Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 8

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB VIII.

TEMAN-TEMAN PURITAN DARI YAHUDI

Kabar dari Roma—Rev. Dr. William Gouge—Sir Henry Finch, Sersan Hukum—Raja James I.—Uskup Agung Laud—Uskup Agung Abbot—Roger Williams—Johanna Cartwright dan putranya Ebenezer—John Harrison—Rev. John Dury—Rev. Henry Jessey—Rev. Thomas Fuller—Penerimaan Kembali dan Pemulihan—Manasseh dan Puritan.

Penerbitan traktat pada 1607, berjudul:—

“Kabar dari Roma ... dari orang-orang Ibrani ... yang menyatakan niat mereka untuk merebut kembali Tanah Terjanji....” (Appendix xxv)

ditandai pada kepentingan yang timbul pada suatu masa ketika keberadaan Yahudi di Inggris dianggap tak berhukum. Ini ditunjukkan pada terjemahan dari seorang Italia dari sebuah surat tertanggal 1 Juni 1606, dikirimkan oleh Signior Valesco ke Don Mathias de Rensie dari Venesia. Di dalamnya, ia memberitahukan keadaan kesenjangan di dunia, dan bahwa Hongaria, Bohemia dan Muscovia menyatakan perang, merebut Konstantinopel dan mengusir Turki dari Eropa. Tunis, Maroko, dengan Arab, dan lainnya, mengusir Turki sepenuhnya dari Afrika. Soffie, Medes, orang-orang Melibar di perbatasan India memberontak. Kabar paling diperingatkan lebih berdampak ketimbang orang tak dikenal, kuat, handal dan berubah, dari luar pegunungan Kaspia, yang diklaim merupakan keturunan Sepuluh Suku yang hilang, datang untuk merebut Tanah Terjanji dari Turki. Ini disusul oleh catatan penjelasan para pemimpin setiap suku, kekuatan setiap pasukan, dengan utamanya peralatannya. Surat tersebut dihimpun lewat janji kabar lain dalam beberapa hari.

Namun, Puritan Inggris menyambut balik Yahudi sebagai bangsa kuno dan sebagai “Ahli Kitab.” Pada 1621, Rev. Dr. William Gouge (1578‒1653) menerbitkan karya anonim:—

Restorasi Besar Dunia, Atau, Pemanggilan Yahudi (Appendix xxvi).

Dalam lembar pendahuluannya, “Untuk Pembaca,” menandatangani “Thine in the Lord, William Gouge. Church-Court in Black-fryers, London 8. Ianuary. 1621.” ia menyatakan:—

“... I haue bin moued to publish this Treatise ... and to commend it to thy reading. And this is all that I haue done. The worke it selfe is the worke of one who hath dived deeper into that mysterie then I can doe. His great understanding of the Hebrew tongue hath bin a great helpe to him therein. How great his paines haue beene, not in this onely but also in other poynts of Diuinitie, his Sacred doctrine of Diuinitie, first published in a little Manuel, after set forth in a larger volume, his Old Testament, or Promise, Therein the mysteries of the Iewish types and ceremonies are opened, his Exposition of the song of Salomon, and this, The World’s great restauration, or Calling of the Iewes (workes of his heretofore and now published) doe witnesse.”

Sang penulis, Sir Henry Finch (1558‒1625), Serjeant-at-Law (1616), adalah penulis menonjol dari banyak karya hukum. Mr. J. M. Rigg, dalam Kamus Biografi Nasional, vol. xix., 1889, menuturkan pada kami, bahwa dalam risalah tersebut “ia nampak memprediksi menjelang masa mendatang, pemulihan kekuasaan temporal terhadap Yahudi dan pendirian oleh mereka terhadap kekaisaran seluruh dunia.” Ini menyebabkan James I memperlakukan karya tersebut sebagai sebuah fitnah, dan sehingga Finch ditahan pada April 1621. Ia memperjuangkan kebebasannya dengan menyangkali seluruh bagian karya semacam itu yang dapat dianggap sebagai pelecehan penguasa dan dengan meminta maaf atas hal yang dituliskan. William Laud (1573‒1645), Uskup St. David’s, 1621, dalam sebuah kotbah yang disampaikan pada Juli tahun tersebut, mengambil kesempatan untuk penjelasan terhadap buku tersebut. Ini menekan, dan sangat langka.

Di samping pengelolaan resmi, akibat ia terpaksa menandatangani penarikannya dan menyatakan kesetiaannya kepada penguasa, Finch jelas-jelas tak pernah menarik gagasan utama dari bukunya. Sebuah surat dari tulisan selebriti pada waktu itu memberikan gagasan adil tak hanya sensasi yang ditimbulkan pada Apocryphal Apocalypse karya Finch pada waktu itu, selain juga motif aneh dan pribadi yang menghimpun pendakwaan Raja James (Appendix xxvii).

Dr. Gouge sama-sama dianggap senasib. Ia ditahan selama sembilan pekan, dan baru dibebaskan dengan memberikan penjelasan tertentu, yang membuat [George Abbot (1562‒1633)] Uskup Agung Canterbury (1611) menuntut penyelarasan. Ia adalah anggota King’s College, Cambridge, tempat ia mengajar bahasa Ibrani, satu-satunya murid dari orang yahudi (Appendix xxviii) yang datang ke Cambridge untuk memberikan isntruksi dalam bahasa tersebut.

Roger Williams (1604(5)‒1683), putra dari pasangan James (ob. 1621) dan Alice Williams, berasal dari London. Ia merupakan salah satu pionir besar kebebasan beragama, tantangan utamanya adalah kekuatan sipil yang tak harus memiliki otoritas atas hati nurani orang. tirani gerejawi membuatnya berimigrasi pada 1631 ke Amerika. Pada 1635, ia dicekal dari negara bagian Massachusetts atas dakwaan wacana sesat dan politisnya. Pada tahun berikutnya, ia dan beberapa orang lainnya, usai bekerja keras dan pemeriksaan dilakukan di Pulau Rhode, dan dalam rahmat kasih Allah, ia menamakan pemukiman pertama dengan sebutan “Providence.” Pada 1638, ia membeli lahan dari penduduk asli, dan negara bagian Pulau Rhode didirikan. Pada Juni 1643, ia berniat berkalar ke wilayah aslinya untuk mendapatkan piagam, yang menyerahkan, tertanggal 14 Maret 1644, pemberian kuasa penuh “Providence Plantations” untuk memerintah diri mereka sendiri dengan bentuk pemerintahan apapun yang diinginkan oleh mereka. Kala ia bersinggah disini selama beberapa bulan, ia menerbitkan dua traktat yang mendorong kebebasna beragama dan politik. Dalam suatu pesan, ia menulis: “For who knowes not but many ... of the ... Jewish Religion, may be clear and free from scandalous offences in their life, and also from disobedience to the Civill Lawes of a State?”

Pada Juli 1644, ia meninggalkan pesisir Inggris. Pada bulan berikutnya, taktat tersebut, yang diisi dengan permohonan Yahudi, lewat perintah Dewan Rakyat secara terbuka dibakar pada orang-orangan gantung. Penulis datang ke Boston pada 17 Desember. Pada 1651, ia kembali bergerak ke Inggris, dalam hubungannya persoalan terkait negara yang dibentuk olehnya dan bertahan selama dua setengah tahun.

Persoalan gerejawi disni berada dalam kondisi tak terselesaikan, sehingga “Komite Parlementer,” yang dikenal sebagai “Komite Perkabaran Injil,” dibentuk, dengan Cromwell sendiri sebagai anggotanya, untuk menghimpun usulan tertentu dari sekitar dua puluh pembagian utama. Di antara makalah-makalahnya, satu dipersembahkan oleh Mayor Butler dan lainnya, berisi klausa berikut ini:—

4. “Bukankah ini merupakan tugas Magistratis untuk memperkenankan Yahudi, ... untuk hidup bebas dan damai di antara kami.”

Ini disertai oleh tanggapan, yang ditandatangani R.W., yang berpendapat bahwa sepanjang dua hal berbeda soal “kesalahan ini”—pengecualian mereka harusnya tak diteruskan:—

“Saya dengan rendah hati mendorongnya untuk menjadi Petugas Magistrat Sipil untuk merobohkan tembok pemisah tinggi (sebagaimana hal-hal sipil) antara kami, Kafir dan Yahudi, dan dengan bebas (tanpa bertanya) membuat jalan untuk perlakuan bebas dan damai kami diantara kita.”

“Sebagaimana bangsa lain, sebagaiman khususnya, dan para Raja memiliki sebab untuk mengkhawatirkan, bahwa penindasan tak kristiani, tak beradab dan tak manusiawi terhadap bangsa tersebut melawan Yahudi sampai ke Sorga melawan Bangsa tersebut beserta para Raja dan Pangeran darinya.”

“Seburuk apapun penindasan dan penjagalan mengerikan yang dialami yahudi dari par aRaja dan orang-orang dari bangsa tersebut, pada masa kekuasaan Henry 2 (1133‒1189), K. John (1167‒1216), Richard I. (1157‒1199) dan Edward I. (1239‒1307), tak hanya menyoroti kami, namun Yahudi itu sendiri menyimpan Kronik.”

Ia kembali ke Providence pada 1654. Pada September, tak lama setelah kedatangannya, ia dipilih menjadi Presiden atau Gubernur Pulau Rhode, salah satu dari tiga belas negara bagian awal dari Union, dan pertama kali mencatat hak dan pemberian kepada Yahudi yang sama dengan kolonis lainnya. Ia menjabat sampai Mei 1658, dan menyatakan bahwa orang yang memegang bagian signifikan dalam mengamankan pnerimaan Yahudi ke Inggris di Dunia Lama, adalah pendiri negara bagian di Inggris Baru di Dunia Baru, yang menjadi orang pertama yang memberikan hak setara terhadap Yahudi pada suatu masa kala ia menjadi Presidennya. Ia meninggal di Providence pada paruh awal April 1683.

Pada 1899, sebuah prasasti mencantumkan pernyataan berikut ini:—

Dalam Mengenag Roger Williams,
Dulunya Cendekiawan Charterhouse
Pendiri Negara Bagian Pulau Rhode, dan
Pionir Kebebasan Beragama di Amerika, ditempatkan disini oleh
Oscar S. Straus, Utusan Amerika Serikat untuk Turki, 1899.

dipersembahkan kepada Charterhouse, tempat Williams menjadi cendekiawan pada tahun 1624.

Pada 1649, dua penganut Baptis dari Amsterdam, Johanna Cartwright dan putranya Ebenezer, melayangkan petisi kepada Lord Fairfax (1612‒71) dan “para penasehat pegawai umum” berkaitan dengan Yahudi (Appendix xxix). Pernyataan agamis tersebut menyetir pergerakan tinggi, dan terdapat beberapa orang yang berpikir tak dipengaruhi oleh keyakinan Mesianik dan gagasan relijius dan mistis lainnya.

John Harrison (pada 1630), seorang penjelajah dan diplomat, utusan untuk Barbary, menerbitkan The Messiah already come, etc. (Appendix xxx). Ia memegang kepentingan aktif dalam sengketa yang timbul antara partisan gerekan Puritan baru dan orang-orang yang menganut doktrin-doktrin lama, di samping memajukan pertanyaan soal kebebasan beragama, dan ia berpendapat bahwa sepanjang Yahudi tak setara dalam hal mereka dengan lainnya selaku bangsa, “hati akan dipenuhi dengan kekerasan.”

John Dury (Durie), seorang pihak Protestan, yang banyak berjelajah dan terdorong untuk mendatangi seluruh kelompok Protestanisme, adalah sahabat karib Yahudi. Ia adalah salah satu orang yang merancang “Pengakuan Iman Westminster” dan “Katekisme.” Pada 1649 ‒50, ia menulis An Epistolicall Discourse of Mr. Iohn Dury, kepada Mr. Thorowgood, terkait anggapannya bahwa orang Amerika merupakan keturunan dari bangsa Israel (Appendix xxxi), dan saat singgah di Cassel, Jerman, Sebuah Kasus Hati Nurani, Apakah berhak menerima Yahudi dalam Persemakmuran Kristen? (Appendix xxxii).

Rev. Walter Begley, dalam edarannya Nova Solyma, 1902, vol. i. p. 350, merujuk kepada Persemakmuran Israel, 1650, sebagai salah satu pengerjaan Dury. Katalog-katalog British Museum dan Bodleian Libraries tak mencatat salinan. D.N.B. tak mencantumkannya dalam daftar karyanya, namun menyebut 20. Epistolary Discourse [tentang cikal bakal Israel], 1649, dan 27. Epistolary Discourse [tentang orang Amerika merupakan bangsa Israel], 1650, yang sama-sama tidak diketahui. Namun, karya tersebut dapat merupakan “An Epistolicall Discourse Of Mr. Iohn Dury ... that the Americans are descended from the Israelites,” yang dicetak dalam lembar pendahuluan Iewes in America ... Tho: Thorowgood ... 1650.

Sahabat karib Yahudi lainnya adalah Henry Jessey, atau Jacie (1601‒1663), seorang pihak Baptis. ia memulai pembelajarannya pada 1618 di Cambridge, tepatnya St. John’s College. Pada 1622, ia masuk menjadi cendekiawan Constable. Sastra-sastra ibrani dan Rabinikal menjadi pembelajaran kesukaannya. Ia mengerjakan revisi terjemahan Alkitab dan membuat beberapa usaha di dalamnya. Ia mengumpulkan £300 untuk Yahudi malang di Yerusalem, yang akibat perang antara Swedia dan Polandia pada 1657 mengalami kesenjangan besar, sebagai sebab utama pendapatan yang didapat dari pengumpul amal di negara-negara Eropa terputus. Sejauh yang diketahui, ini adalah contoh terawal Kristen Inggris membantu Yahudi dari Palestina (Appendix xxxiii).

Pada 1653, ia menulsi risalah untuk keperluan memadukan berbagai wacana keagamaan Yahudi dan Kafir, dengan judul The Glory of Jehudah and Israel (Appendix xxxiv).

Kebebasannya kepada Yahudi diingat pada kesempatan lain. Ia memberikan mereka hak kewarganegaraan dan penerimaan kepada negaranya di bawah keadaan tersebut.

Ia adalah salah satu anggota Majelis yang dihimpun oleh Cromwell untuk menerima proposal Manasseh Ben Israel untuk mengempalian rekan relijiusnya ke Inggris. Ia diduga merupakan penulis dari sebuah traktat anonim, yang berjudul A Narrative of the late Proceeds at White-Hall, concerning the Jews (Appendix xxxv).

Thomas Fuller (1608‒1661), Prebendary of Salisbury, menyampaikan banyak kotbah, kala ia berpendapat bahwa bangsa Yahudi memenuhi tugas penting di dunia dan, di bawah perintah Providence, sebuah perintah memberikan kemenangan terhadap kebaikan atas kejahatan. Sehingga, bangsa tersebut berniat untuk tidak mengisi dirinya dengan keberadaan sebenarnya, namun harus melemparkan usnur-unsurnya, atau yang terbaik dari mereka, ke cetakan lainnya dan menghimpun masyarakat baru yang akan menjadi berkat dunia.

Seluruh pionir Kristen dari kebebasan agama dan Zionisme sangat berhubungan dengan Manasseh, dan membantunya menyiapkan jalan untuk penerimaan kembali Yahudi ke Inggris.

Pandangan yang dipegang oleh kebanyakan Kristen, khususnya di Inggris, adalah bahwa ras bangsa Israel, yang kini tersebar di seluruh muka bumi, kemudian akan dibawa kembali ke tanahnya sendiri. Karena ini umumnya menambahkan keyakinan bahwa Yahudi akan kembali ddalam keadaan terkonversi, seperti menjadi Kristen. Selaras dengan jiwa umum pada masa itu, seluruh gagasan tersebut memiliki pewarnaan agama dalam pikirna teolog dan penulis Inggris dan Yahudi sendiri.

Kenapa pengadaan tersebut dianggap penting dalam kaitannya dengan Inggris? Dalam mentujukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut, kami sempat mendapati fakta signifikan berkaitan dengan bab pertama dari buku tersebut: penjunjungan orang Inggris terhadap Alkitab.

Pria dan wanita yang dikisahkan dalam laman-laman Alkitab telah lama menjadi hal terakui untuk bangsa Inggris. Seawal-awalnya pada abad ketujuh belas, kepentingdan dalam pemulihan Israel telah menjadi mendalam dan umum, Inggris menyediakan stimulus terawal untuk Zionisme. Hubungan antara gagasan tersebut, dan gagasan penerimaan kembali Yahudi ke Inggris setelah tahun-tahun pengacuhan dalam jangka waktu yang panjang, menyusul pengusiran akhir mereka di bawah kekuasaan Edward I pada tahun 1290, dan pergerakan besar gagasan tersebut, didukung dan diputuskan olehnya, merupakan karakteristik tak hanya pada tulisan, upaya dan rencana Manasseh, namun seluruh kisah. Fakta yang disajikan dengan kecepatan tujuan dan konsistensi pemikiran, masalah tersebut diserang dan direbut oleh para teolog dan penulis Puritan, dan apa yang menghimpun pertahanan mereka terhadap Yahudi membentuk skema komprehensif dan konsisten, yang menerima ulang Yahudi (keadilan yang diterapkan pada perorangan) pada satu bagian, dan Pemulihan Israel (keadilan yang diterapkan pada bangsa secara keseluruhan) pada bagian lainnya.

Pihak yang mengkaji tulisan Manasseh dan sastra Puritan dari kisah tersebut takkan sulit dalam mengakui bahwa gagasan keadilan nasional terhadap Yahudi menghimpun seluruh diskusi dan kontroversi dan merupakan hal umum untuk seluruh aliran pemikiran. Sehingga, Zionisme dibawakan untuk menyoroti dan memberikan bentuk terapan dan posisi terakui pada prinsip yang lama secara sadar atau tidak sadar memandu wacana Inggris. Gagasan penerimaan kembali dan pemulihan awalnya membentuk aliran tunggal di Inggris, sebelum mereka terpisahkan untuk mengalir pada saluran yang berbeda namun searah. Namun, penerimaan kembali menjadi hasil terapan langsung, sementara Pemulihan ditinggalkan pada masa mendatang.