terbelakang. Tenaga Yahudi berbuah, yang tersimpan pada Diaspora, akan terhimpun dan tertanam di Palestina, yang dapat menghimpun pembenaran untuk dirinya dan seluruh peradaban, seperti Antæus membawa kembali kontak dengan bumi.

Meskipun demikian, pertanyaan tersebut secara aalmi ditanyakan pada kondisi tanah Palestina dan kemungkinan perluasan. Ini juga berulang kali ditanyakan, apakah Yahudi akan dapat melakukan pengerjaan pionir keras dalam lingkup pertanian. Pertanyaan tersebut dijawab dalam serangkaian pamflet dan artikel karya otoritas-otoritas seperti Kolonel Claude Reignier Conder, Jenderal Sir Charles Warren, dan lainnya. Mereka menunjukkan bahwa Palestina dapat mendukung sebuah bangsa seperti Yahudi. Orang-orang yang selama beberapa tahun telah membuat penjelajahan saintifik Palestina menjadi tujuan tunggal mereka, yang pembenaran dalam persoalan tersebut harus ditujukan pada hasilnya, memberikan pernyataan terhadap fakta bahwa tanah tersebut “dapat membuat sebuah taman besar, bukan lewat pembangunan ulang akuaduk besar, yang sisanya masih ada, dan lewat cara pengairan kota-kota besar, selain lewat sungai Yordan itu sendiri.” Mereka juga menyatakan bahwa “waktu pada akhirnya datang untuk memulihkan penghirauan Sion, dan membangun kembali tempat-tempat buangan dari tanah Israel.” Beberapa dari mereka merujuk kepada kitab suci, namun lainnya mengaitkannya dengan persoalan dari sudut pandang ilmiah yang murni. Mereka menyarankan pembentukan perusahaan yang mirip dengan Perusahaan Hindia Timur lama untuk mengurus Palestina (Appendix lxxiii).

Singkatnya, seluruh otoritas Kristen Inggris tersebut dikedepankan dalam istilah paling pasti dan jelas soal apa yang mereka ketahui sebagai Zionisme politik.

Pernyataan otoritas Inggris terkait Palestina mendorong “Pecinta Sion” di Inggris melakukan pengerjaan dermawan mereka, dan juga mengambil langkah politik tertentu. Sebuah langkah besar yang jauh tercapai diambil oleh mereka pada 1893, kala sebuah petisi kepada Abdul Hamid, Sultan Turki (1876‒1909), dipersembahkan oleh Mr. Samuel Montagu, M.P. (atas dorongan Lord Swaythling) (1832‒1911), kepada Earl of Rosebery, dengan permintaan untuk meneruskannya ke Konstantinopel (Appendix lxxiv). Petisi tersebut ditandatangani oleh para pegawai Komite Eksekutif dan jrutulis dari setiap kubu “Pecinta Sion.” Petisi tersebut tak berdampak, karena negosiasi dengan Pemerintah Turki sepenuhnya sangat alut, dan keadaan waktu itu tak memungkinkan. Terdapat rintangan, kesulitan, pengaruh politik tak menentu, keadaan dan gelombang perlawanan yang tak dapat dilalui secara langsung. Namun pada tingkat manapun, “Pecinta Sion” Inggris terdorong untuk melakukan apa yang para Zionis lakukan pada masa berikutnya.