Semut Tukang Kayu yang Baik Hati
Premis
[sunting]Adaptasi kisah Orang Samaria yang murah hati ke dalam bentuk fabel, dengan tokoh-tokoh dari dunia hewan yaitu semut, dengan semut tukang kayu sebagai tokoh orang Samaria yang baik hati.
Lakon
[sunting]- Bapak semut
- Anak semut
- Semut api
- Semut hantu
- Semut firaun
- Semut tukang kayu
- Semut tentara
Lokasi
[sunting]Dunia semut
Cerita Pendek
[sunting]Keberangkatan bapak semut
[sunting]Pada suatu hari, Bapak semut hendak pergi ke luar kota untuk menemui paman semut yang baru saja mendapatkan anak pertamanya. Anaknya bertanya kepada ayahnya, “Bapak, kenapa Bapak harus pergi berangkat ke kota Paman malam-malam begini? Bukankah mencari perkara saja, tidakkah lebih baik Bapak berangkat besok pagi saja?” Ayah semut menjawab “Tidak apa-apa Nak, Bapak sudah lama tidak bertemu dengan pamanmu, dan berita kelahiran anaknya ini amat menggembirakan, Bapak sudah kangen dengan pamanmu, dan ingin cepat-cepat melihat sepupumu. Doakan saja semoga ayah tidak mengalami masalah di jalan ya.” Meski berat, sang anak melepas bapaknya untuk berangkat ke kota sebelah.
Dalam perjalanan
[sunting]Ayah semut membawa banyak hadiah untuk keponakannya yang baru lahir, namun sayang di tengah jalan ia bertemu dengan rombongan semut api yang merampoknya, mengambil seluruh barang bawaannya dan meninggalkannya di tengah jalan dalam keadaan penuh luka. Seekor semut hantu lewat dekat jalan itu, Ia melihat ayah semut, ia berpikir, “Ah, mudah-mudahan ia tidak melihat saya, untunglah hari sudah malam, jadi kegelapan ini akan membuat kepala saya sulit terlihat sedangkan kaki dan tubuh saya menyatu dengan jalan ini.” Maka semut hantu itu pun melewati ayah semut dan meneruskan perjalanannya. Adapun sebuah rombongan semut firaun lewat juga di seberang jalan itu, ketika melihat ayah semut, pemimpin semut firaun itu berkata pada kawanannya “Kita sudah ditunggu oleh ratu kita, kalau kita membantu semut itu, bukan hanya kita akan terlambat, kita juga akan mengotori tubuh kita kalau kita menyentuh luka-luka orang itu. Mari kita meneruskan perjalanan kita saja, toh semut itu sudah tidak lama lagi umurnya.”
Kedatangan semut tukang kayu
[sunting]Waktu terus berjalan, hingga menjelang pagi seekor semut tukang kayu melewati jalan itu, dan melihat ayah semut dalam keadaan demikian, ia menaruh belas kasihan, dan mengobati ayah semut, serta memanggulnya ke rumah kenalannya yaitu semut tentara. Melihat temannya membawa semut lain dalam keadaan demikian, semut tentara menegurnya “Saudara, bukankah semut-semut dari jenis lain banyak yang mengejek engkau karena engkau tidak memiliki sengat? Mengapa engkau menolong semut ini?”
Semut tukang kayu itu tertawa, lalu menyahut, “Apakah untuk menolong mahluk yang membutuhkan bantuan diperlukan alasan? Kalau untuk melukai dan membenci orang lain, mungkin kita membutuhkan alasan, tapi untuk menolong… Seharusnya tidak membutuhkan alasan. Lagipula, aku membawanya kesini karena aku tahu engkau dapat menolongnya dengan lebih baik karena kemampuanmu. Biarpun sekarang dia tidak bisa membalasnya, tapi aku percaya menabung kebaikan itu lebih baik daripada menabung kejahatan atau pura-pura tidak melihat ketika kita bisa menolong mahluk lain.”
Mendengar penjelasan temannya, semut tentara ikut tertawa, “Ah, memang kamu dari dulu adalah semut yang pantas ditiru! Baiklah, serahkan saja perawatan semut ini kepadaku, kamu lanjutkan saja perjalananmu”
Semut tukang kayu pun menjawab,
“Terima kasih, sahabat, jika kamu membutuhkan biaya lebih, nanti saya akan membayarnya kembali saat saya pulang dan lewat rumah ini lagi”
Semut tentara itu mengibaskan tangannya, dan melepas sahabatnya melanjutkan perjalanan. Ayah semut dirawat hingga sembuh oleh semut tentara itu, dan hendak melanjutkan perjalanannya. Sebelum berangkat ia bertanya kepada semut tentara tentang penolongnya, tetapi semut tentara menjawab “Tidak usah khawatir tentang membalas kebaikan teman saya, mungkin Bapak nanti bisa membalasnya, mungkin nanti yang lain yang akan membalas dia, tapi pesan dari dia untuk Bapak, supaya Bapak membalas kebaikannya ke semut lain yang tidak Bapak kenal saja, jadi makin banyak antara kita yang bisa saling membantu tanpa membutuhkan alasan tertentu.”
Bapak itu tertegun sejenak, dan berjanji pada semut tentara untuk melakukan sarannya. Ia pun berangkat ke kota adiknya, dengan membawa kisah perjalanan untuk diceritakan kepada adiknya dan anaknya saat ia pulang nanti.