Lompat ke isi

Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 9

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB IX.

SKEMA PEMULIHAN

Dr. John Jortin—Thomas Newton, Uskup Bristol—Edward King—Samuel Horsley, Uskup Rochester dan St. Asaph—Koloni-koloni Yahudi di Amerika Selatan—Skema Marshal de Saxe—Anekdot oleh Margravine dari Anspach—Proyek Earl of Egmont—Usulan pemukiman Yahudi Jerman di Pennsylvania—Koloni Meksiko menurut Viscount Kingsborough—John Adams, Presiden Amerika Serikat.

Buku-buku dan pamflet-pamflet, yang kebanyakan terdiri dari penafsiran Alkitab, yang biasanya mengandung banyak gagasan yang terbuka untuk kritikan serius pada pihak pembaca modern. Selain itu juga (melihat bahwa para penulis adalah para teolog) mereka memamerkan penekanan persisten terhadap konversionisme. Namun satu hal yang terus menerus menekan suatu hal menjadi pemikiran terawal dan dini. Penerimaan kembali Yahudi di Inggris nampaknya berhubungan dalam beberapa hal dengan penekanan konversionis, namun secara keseluruhan, ini merupakan tindak keadilan, dan Yahudi dilarang karenanya.

Para penulis yang bersepakat adalah orang-orang terlatih dari masa kecil untuk membaca Kitab Suci, untuk merefleksikan apa yang mereka baca, dan menganggap segala pertanyaan dari sudut pendirian keputusan keagamaan mereka. Kelemahan tertentu takkan ragu ditemukan dalam penekanan sepihak yang ditunjukkan dalam penjelasan tak terhitung dari pasal ketujuh Kitab Daniel, dan berbagai nubuat Apokaliptik. namun bukankah seluruh denominasi berbeda melakukan hal yang sama? Bukankah setiap orang membuat pemakaian beberapa bagian Alkitab dalam rangka mendukung gagasannya? Bukankah setiap aliran menjelaskan firman Allah seturut cara berpikirnya sendiri? Bukankah wacana satu aliran berseberangan dengan ddan berlawanan dengan yang lainnay? Harus diingat bahwa metode penafsiran kitab suci dijaga dengan jiwa pada masa itu, dan bahwa seluruh pertanyaan masih dalam kediniannya. Dengan demikian, tak ada orang yang tak dapat bangga selain pada pencurahan jawara-jawara Kristen tersebut, di samping pemakaian beberapa pernyataan mereka. Meskipun sebagai Yahudi, kami seringklai berbeda dari mereka terkait tafsiran dan penerapan ayat tertentu, yang masih tak dapat menerima penerimaan mereka karena keantusiasan besar yang ditujukan pada sebagian besar tulisan mereka.

Dr. John Jortin (1698‒1770), seorang sejarawan dan kritikus gerejawi, penulis Kehidupan Erasmus ... London ... 1758‒1760, dan banyak buku terkait dengan masalah orang Yahudi, mengembangkan gagasan soal perlakuan terhadap bangsa tersebut, “di bawah penindasan dan kekejaman panjang, terisyaratkan dan tak tercontoh menimbulkan suatu pemikiran bahwa mereka dihadapkan pada beberapa keperluan tergambarkan dari Providence.”

Thomas Newton (1704‒1782), Uskup Bristol (1761), pihak otoritas besar, membela gagasan Pemulihan israel dengan alasan tak ada Yahudi yang dapat mengkecualikan keantusiasan nasional Yahudi. Ia meyakini, Yahudi akan dikembalikan ke kota asal dan negara mereka. Pada waktu yang sama, ia mendorong martabat dan kebutuhan kekhasan Yahudi atas segala bangsa, dan mengecam prasangka anti-Yahudi:—

“Kami melihat bahwa kekaisaran besar, yang berada dalam naungan dan penindasan bangsa Allah, semuanya akan runtuh; karena, mereka mengeksekusi keperluan Allah, sehingga melebihi yang mereka mengerti; semua itu kami tujukan untuk menyelaraskan kebanggaan dan ambisi mereka sendiri, kekejaman dan balasan mereka sendiri. Dan jika hal semacam itu berakhi fatal terhadap musuh dan penindas Yahudi, marilah layani sebagai peringatan untuk semua orang, yang pada waktu manapun atau pada kesempatan manapun adalah untuk membangkitkan gelora dan penindasan melawan mereka” (Appendix xxxvi).

Edward King (1725‒1807), seorang penulis dan esayis handal, merupakan jawara ulung dari pandangan teologi yang sangat tercerahkan ketimbang yang disepakati pada masanya oleh pemercaya ortodoks. Dalam salah satu bukunya, yang ditulis dengan iman dan antusias yang mendalam, dan terikat dalam pasal-pasal indah yang menggerakkan khayalan dan hati,satu penakanan yang tentunya membuatnya berempatik terhadap pemulangan Yahudi sebagaimana Yahudi di Tanah Suci.

Samuel Horsley (1733‒1806), Uskup Rochester (1793‒1802), Uskup St. Asaph (1802‒1806), menganggap buku King sangat berpengaruh untuk menerbitkan sosok lainnya yang menanggapnya, dari sosok yang mengumpulkan, agar wacana yang ditunjukkan oleh King tak sepenuhnya disangkal. “Aku sepakat denganmu,” ujar Uskup, “bahwa beberapa pasal dalam Zakharia (fl. 3408 a.m.) tentunya, secara kuat membuat gagasan dari ketetapan sebelumnya ... dans ejauh yang dapat aku terima....”

Deklarasi tersebut harus menjadi penekanan menonjol. Ini merupakan deklarasi orang yang, sebagai biografer sezaman yang berujar, “sebuah hiasan untuk Senat, sebuah penghormatan untuk Gereja Inggris, dan salah satu sifat pertama pada masa hidupnya.”

Dalam beberapa traktat yang ditulis pada permulaan abad kesembilan belas, catatan semi-politis disuarakan, seperti contohnya dalam tratat Panggilan untuk orang-orang Kristen dan Ibrani, karya Theætetus (Appendix xxxvii). Panggilan tersebut tak mendapatkan tanggapan langsung. Meskipun demikian, gagasan politik Pemulihan Israel muncul kembali pada berbagai kisah di Inggris serta negara-negara penutur bahasa Inggris lainnya dan tempat lain.

Berbagai upaya untuk mendirikan Koloni Yahudi otonom di Amerika pada sejarah awal negara tersebut bukanlah Zionisme ketat, namun bukan tanpa peminatan dari sudut pandang Zionis. “Di bawah otoritas Perusahaan Hindia Barat Belanda.... Pada 1652, sebuah traktat tanah ... diberikan di pulau Curaçao kepada Joseph Nunez da Fonseca, dan lainnya, untuk mendirikan koloni Yahudi di pulau tersebut ... namun tidaklah berhasil....”

Pada sekitar tahun 1654, sebuah proyek dibentuk untuk pemukiman di Surinam, yang kala itu menjadi koloni Inggris, dengan pendatang Yahudi dari Brasil. Skema tersebut disebut sebagai “Privileges Granted to the People of the Hebrew Nation that are to goe to the Wilde Cust” (Egerton MSS., vol. 2395, No. 8. [B. M.]).

Sebuah pemberian dibuat oleh Perusahaan Hindia Barat Prancis kepada David Nasi, seorang Yahudi Portugis, pada 1659, lewat piagam yang ditujukan padanya untuk mendirikan koloni Yahudi di Cayenne.

Beberapa proyek berikutnya bahkan lebih diminati. Pada sekitar tahun 1749, Marsekal de Saxe berniat mendirikan negara Yahudi di Amerika Serikat agar ia menjadi Raja. “... Kami hanya memiliki catatan meagre dari skema tersebut; aku bahkan tak dapat berujar kapan ia meninggalkannya sebelum kematiannya....”

John Perceval (1711‒1770), Earl of Egmont kedua, kala seorang sosok memiliki skema mengumpulkan Yahudi, dan menjadikan dirinya Raja mereka.

Secara sulit, konstitusi Pennsylvania tertanggal 28 September 1776, diadopsi.... Seorang Yahudi Jerman, yang nama dan domisilinya tak disebutkan, melayangkan surat kepada Presiden Kongres Benua ... agar jumlah Yahudi Jerman memiliki tujuan menetap di Amerika.... Lekas agar kondisi dihimpun untuk kami, Presiden terhormat....

Edward King (1795‒1837), Viscount Kingsborough, putra sulung George, Earl of Kingston ketiga (1771‒1839), mempromosikan dan menyunting catatan salinan karya luar biasa, berjudul Antiquities of Mexico ... 9 vol. Imperial Folio dan 60 halaman dari volume kesepuluh. London, 1830‒1848. Rancangan perkiraan Raja untuk mendirikan kolonisasi Meksiko oleh bangsa Israel.

Dalam hubungan tersebut, pernyataan khusus harus membuat orang Amerika besar yang tanpa ragu terinspirasi oleh Puritanisme Inggris dan menyimpan pemikiran luas yang sama selaku Puritan dalam hubungan dengan masalah Yahudi. Sosok tersebut adalah John Adams (1735‒1826), Presiden Amerika Serikat kedua (1797‒1801), dan salah satu pahlawan Revolusi paling menonjol. Ia adalah salah satu pendukung gagasan Zionis paling antusias. Dalam surat yang ditujukan pada Mayor Mordecai Manuel Noah (1785‒1851), ia berujar: “Aku benar-benar berharap Yahudi kembali ke Yudea, sebuah negara independen, karena, sebagaimana yang aku yakini, orang paling tercerahkan ikut serta dalam pengadaan filsafat pada masa itu; sempat memulihkan pemerintahan independen, dan tak lagi ditindas, mereka kemudian akan menyadari beberapa ketonjolan dan kekhasan karakter mereka,...” namun, dalam mengantisiasikannya, ia dapat dengan salah tergerak untuk menginginkan pemulangan Yahudi ke Palestina untuk tujuan menjauhkan mereka dari Ameirka dan membatasi hak mereka di negara tersebut, ia meneruskan: “Aku berharap bangsamu dapat menerima seluruh hak warga negara di setiap belahan dunia. Negara ini (Amerika) telah melakukan banyak hal; aku mengharapkannya dapat berbuat lebih, dan meletakkan setiap gagasan sempit dalam agama, pemerintahan dan perdagangan.”